Chapter 6

8.1K 333 1
                                        

Misi Ketiga Azila..

Azila memulai dengan tekad yang bulat. Dia menghabiskan banyak waktu di perpustakaan, berusaha keras untuk mencapai target yang dia tetapkan dengan Nataa. Mata Azila sesekali mengarah pada Nataa yang sedang serius belajar, fokus pada materi yang sangat dia kuasai.

Azila dalam hati, berbicara pada dirinya sendiri "Aku tidak boleh kalah. Aku harus berhasil. Kalau aku ingin si dia melihatku, aku harus punya nilai yang lebih tinggi. Aku akan buktikan kalau aku bisa lebih dari sekadar bunga sekolah!"

Dia menghela napas, merasa sedikit tegang, namun masih bertekad untuk tidak menyerah. Azila kemudian memutuskan untuk meminta bantuan orang tuanya.

Di rumah, Azila berbicara dengan ibu dan ayahnya. Mereka terkejut, namun mereka tahu betapa seriusnya Azila dengan tujuannya. Akhirnya, mereka setuju untuk mencari guru les untuk Azila, agar dia bisa belajar lebih efektif dan meningkatkan nilainya.

Azila dengan nada semangat dan penuh harap "Mama, Papa, aku butuh guru les. Aku serius ingin belajar lebih baik. Aku harus bisa mencapai rangking 2 atau 3 di semester ini."

Ibu Azila terkejut, tapi juga mendukung "Azila, kau yakin? Kau tahu kan, ini tidak mudah. Belajar itu bukan hanya soal kemampuan, tapi juga tentang waktu dan usaha."

Azila dengan senyum penuh tekad "Aku sudah siap, Ma. Aku tidak akan menyerah. Aku harus membuktikan bahwa aku bisa!"

Ayah Azila mengangguk pelan, penuh pengertian "Kalau kau sudah yakin, kami akan mendukungmu. Kami akan mencari guru les terbaik untuk mu."

Azila merasa penuh semangat setelah mendapat dukungan penuh dari orang tuanya. Dengan tekad yang lebih besar, dia mulai mempersiapkan diri untuk bertemu dengan guru les yang dipilih orang tuanya. Hari-hari di perpustakaan semakin panjang, tetapi Azila merasa semakin dekat dengan tujuannya.

Sementara itu, Nataa di perpustakaan, seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya, terus belajar dengan penuh fokus. Azila memperhatikannya dari kejauhan, merasa sedikit gugup, namun tetap bertekad untuk berhasil.

Azila dalam hati, berbicara pada dirinya sendiri "Aku pasti bisa. Ini bukan hanya tentang si dia, ini tentang aku yang bisa lebih dari yang aku kira."

Hari-hari pun berlalu dengan cepat, Azila semakin giat belajar, dan meskipun dia merasa lelah, dia tidak akan mundur. Sementara itu, Nataa tidak tahu bahwa Azila sedang berusaha keras untuk mengejar ketertinggalannya.

Misi Ketiga Naina..

Misi Naina dimulai dengan langkah yang penuh keraguan. Azila memberi kepercayaan penuh pada Naina dan meskipun khawatir, dia tahu bahwa Naina bisa melakukan ini sendiri. Azila memberi semangat dan mendorongnya untuk berjuang.

Azila dalam hati, berbicara kepada dirinya sendiri "Naina bisa. Aku yakin dia bisa melakukannya, meski kelihatannya susah sekali. Semoga dia tidak menyerah."

Naina berjalan dengan langkah pasti menuju kolam renang sekolah setelah jam pelajaran selesai. Kolam renang tampak sunyi dan sepi, hanya ada dirinya dan Reigha yang baru saja keluar dari ruang ganti.

Reigha melihat Naina datang, lalu tersenyum sinis.
"Kau benar-benar datang?"

Naina menganggukkan kepala, sedikit gugup, mencoba tidak terlihat canggung meskipun hatinya berdebar-debar.

"Iya, aku datang."

Naina merasa seperti mendekati gunung es besar yang dingin dan sulit didaki. Setiap langkahnya terasa berat, seolah tidak ada persiapan untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Reigha, pemuda itu, seperti sebuah tantangan yang sulit, bahkan sulit dipahami.

Reighaard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang