Geng Andryan

60 10 4
                                    

Putra yang saat itu baru datang langsung disambut oleh Andryan dan geng anak-anak nakalnya.

"Ehhh si sok pahlawan baru dateng nih. Gimana? Cari perhatian ke ibu nya Raida berhasil? Haha cari muka banget sih lo!" Ucap Andryan sambil mendorong Putra ke arah meja.

Emang lo siapanya dia? Yang pacarnya Rai kan gua! Lo gaada hak sama sekali buat ngatur tentang hubungan kita!
***

Merasa tertantang oleh perbuatan Andryan, akhirnya Putra pun melawannya,

"Mau lo apaan?! Maksud lo cari muka itu gimana hah?! Gua cuman ngelakuin yang seharusnya gua lakuin! Gua cuman ngejaga amanat dari ibunya Rai! Lagian kalo lo gatau apa-apa mening lo diem aja deh!" Bentak Putra pada Andryan.

"Lo emang bego ato gimana sih?! Udah jelas-jelas lo emang ngedeketin ibunya Raida buat dapetin Raida kan? Siapa bilang gua gak tau apa-apa! Lagian lo siapanya dia? Yang pacarnya Rai kan gua! Lo gaada hak sama sekali buat ngatur tentang hubungan kita!" Balas Andryan dengan suara keras yang membuat semua orang yang ada dilingkungan sekolah ingin melihatnya.

"Maksud lo apaan bilang gua gaada hak?! Jelas gua punya hak atas Rai! Gua tau gua bukan pacarnya Rai! Tapi sebagai cowok yang gak brengsek kayak lo gua pasti lebih bisa jagain Rai! Bahkan gua lebih berhak atas Rai daripada lo!" Ucap Putra lagi.


Mendengar ucapan Putra yang seperti itu, Ryan tidak berkata apa-apa lagi, dia langsung saja mendorong Putra ke tembok dan langsung memukul bagian dada Putra. Melihat kejadian itu, kepala sekolah SMP 2 Garuda pun langsung turun tangan untuk menanganinya. Bahkan kegiatan belajar mengajar pun tidak bisa dilanjutkan karena insiden tersebut.

"Kamu itu apa-apaan! Sebagai kakak kelas bukannya menjadi teladan yang baik malah berbuat perbuatan tidak terpuji seperti ini!" Bentak pak Umar selaku kepala sekolah di SMP 2 Garuda.

Merasa sudah berada di keadaan terpojok, Andryan pun tidak menyahut walau sepatah kata pun. Dia hanya menatapi Putra yang sedang tergeletak di atas lantai dengan keadaan sesak sambil memegangi dadanya.

Putra yang kala itu sudah terbaring tak berdaya pun mulai merasakan sesak di bagian dadanya, bagaimana tidak, pukulan dari Andryan yang begitu keras pun tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan cedera yang fatal, bahkan mungkin disertai dengan gangguan mental, seperti trauma atau yang lainnya.

"Ma ma maaf pak, saya barusan khilaf." Ucap Andryan kepada pak Umar singkat.

"Yasudah kalau kamu benar-benar khilaf, sekarang minta maaf pada Putra!" Ucap pak Umar pada Ryan.

"Putra, maafin gua ya! Gua tadi bener-bener khilaf ngelakuin itu. Gua janji gaakan lakuin itu lagi sama lo. Kejadian ini adalah kejadian pertama dan terakhir buat gua." Kata Andryan sambil memasang wajah menyesal pada Putra.

Tapi, Putra tidak menyahut sama sekali, dia hanya terdiam sambil duduk diatas lantai kelas 9B. Tanpa dia sadari, dia pun tergeletak pingsan dengan wajah yang mulai membiru.

Lalu dari kejauhan nampak Rai sedang berlari ke arah kelas 9B, rupanya Rai memaksakan sekolah karena ada tes seni budaya hari ini. Dengan membawa gitar miliknya, Rai berlari karena melihat ada orang-orang yang sedang berkumpul di depan kelas 9B.

"Hah?! Putraaa! Lo kenapa?! Pak, Putra kenapa? Kok bisa pingsan gini? Terus kenapa gak dibawa ke UKS? Disini banyak orang! Tapi kayaknya gaada satupun yang bernyawa! Contohnya aja liat Putra yang lagi kayak gini gaada yang nolongin!" Ucap Rai yang baru datang sambil menangis karena melihat keadaan sahabatnya itu.

Setelah mendengar perkataan Raida, barulah mereka membawa Putra ke UKS. Setelah ditenangkan dan diperiksa oleh anak PMR, barulah Putra sadarkan diri. Dia merasa tidak ada sesuatu yang telah terjadi padanya. Putra pun bingung melihat Rai yang sedang menangis disampingnya.

"Rai, kamu kenapa nangis? Terus kok aku bisa ada disini?" Tanya Putra sambil mengusap air mata yang ada di pipi Raida.

"Putra kamu udah sadar?! Alhamdulillah kamu engga kenapa-kenapa." Ucap Rai senang melihat Putra yang sudah sadarkan diri.

"Loh emangnya aku kenapa Rai?" Tanya Putra.

"Kamu emang engga inget apa-apa? Ahhh kalo gitu yaudah kamu gaperlu tau, yang penting sekarang kan kamu udah gak apa-apa." Ucap Raida yang tak mau menjelaskan.

"Oh, yaudah deh kalo gitu hehe. Ehh iya, kirain aku kamu gaakan sekolah, habisnya kemarin kamu bikin aku khawatir tau." Kata Putra sambil menunjukan muka tersenyum pada Rai.

"Yeuuuu kutil biawak, bisa-bisanya disaat kek gini lu malah gombal." Ledek Rai pada Putra.

"Dihhh daki onta, siapa yang ngegombal, orang emang gua khawatir sama lo kok."

"Iye iye, serahlu dah bambang."

"Ehh ngeyel ya ni anak, gua mah emang beneran sayang sama lo kok, kagak percaya? Mau gua buktiin nih?"

"Ehhh iya iya gua percaya aja dah, daripada lo nambah ngebacot:v" Ucap Rai pada Putra.

"Ehh iya ngomong-ngomong hubungan lo sama si Ryan gimana?" Tanya Putra.

Mendengar pertanyaan Putra itu Rai langsung terdiam. Rai bingung harus memilih untuk jujur, ataukah bertahan dalam sebuah drama ini. Di satu sisi Raida tidak mau menyembunyikan hal sekecil apapun pada Putra, tapi di sisi lain Raida juga harus bisa benar-benar menjauh dulu dari Ryan, setelah itu barulah Putra bisa diberitahu.

Rupanya Raida dan Andryan.........


-Bersambung-

PROmiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang