Pulang Malam

726 53 15
                                    

Sore itu, aku ketiduran di tempat mangkal. Saat aku terbangun, hampir semua angkot lainnya sudah tidak ada. Langit juga sangat gelap.

Aku bergegas memacu angkotku. Jalanan sangat sepi, hampir tak ada kendaraan lain kecuali beberapa truk dan satu-dua motor. Mendadak, seorang perempuan melangkah keluar dari bawah bayang-bayang pohon beringin dan mengayunkan tangan kirinya. Aku pun menepi.

"Arah... Leuwiliang, mas?" Dia bertanya.

Aku mengangguk. Dia naik ke dalam angkotku, dan aku kembali tancap gas.

"Malem banget, neng? Habis dari mana?" tanyaku.

"Habis... dari tempat teman, mas."

Dia terdiam. Aku mengeceknya dari cermin. Dia berambut hitam panjang dan bertubuh langsing. Target narik untuk hari itu belum kupenuhi, dan anak serta istriku menunggu di rumah.

Ah, biarlah. Setidaknya, aku membawakan makanan untuk malam ini.

Flash Fiction Collection by Ahmad AlkadriDonde viven las historias. Descúbrelo ahora