Kantin siang itu ramai seperti biasa. Suara gelak tawa, dentingan sendok dan garpu, serta suara para siswa yang mengobrol bercampur menjadi satu. Aroma makanan kantin menguar di udara, bercampur dengan wangi kopi dari sudut tempat beberapa guru duduk. Naina dan Azila duduk di salah satu meja dekat jendela, di mana sinar matahari masuk dan menerangi nampan makan siang mereka.
Azila mengaduk jus jeruknya dengan sedotan sambil menatap Naina yang sedang sibuk memakan roti isi. Ia tersenyum kecil, menatap sahabatnya yang tampak tidak sadar bahwa dirinya sedang diamati.
Naina yang sedang menggigit rotinya nyaris tersedak. Ia buru-buru meneguk air mineralnya sebelum menatap Azila dengan ekspresi curiga.
"Yang aku suka itu tidak sepenting crush mu. Beritahu aku sekarang siapa si dia itu Azila?"
Azila menyesap jusnya perlahan, lalu tersenyum penuh arti.
"Ehem... Kau nggak bakal nyangka sih."
Naina menyipitkan matanya curiga, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Dari semua cowok yang ada di sekolah ini, kau malah suka sama dia?" tanyanya sambil menunjuk ke arah murid berkacamata yang selalu tenggelam dalam bukunya di sudut kelas.
Azila hanya tertawa sambil mengayunkan lengannya di bahu Naina, karena terpaksa harus memberitahu Naina karena tipe pria idamannya ada di dunia nyata.
"Ya ampun, Nai. Justru karena dia diem, aku jadi penasaran! Pasti ada sesuatu di balik sikap pendiamnya itu," ujarnya penuh semangat.
Naina memutar mata. "Yang ada, kau bakal nyedot semua energinya sampai dia makin lemes."
"Shhh! Pelan-pelan dong! Ntar kedengeran orang!"
Naina masih terlihat syok, pantas saja tebakan dia selalu salah selama ini mengenai Si Dia.
"SERIOUSLY? Ketua kelas? Si perfeksionis yang tidak akan tidur kalau nilainya kurang satu angka dari sempurna itu?"
Azila tersenyum malu-malu, memainkan sedotannya di dalam gelas.
"Iya..." Ia menghela napas, menatap meja. "Dia itu tipe cowok yang tidak peduli dengan yang lain. Cowok lain pada mengejar ku, tapi dia? Dia bahkan tidak pernah melirik ku. Itu yang membuat aku tertarik."
Naina masih tidak percaya. Ia menatap sahabatnya dengan ekspresi ‘kenapa harus dia dari semua orang?’.
"Wow, ini di luar ekspektasiku..."
Azila tertawa kecil, sementara Naina masih berusaha memproses informasi baru ini. Di kantin yang masih ramai, keduanya tertawa kecil bersama, berbagi rahasia tentang perasaan masing-masing, seolah dunia hanya milik mereka berdua.
Kantin masih ramai dengan suara siswa yang mengobrol dan tertawa. Beberapa anak laki-laki berlomba-lomba menarik perhatian cewek-cewek di sudut ruangan, sementara yang lain sibuk dengan makanan mereka. Di meja dekat jendela, Naina masih menatap Azila dengan ekspresi tidak percaya.
"Serius, Zila? Dari semua cowok di sekolah, kenapa harus Nataa? Aku tidak mengerti jalan pikiranmu, deh."
Azila terkekeh, mengaduk jus jeruknya dengan sedotan sebelum menyesapnya perlahan.
"Kenapa? Menurutmu aneh ya?"
"Ya jelas aneh!" Naina menaruh sendoknya dan bersandar di kursi dengan ekspresi frustasi. "Cowok itu tidak pernah peduli dengan siapa pun selain dirinya sendiri dan bukunya. Tiap hari yang ada di kepalanya cuma nilai, ujian, dan ranking. Nataa itu hidup untuk belajar, bukan untuk jatuh cinta!"
Azila hanya tersenyum kecil, matanya menatap kosong ke arah meja.
"Justru itu yang membuat ku suka."
"Hah? Maksudnya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Reighaard
Novela JuvenilNaina sudah lelah jadi bulan-bulanan para pembully di sekolah. Hingga suatu hari, Reigha, siswa baru yang misterius dan dikenal suka berkelahi, muncul bak pahlawan dalam diam-menyelamatkannya dari perundungan yang hampir membuatnya menyerah. Dingin...