Hujan

46 6 2
                                    

Tolong yakinkan aku, bahwa hujan kali ini tak akan membuatku kehilangan siapapun yang ku sayang.
***

"Kriingggggggg." Alarm milik Rai berbunyi menunjukkan pukul 7.00 pagi hari.

"Hoammmmmm..... apaan sih ganggu banget dah tu benda satu." Ucap Rai sambil langsung mematikan alarmnya.

"Busettttt!! Apa-apaan nih! Gua telat ke sekolah masaaa! Emak gua juga kagak ngebangunin segala."

"Rai! Ada apa sih pagi-pagi gini udah berisik." Kata ibu Raida.

"Lahhh ibu sih, kok engga bangunin Rai? Kan Rai ke sekolah jadi kesiangan."

"Liat kalender! Sekarang hari apa?!" Bentak ibunya.

"Ehehehe ya maap, marah-marah mulu dah. Udah tau anaknya lupa. Malah dimarahin."

"Lagian kamu, masih remaja udah pelupa, gimana kalo udah tua? Amnesia kali." Ejek ibu Rai.

"Iya-iya, udah ah Rai mau tidur lagi ngantuk." Jawabnya.

"Ehhhh, enak aja ini anak perawan satu. Gaada acara tidur lagi, sekarang cepet mandi terus beres-beres rumah!" Bentak ibu Raida.

Lalu setelah itu Rai langsung bergegas meninggalkan kamarnya dan langsung membereskan area sekitar ruang tamu.

Satu persatu pekerjaan telah Rai selesaikan. Dimulai dari menyapu kamarnya, mencuci piring kotor, mengepel ruang tamu, dan membersihkan jendela luar rumah.

"Hadeuhhhhh..... gila cape bet anjir, lagian rumah segede ini diberesin sama sendiri, strong bet yah gua wkwk." Gumam Rai.

Setelah beres membereskan seisi rumah, Rai pun langsung saja bergegas untuk segera membersihkan badannya.

Malam pun tiba, Rai yang telah selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya langung saja tertidur lelap di atas tempat tidurnya tanpa sempat makan malam terlebih dahulu.

Sunyi nya keadaan malam ditambah derasnya hujan yang sedari tadi mengalir deras menambah suasana semakin dingin. Orang-orang yang tampak tak ada yang mau keluar di malam ini pun memang benar. Hujan kali ini memang sangatlah deras, apalagi disertai petir dan kilat yang membuatnya semakin menakutkan saja.

Hujan. Rai pernah kehilangan seseorang yang dia sayang tepat dibawah derasnya hujan. Diantara kencangnya angin, Rai menyaksikan pedihnya rasa kehilangan. Disaksikan petir dan cahaya kilat Rai harus kuat untuk mengikhlaskan.

"Hujan lagi?" Rai terbangun karena kerasnya suara petir barusan.

"Raka, tolong buat Rai percaya jika hujan kali ini tak akan membuat Rai kehilangan seseorang yang Rai sayang. Semoga Raka tenang disana." Gumam Rai di dalam hati.

Raka Aditya Mahesa.
Seseorang yang sangat Rai sayang sampai kini. Dimata Rai Raka itu hebat, dia baik, dia sempurna. Tapi, dia tak akan pernah bisa melindungi Rai lagi sekarang. Sekarang Raka telah tenang disana. Dan Rai percaya, malaikat telah menjaga Raka dengan baik disana.

Setelah itu Rai kembali meneruskan tidurnya sampai pagi hari.

♡♡♡

"Pagi Rai!" Ucap Andryan sambil memasang muka tersenyum lebar pada Rai.

"Juga. Hehe." Ucap Rai singkat, dan entah kenapa dia malah tertawa seperti itu.

Tanpa memikirkan hal itu, Andryan langsung saja meninggalkan kelas Rai karena kebetulan bel masuk sudah berbunyi.

Hari ini Rai kelihatan begitu lemas, entah mengapa. Dia mendengarkan guru yang sedang menjelaskan dengan baik, namun juga dia melihat dengan tatapan kosong seperti tak ada jiwa nya.

Begitulah dirinya sepanjang hari ini. Dia terlihat aneh! Rai seperti bukan Rai yang sedari dulu orang lain kenal. Sikap Rai yang kekanak-kanakan namun tetap anggun tak nampak lagi sekarang. Dia hanya terlihat seperti gadis kecil yang tidak memiliki harapan. Datar, dan tidak ada yang menarik perhatian dari dirinya.

"Rai!" Terdengar suara seorang lelaki yang sudah tak asing bagi Rai.

"Putra! Lo kemana aja? Tadi pagi gua engga ngeliat lo! Rasanya gua rapuh tanpa lo tau gak sih wkwk." Jawab Rai dengan penuh semangat.

"Sa ae lu Rai! Ehh iya, lo engga ke kantin?" Tanya Putra.

"Tadinya sih mau, tapi gaada temen ah males."

"Yaudah kalo gitu bareng sama gua aja, gua juga gaada temen nih. Kebetulan banget ya wkwk." Ajak Putra pada Rai.

"Eh serius nih? Yaudah ayo kalo gitu." Sahut Rai tanpa banyak basa basi.

Lalu mereka berdua pun langsung berjalan melewati kelas demi kelas menuju ke kantin.

"Bi, es teh nya dua!" Ucap Putra pada pelayan kantin.

"Loh, kok pesen dua? Gua kan engga pesen es teh." Tanya Rai.

"Geer banget lu jadi orang, siapa juga yang mesenin buat lu. Itumah emang jelas-jelas buat gua dua-duanya wkwk." Jawab Putra sambil tersenyum tipis.

"Songong lu ya. Awas aja lu. Gua jadiin salty squid baru tau lo nyed." Ucap Rai sambil agak tajam menatap Putra.

"Sono aje! Gua kagak takut kok wkwk. Yang ada nambah sayang sama lo hehe."

"Paan sih jir! Gaje amat lu! Udah ah gua gak jadi mesen makanan. Gua mau balik lagi aja ke kelas." Bentak Rai yang mulai kesal atas perbuatan sahabat dekatnya itu.

"Yaudah sono aja wkwk. Orang gaada yang peduli ini. Lagian bentar lagi juga bel masuk bunyi wkwk." Ejek Putra.

Mendengar perkataan Putra yang benar-benar menyebalkan, Rai langsung saja pergi tanpa sepatah kata pun. Rai berjalan menuju kelasnya dengan sangat kesal. Ditambah lagi Rai melihat pacarnya sedang bersama cewek-cewek centil di dekat kelas 9B, suasana hati Rai semakin berapi-api.

Rai kesal, marah, kecewa, sedih, dan merasa tidak ada yang peduli lagi padanya sekarang. Putra yang biasanya menghibur Rai dikala sedih malah seperti yang sengaja mencampakkan Rai begitu saja.

Apalagi Andryan, yang memang dari dulu tak pernah bisa menghibur Rai. Bahkan tidak peduli sama sekali. Tapi walau begitu, jika ada laki-laki yang mendekati Rai, pasti Andryan langsung marah besar dan langsung mencari perhatian pada Rai.

"Rai tunggu! Ada yang mau gua omongin." Terdengar suara Adha berteriak memanggil Rai yang sedang berjalan menuju ke kelasnya.

"Eh, ada apaan?" Tanya Rai singkat.

"Maaf ya, tapi sebenernya gua sama pacar lo....."

Next???

29Nov2k18

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PROmiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang