"Hal yang paling menyakitkan adalah ketika kita harus melihat orang yang kita sayangi disakiti oleh orang lain"
........
"Aa.. Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah. Anti.. Setannya serem banget" Rengek Tasya kepada Anti sahabatnya.
"Sya.. jangan malu-maluin deh. Ini bioskop, bukan kamar lo"
"Tapikan.."
"Tadi siapa yang kekeuh mau nonton film horor? Dasar labil"
"Lo itu manusia apa bukan sih? Gak ada takut-takutnya"
Mendegar ocehan dari sahabatnya itu Anti hanya diam sambil menutup telinganya dengan tangan sebagai usahanya untuk mengenyahkan suara ocehan Tasya yang menganggunya untuk menikmati film horor yang tengah mereka saksikan saat ini.
"Aa....." Sambil menjerit dengan keras Tasya menggenggam lengan Anti dengan sangat kuat.
Jeritan yang cukup keras itu sukses membuat perhatian orang-orang yang ada disekitar mereka beralih dari layar menjadi menatap mereka dengan berbagai ekspresi, ada yang kaget, kesal, jengkel, dan berbagai ekpresi lainnya.
Mendapati banyak sorot mata tajam yang menatap kearah mereka karena ulah sahabatnya. Anti hanya bersikap cuek, tidak sedikit pun tatapan-tatapan itu membuatnya menjadi minder atau tidak percaya diri.
Berbeda dengan Anti, Tasya malah menjadi gelagapan, ia malu karena ulahnya barusan berhasil membuat Ia dan sahabatnya menjadi pusat perhatian diruangan bioskop tersebut.
Itulah mereka berdua, mereka telah bersahabat sejak masih SMP. Sifat kedua sahabat tersebut sangatlah bertolak belakang.
Namun, mereka menjadikan perbedaan diantara mereka tersebut bukan sebagai penghalang. Tetapi, mereka berhasil untuk memanfaatkan perbedaan tersebut untuk saling melengkapi satu sama lain.
Nantia Dirana adalah sorang gadis kuat, pemberani, menyukai tantangan, cerdas, dan mempunyai prinsip hidup untuk terus menjaga dan membahagiakan orang-orang yang ia sayangi.
Sedangkan sahabatnya Anastasya Pranaya adalah seorang gadis yang perhatian, agak lebay, cerewet, slalu terbuka dan slalu ceria.
Setelah selesai menonton film tadi, Anti dan Tasya kini tengah berada di sebuah cafe yang beradah dilantai bawah mall yang tengah mereka kunjungi.
"Lo gak ngerasa merinding An? Apa tuh setan ngikutin kita, ya?"
"Lo itu kelewat lebay deh, Sya. Film kayak gitu aja lo takut"
"Ampun.. teman gue yang satu ini terbuat dari apa ya Allah? Kok jadi orang kayak gak ada takutnya banget"
"Maksud lo apa Sya? Gue masih takut sama bokap gue, sama Allah juga"
"Kalo yang itu sih, harus An. Semua orang juga pada takut sama bokap-nyokap juga sama Tuhan"
"Dari tiga belas kali adegan pas hantunya muncul, dua belas diantaranya lo teriak mulu. Cuman, yang terakhir lo gak teriak. Itupun gara-gara lo lagi sibuk chatan sama orang" Dengan segala kejengahannya Anti menjawab setiap perkataan dari sahabatnya, Tasya.
Entah hal apa yang membuat Anti untuk sangat sabar menghadapi setiap tingkah sahabatnya itu, yang dapat dikategorikan sudah kelewat lebay. Dari awal persahabatan mereka sampai saat ini, sikap Tasya itu tak pernah berubah.
Namun satu hal yang pasti, Anti sangat menyayangi sahabatnya itu. Tasyalah yang selalu dapat mengerti dirinya dan selalu memahaminya. Walaupun Anti memiliki sikap yang keras, tetapi Tasya tak pernah mempersalahkan hal itu sedikit pun.
YOU ARE READING
Ujung
Teen FictionHati tak pernah tahu saat ia mulai dihinggapi oleh rasa cinta atau kagum. Rasa itu terus memberikan debaran-debaran indah diawal, hingga debaran itu memengaruhi detak jantung sang empunya. Hati hanya menjalankan tugasnya untuk mengikuti alur rasa it...