02. Kau Min Yoongi kan?

1.2K 252 27
                                    


.
.
typo, sebagian dari konflik.

.

.

.

Deru suara rel yang bergesekan dengan roda kereta membuat mata yoongi mengantuk, kepalanya terus memikirkan soal seoul yang baru saja dia tinggalkan. Sedikit demi sedikit, kepala yoongi sudah dipenuhi dengan gambarakan suasana desa yang teduh dan tenang. Apalagi kereta yang yoongi tumpangi ini sudah beberapa kali melintasi daerah perkebunan dan pertanian.

Kereta cepat ini hanya terdiiri dari empat gerbong, oleh sebab itu yoongi tidak bisa melihat rangkaian gerbong paling belakang, kalau sesekali dia mengintip dari jendela. Tempat duduk penumpang terbuat dari kayu dan tampak sangat kuno. Lumayan juga kalau yoongi harus duduk terus selama lima jam. Seandainya pantat yoongi bisa protes, pasti pantat semok itu sudah berteriak minta pindah ditempat yang empuk.

Akhirnya untuk menghilangkan jenuh, yoongi memutuskan untuk melihat pemandangan saja, permukaan pegunungan dan ladang-ladang masih terlihat putih oleh salju, rupanya sisa-sisa salju masih belum mencair, padahal sekarang sudah mulai musim semi. Mampu memunculkan ide yoongi untuk melanjutkan menulis novelnya yang sebelumnya tersendat karena pikirannya tak tenang.

Yoongi raih tasnya, mengambil pena dan buku catatatan yang biasa dia gunakan untuk membuat draft novel sebelum ia masukkan kedalam laptopnya,. setelah itu yoongi letakkan tasnya disamping kursi, tas yang dilengkapi dengan gantungan kecil yang bertuliskan MIN YOONGI.

Yoongi menyayangi tasnya itu, meski terlihat tua namun tas itu menyimpan banyak kenangan. Tas itu adalah saksi dimana yoongi masuk taman kanak-kanak sampai sekarang, bahkan jika yoongi dibelikan tas lain untuk menggantikan tas tua tersebut yoongi menolaknya, dia terlanjur mencintai tas tuanya itu daripada tas baru dengan merk-merk terkenal yang pernah dibelikan oleh ayah maupun oleh ibunya.

Tas itu juga saksi berdebatnya ayah dan ibu yoongi dalam meja persidangan untuk memperebutkan hak asuh yoongi yang saat itu masih berumur 10 tahun.

yoongi mulai menulis kata demi kata yang muncul dipikirannya, ulasan senyum yoongi menyertai tangannya menulis kata-kata yang hanya dia yang mengerti. Mungkin yoongi sedang memikirkan hal-hal yang menyenangkan saat ini.

Sisa salju dipadang berkilau tertimpa cahaya matahari musim semi yang lembut. Yoongi menepis ingatan akan berpisahnya kedua orang tuanya, meski berat, tapi itulah takdir yoongi, dia tak bisa menentangnya. Ayahnya sudah bahagia bersama perempuan lain yang bisa mengurusnya, dan ibunya, sudah bahagia dengan pekerjaannya yang lama dia tinggalkan. Malangnya yoongi malah menjadi korban keegoisan mereka berdua dan terpaksa harus dikirim kesebuah desa yang belum pernah yoongi lihat sebelumnya.

''statiun dataran tinggi blueberry?'' suara kondektur menggetarkan ruang kereta, membuat yoongi terbangun dari lamunannya, sepertinya kereta sudah sampai. Dengan segera, yoongi ambil tasnya dan bergegeas menyusuri lorong kereta dan bersiap didepan pintu keluar. Ketika kereta sudah memasuki peron dan suara rem yang berdecit-decit menggema disekitar stasiun kereta. Bukit-bukit disekitar tempat ini sudah memantulkan suara kereta dan bunyi rem yang tuasnya ditarik oleh masinis.

Hanya yoongi yang turun distasiun kecil ini,.

Angin masih terasa dingin, tetapi udaranya yang segar membuat perasaan nyaman, apalagi ditambah dengan suara kicau burung yang melintas dilangit.

Setelah karcisnya diperkisa, yoongi masuk kedalam ruang tunggu yang sempit, ruang tunggu itu tetap lengang sekalipun yoongi sudah duduk. Sendirian, hanya ada yoongi dan tasnya yang dia peluk didepan dada. Yoongi mulai khawatir, bagaimana jika tidak ada yang menjemputnya?, bisa-bisa yoongi menginap di stasiun. Yoongi jadi berfikir bagaimana jika dia ketemu dengan hantu, pasti menyeramkan. Di stasiun yang ada di Seoul saja, banyak sekali hantu, lantas bagaimana dengan stasiun sepi ini?, pasti akan lebih banyak lagi hantu yang saat ini mulai mengamatinya.

MY DREAM (complete)Where stories live. Discover now