《BAB 9》♤《Atap》

171 14 0
                                    

небо, когда идет дождь, приносит спокойствие.
♧_______________♧

Sudah lebih sebulan namun Sky masih berduka atas insiden ia ketahuan les piano secara diam-diam selama ini. Kemarin tepat peringatan hari kematian kakek dari ibunya. Mati-matian Sky tahan tangisnya saat kenangan mereka dulu kembali terlintas di kepala.

Ia ingat, saat pertama kali di kenalkan kepada sebuah alat musik tradisional jawa tengah, angklung. Bagaimana kakeknya, mengajarkan dirinya dengan begitu sabar. Kemudian disusul dengan alat musik yang lain dan berakhir dengan piano. Alat musik yang paling disukai hingga sekarang.

Sky sampai di atap sekolah. Disini menjadi tempat Favoritenya sejak dulu. Alasannya simple, karena tidak ada CCTV disini. Sky menghembuskan napas pelan. Sesaat kemudian matanya menagkap sosok yang baru-baru ini di kenalinya. Bibirnya terangkat mengukir senyum kecil.

Melupakan jika dirinya sedang berduka tadi.

🔱🔱🔱

"Lo suka banget menyendiri, ya?"

Tiba-tiba seorang gadis menapakkan diri di depan wajahnya. Cowok itu memundurkan wajahnya dari sang gadis. Terlalu dekat hingga ia dapat melihat pantulan wajahnya di mata gadis tersebut. Gadis itu mengulas senyum tipis sebelum menarik diri.

Tanpa banyak bicara gadis itu langsung duduk disampingnya. Ia menatap bingung ke arah gadis yang kini juga menatap dirinya.

"Kita belum sempat kenalan, kan? Ucap gadis tersebut masih dengan senyuman manisnya. "Waktu di UKS gue juga lupa, belum sempat tulis nama lo."

"Gue Sky, Skyrain Alsava." Gadis itu memperkenalkan diri.

Gue tau.

"Kalo lo?" tanya Sky.

"Artha."

"Artha?" ulang Sky menatap Artha dengan alis terangkat.

Artha mengangguk kaku.

Sky mengulum senyum geli. "Maksud gue nama lengkap lo. Artha, apa?"

Artha berdeham singkat untuk menetralisir rasa gugupnya. "Artha Rahandika."

Sky menganggukan kepalanya dan tersenyum puas. Sekarang dia sudah tau nama lengkapnya.

Sky mengadahkan kepalanya ke atas. Awan besar menutupi sang matahari. "Apa yang lo suka dari ..." Sky mengangkat telunjuknya ke atas, "Langit?"

Artha kembali menatap langit di atasnya dan tersenyum lembut. "Gue suka semuanya." Sky menoleh menatap Artha dengan intens. "Segala sesuatu tentang langit, apapun itu. Gue suka semuanya."

Artha menoleh membalas tatapan Sky dengan senyum yang jarang ia perlihatkan kepada orang lain. Hanya senyuman kecil. Tapi mampu membuat hati Sky menghangat. Tiba-tiba wajahnya ikut memanas, Sky langsung kembali menatap langit cerah.

"Kenapa lo bisa disini?" tanya Artha. Seketika Sky gugup. Apa yang akan Sky katakan? Ia bahkan tidak mengerti kenapa dia sangat penasaran dengan cowok disampingnya ini.

"Eng-ehkm. Memangnya kenapa? gue gak boleh kesini?" tanya Sky melirik ke arah Artha. Artha menggelengkan kepalanya cepat.

Mata Sky menangkap sebuah buku yang sepertinya baru saja akan Artha sembunyikan. "Itu buku apa?"

"Bukan apa-apa."

Sky merenggut kecil. Kemudian mengulas senyum manis. "Gue lihat, boleh ya? Please?"

"Eh? Ini bukan buku apa-apa kok gak penting," Elak Artha lagi.

Sky mendengus sekaligus membuang muka. "Kalo gak penting, kenapa gak mau di kasih lihat. Bilang aja sih gak mau kasih lihat. Pake alasan segala."

SkyArt Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang