4

13.8K 1.6K 46
                                    

Malmingan sama Mas Doyoung itu gak pernah jauh jauh dari goler goler dirumah.

Kalo gak goler goler, movie marathon. Kalo enggak kita main board game gitu kek monopoli, atau ular tangga. Mentok mentok tanding ludo di hp.

Kayak malem ini. Malem minggu kali ini hujan. Mama dan papa lagi kerumah nenek sampe minggu malem. Mas Johnny sama pacarnya lagi keluar. Mas Yuta juga lagi ngumpul sama temen temennya.

Tapi gue dan Doyoung malah memutuskan untuk malam minggu dirumah dengan membeli seember ayam kaepci dan satu setengah liter soda. Ini gue yang kepengen. Awalnya Doyoung marah marah dulu karna gue nggak suka gue makan junk food terus.

"Nggak nggak. Apaan sih makan ayam seember kamu mau mabok ayam?" Doyoung melotot marah.

"Ih mas tapi aku kepengen," rengek gue sambil memeluk lengannya. Dari tadi sore dia udah kerumah. Izin sama mama dan papa sebelum beliau pergi buat malam mingguan dirumah.

"Yang lain aja ya? Kamu mau apapun aku beliin asal jangan ayam goreng seember."

"Mau ayam."

Doyoung mendecak. Gue menampakkan muka gue semelas mungkin sebelum akhirnya ia meraih kunci mobilnya, meninggalkan gue yang duduk di atas sofa.

"5 detik gak berangkat gak jadi beli ayam."

🖤🖤🖤

"Aaah ayam aku!"

Gue mengambil satu paha atas kemudian menggigitnya. Badan gue gak berhenti bergoyang kekiri dan kekanan sambil mengunyah ayam goreng.

"Pelan pelan ish. Itu tumpah semua kriuknya!"

Doyoung menepuk pahaku pelan, kemudian menyodorkan piring.

"Makasih ganteng acu," gue cuma nyengir kemudian lanjut makan ayam.

Doyoung cuma menggeleng kemudian dia ikut makan sama gue.

"Mas," panggil gue setelah menghabiskan 1 potong ayam.

"Apa?"

"Kemarin gimana acaranya?"

Doyoung baru saja menjadi ketua panitia di salah satu event di kampus. Seminggu setelah susah buat saling berkabar karena dia sibuk banget nyiapin acara, gue akhirnya bisa ketemu lagi sama dia.

"Parah sih. Aku kesel banget sama yang mesen sound. Jelek banget! Pengisinya pada protes. Aku pusing."

"Iya sih. Kemaren aku denger si Renjun juga ngisi acara tapi jelek banget suara penggiring musiknya."

"Iya emang makan- LOH KAMU DATENG?!"

Gue cuma haha hehe pelan kemudian menggangguk sebelum Doyoung menjitak dahi gue keras.

"NGGAK NGABARIN GITU?!?!"

"Yaa abisnya mas sibuk banget sih keliatannya. Aku jadi gak enak," gue mengedikkan bahu sebelum mulai memakan potongan ayam ketiga gue.

"Sama aku loh ini, pake ga enak," Doyoung menggelengkan kepalanya. "Aku ngambek pokoknya."

"Ih kok ngambek," gue membuang qtulang bekas ayam yang gue makan kemudian gue berjalan ke dapur untuk mencuci tangan. Setelah memastikan tangan gue wangi, gue kembali ke ruang tengah dan duduk di samping Doyoung sebelum meraih lengannya.

"Aku kan kangen seminggu gaada ketemu mas. Jangan ngambek sih?"

Doyoung yang semula cemberut kemudian berubah dan dia tertawa kecil.

"Awas aku cuci tangan dulu."

Doyoung berjalan ke dapur dan gak lama kemudian balik ke ruang tengah sebelum menarik gue mendekat, memposisikan kepala gue menempel di dadanya.

"Sini. Aku juga kangen nduselin kamu."

Gue tertawa pelan sebelum melingkarkan tangan gue disekitar badan Doyoung. Kemudian gue memainkan ujung sweaternya.

"Kamu tau gak sih kalo lagi hujan kayak gini, terus liat deh kilatnya. Biasanya kalo di film film horror di ujung ruangan bakal a- ADUH DEK SAKIT!"

Doyoung mengusap bagian perut yang baru saja gue cubit sekuat tenaga. Heran seneng banget sih nakut nakutin.

"Mas ih mama papa lagi gak disini jangan ngomong macem macem!!"

"Loh kan aku cuma cerita? Kalo nggak di ujung ruangan ya di jende-"

"ASTAGHFIRULLAH!"

Ucapan Doyoung terputus ketika listrik tiba tiba padam setelah kilat terdengar cukup keras.

"Mampus, kesamber petir kayaknya tiang listrik deket rumah mu, dek."

"Huhuhu mas aku mau ambil lampu emergency di kamar tapi aku takut huhu," gue yang masih duduk didekat Doyoung mengeratkan pelukan gue.

Gue nggak takut sebenernya. Tapi karna abis diceritain yang serem jadinya kebayang gitu. Gue nggak berani mandang kearah jendela dan ujung ruangan. Doyoung merogoh hp nya di saku dan menyalakan senter dari hp nya.

"Nggak usah takut. Kan ada aku?"

"Ya kamu tuh yang bikin takut. Rese banget sih pake cerita serem segala!"

Doyoung tertawa kemudian ia mencubit pipi gue pelan. "Gausah manja."

"Kan gak sering sih."

"Tapi gapapa deh. Kamu manja gini jadi nempel sama aku hehe," Doyoung mempererat jarak diantara kami kemudian kami nggak berbicara apa apa lagi.

"Mas?"

"Hmm?"

"Kok aku ngantuk?"

"Ya tidur."

"Nanti aku ditinggal sendiri kalo aku tidur?"

"Ya kan masa aku nginep?"

"Ya nginep aja sih."

"Heh!" Doyoung menjitak kepala gue kuat. "Sembarangan kalo ngomong."

"Mas ngantuuuk," gue udah nggak bisa menahan ngantuk lagi. Doyoung juga udah mulai memainkan rambut gue dan mengelusnya pelan sambil menyenandungkan lagu lagu yang biasa dia nyanyikan.

Fyi aja, men. Suaranya Doyoung ini bagus. Dia sering nampil di acara inagurasi kampus. Hal ini lah yang membuat gue kenal sama kakak tingkat kesayangan gue ini. Ntar deh gue cerita kapan kapan.

"Dek?"

"Hmm?"

Gue merespon panggilan Doyoung setengah sadar. Gue sempat mendengar suaranya tertawa kemudian merasakan sesuatu mendarat di pucuk kepala gue.

"Tidur ya, kesayangan aku."

[✔]Mas Doy.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang