"Haruskah ada alasannya untuk mendekati mu?"
......
"Nantia Rinanda yang cantik, pintar, dan rajin menabung. Udah dong ngambeknya" Bujuk Tasya kepada sahabat kesayangannya.
Namun sayangnya, semua pujian dan kata-kata indah yang telah dirangkai oleh Tasya sedikit pun tidak mampu untuk mencairkan kemarahan Anti. Anti telah terlanjur marah kepada Tasya, karena Tasya meninggalkan buku tugas yang dipinjamnya dari Anti kemarin.
Padahal tugas yang ada didalam buku tersebut harus dikumpulkan hari ini tepat saat jam pelajaran sejarah nanti.
"Anti please maafin sahabat lo yang cantik ini.. Gue bener-bener lupa"
Anti masih tak merespon sedikit pun.
"Gini aja deh, An. Biar lo maafin gue, hari ini gue traktir lo sepuasnya" Tasya membujuk dengan senyum penuh keyakinan bahwa Anti akan mamaafkannya.
"Enggak" Jawab Anti dengan cuek yang langsung membuat senyum Tasya menghilang seketika.
"Yah... Gue mesti gimana lagi nih, An?" Ucap Tasya yang sudah hampir frustasi.
Anti kembali diam tanpa memberikan respon sedikit pun. Ia ingin agar sahabatnya itu dapat sedikit bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukannya.
"Atau gue mesti ngancem mau loncat dari rooftop sekolah kita dulu, biar lo mau maafin gue? Biar kayak yang disinetron gitu?" Celetuk Tasya yang sudah sangat frustasi dan hampir kehabisan cara untuk membujuk Anti.
"Ya udah.. sekalian gue aja yang dorong lo dari atas rooftopnya"
"Kejam amat lo An..."
"Abis cara lo itu udah kelewat lebay, drama tau"
"Hore... Anti udah mau ngomong sama gue lagi, berarti lo udah maaafin gue kan?"
"Blom" Anti hanya menjawab dengan singkat lalu pergi meninggalkan Tasya sendirian di kantin.
Setelah mandengar jawaban dari sahabatnya itu, Tasya kembali diam dan menghela nafasnya. Sudah berbagai cara ia coba untuk membujuk sahabatnya itu. Namun, tidak ada satu pun yang membuahkan hasil.
Sementara Anti sudah benar-benar dibuat pusing karena ulah Tasya. Ia tidak tau harus mamberikan alasan apa kepada Pak Gino, apabila ditanya perihal tugas itu nanti.
...
"Nantia Rinanda.. mana tugas pertemuan awal yang bapak suruh kerjakan kemarin?"
Tanya Pak Gino kepada Anti, karena hanya Anti yang tidak mengumpulkan buku tugasnya.
"Maaf Pak, buku tugas saya ketinggalan"
"Kalo uang jajan ketinggalan apa tidak?" Pak Gino kembali bertanya dengan tatapan tajam kearah Anti sambil memegangi kumis tebal yang menghiasi wajahnya.
"Tidak Pak" Anti yang menyadari kalau dirinya memang salah, memilih untuk menjawab seperlunya saja.
"Ini baru pertemuan kedua, tapi kamu sudah meninggalkan kesan yang sangat bagus"
"Maaf Pak, saya siap menerima hukuman dari bapak"
Kata-kata bermajas ironi yang dilontarkan oleh Pak Gino tadi, benar-benar berhasil membuat Anti hanya bisa pasrah untuk menerima akibat dari ulah Tasya yang meninggalkan buku tugas miliknya.
"Baik, hari ini kamu harus lari keliling lapangan basket dua puluh putaran. Setelah itu kamu tidak perlu ikut jam pelajaran saya hari ini, kamu saya anggap bolos"
YOU ARE READING
Ujung
Teen FictionHati tak pernah tahu saat ia mulai dihinggapi oleh rasa cinta atau kagum. Rasa itu terus memberikan debaran-debaran indah diawal, hingga debaran itu memengaruhi detak jantung sang empunya. Hati hanya menjalankan tugasnya untuk mengikuti alur rasa it...