Membungkamnya

1K 66 13
                                    

Bertahun-tahun lalu, saat aku masih SMP, sebuah keluarga pindah ke sebelah rumahku. Keluarga tersebut terdiri atas seorang ayah, ibu, dan anak perempuan berumur lima tahun yang bernama Karin. Aku cukup ingat Karin, dari badannya yang mungil hingga wajahnya yang selalu merengut, karena dua peristiwa yang terjadi.

Yang pertama, suatu sore, saat aku mendengarkan lagu Avril di kamarku dengan suara sangat keras (aku punya boom box, keren pada jaman itu), Bu Risa, ibunya Karin, datang ke rumahku, menggedor-gedor pintu dengan Karin yang menangis di tangannya. Dia menyuruhku mematikan boom box, memarahiku karena ‘menyalakan lagu keras-keras di siang bolong’, dan menyuruhku berjanji untuk tak melakukannya lagi. Aku melakukannya meski sangat kebingungan. Malamnya, barulah ibuku bercerita padaku bahwa Karin menderita Ligyrophobia. Karin selalu ketakutan saat mendengar suara keras. Apalagi yang sekeras dari boom box-ku. Ayahku membelikanku earphone sebagai gantinya, dan aku tidak memprotes.

Yang kedua, suatu pagi rumah mereka didatangi Ambulans dan Polisi. Esoknya, mereka mengepak semua barang-barang mereka dan pergi, tak kembali lagi. Aku tak tahu kenapa dan apa yang terjadi sehingga mereka pindah begitu saja. Malamnya, barulah ibu bercerita padaku.

“Kamu tahu, ‘kan, kalau Bu Risa baru saja melahirkan adiknya Karin? Setelah lima hari di Rumah Sakit, bayinya dibawa ke rumah dan ditaruh di keranjang bayi di kamarnya Karin.

“Nah, kemarin malam, bayinya menangis keras sekali. Sampai kedengaran ke kamar Ibu lho. Karin ketakutan, kamu tahu ‘kan kalau dia punya fobia? Nah, karena takut dan panik, dia meraih adiknya dan – “

Flash Fiction Collection by Ahmad AlkadriOù les histoires vivent. Découvrez maintenant