Berandalan Sekolah 1

4K 93 11
                                    

Pagi ini sama seperti pagi - pagi biasanya.

Gue terlambat lagi dan lagi! Setiap hari gue terlambat tanpa merasa takut kena hukuman dari guru. Rasanya jarang banget gue datang kesekolah sebelum bel masuk, boro - boro sebelum bel masuk sesudah bel masuk sekolahpun gue juga belum datang.

Banyak sih yang nanya "Kenapa gue gak pernah datang tepat waktu?!"

Jawabannya simple "Karena gue gak mau" Oke selesai deh.

-Berandalan Sekolah-

Gue udah sampai disekolah menggunakan sepeda gunung kali ini gue males bawa kendaraan bermesin soalnya entar cepet nyampe sekolah kan gue maunya lama - lama nyampe sekolah.

Guepun mengedor pintu gerbang "Mang Darnok!!!! Bukain pintunya!" Teriak gue membuat mang Darnok si satpam penjaga sekolah langsung keluar dari pos satpam.

"Yaampun Kara! Ini sudah jam berapa? Kok kamu baru datang?!" Celoteh mang Darnok sambil membukakan pintu gerbang sekolah.

"Iya mang saya telat" jawab gue asal sambil masuk dan membawa sepeda gunung gue yang gue gunain buat pergi sekolah tadi.

"Kenapa sih kamu gak pernah datang tepat waktu, kara?" Mang Darnok mengoceh sambil mengunci kembali pintu gerbang sekolah.

"Karena saya gak mau datang tepat waktu" jawaban yang selalu gue lontarkan jika ada pertanyaan seperti yang mang Darnok tanya.

"Alasan kamu selalu itu tidak pernah yang lain" Mang Darnok menggelengkan kepala.

"Gak ada alasan lain saolnya mang" Jawab gue asal dan memarkirkan sepeda gunung gue dibelakang pos satpam. "Mang saya nitip sepeda ya"

"Tumben kamu naik sepeda?" Tanya meng Darnok sambil memperhatikan sepeda gunung milik gue.

"Iya mang, lagi pengen. Nitip yo mang, Saya masuk dulu mang Bu Retno udah nunggu saya untuk meluncurkan berbagai hukumannya"

"Semangat menjalani hukumannya!" Tegas mang Darnok dengan semangat. "Siap mang!" Sahut gue asal. Lalu mulai melangkah meninggalkan pos satpam.

Baru aja beberapa langkah gue masuk ke koridor sekolah, suara melengking dari bu Retno sudah menyapa gue dari ujung sana.

"KARALA!" Suara bu Retno bergema di koridor sekolah.

"Iya bu!" Teriak gue.

"Sini kamu!"

"Siyap bu" gue pun melangkah menghampiri bu Retno yang sedang berdiri di depan sana. Sekitar 15 langkah akhirnya gue sampai tepat di hadapan bu Retno.

"Ada apa bu manggil saya?" Tanya gue santai seperti tidak ada beban.

Buar!

Jeweran yang menyakitkan telah mendapat di telinga gue membuat gue spontan menjerit "Sakit woi!" Teriak gue spontan.

Pada bingung ya kenapa bunyinya duar? Yaudalah terima aja bunyi jewerannya duar.

"Woi?!" Bu Retno bertanya tegas.

"Maaf bu saya gak sengaja. Ibu sih, cubit telinga saya tiba - tiba ya saya spontan teriak" Jelas gue sambil mengikuti arah tangan bu Retno agar cubitan darinya yang ada di telinga gue tidak terlalu sakit.

Berandalan SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang