1

47 12 0
                                    

Kamar berukuran 3 × 3 itu tampak nyaman dipandang mata. Dengan cat dinding berwarna hijau tosca, karpet, ranjang, dan lampu gantung serta beberapa hiasan lain dengan warna senada. Sepertinya sang pemilik menyukai warna yang satu ini, ya. Untuk memberi kesan hangat, ia menambahkan beberapa furniture dari kayu seperti nakas dan bangku. Fyi, sang pemilik ini cowok loh, dan untuk ukuran kamar cowok, kamar ini terbilang sangat rapih.

Oh, dia datang.

Cowok berusia 16 tahun itu mengambil laptop nya kemudian menaruhnya diatas kasur lalu menyalakannya. Ia memainkannya sambil tengkurap diatas kasur, kelihatannya itu posisi enaknya.

Setelah melakukan beberapa kali refresh, ia membuka aplikasi skype lalu menghubungi seseorang.

Cowok itu tersenyum sumringah begitu melihat skype nya tersambung dengan seseorang.

Ah, lama tak jumpa.

Begitu, batinnya.

Sudah lama Ia tak jumpa dengan kawannya yang satu ini. Badut SMP ini tak banyak berubah, masih familier di mata Toscana.

Oh, hampir saja terlupa. Btw, namanya Toscana. Namanya keren banget ya? Duh, nggak cuma namanya aja loh yang keren, tampilannya itu nih ya, ala cowok cool gitu....

Kalo mau panggil oppa juga boleh, ups.

Okay, back to reality.

Seseorang di layar itu melambaikan tangannya. Senyum mengembang di wajahnya, tak kalah sumringah dengan Toscana.

"TOSCAAA! KANGEN BAT GUE SAMA ELOOO!"

Teriakkannya cukup membuat Toscana tertawa terbahak.

"Ih, apaan sih Tono, gaje deh lu," balas Toscana disela tawanya.

"Yaa Allah Tosca, Tono siapa woy? Dah alig ya lo? Lupa sama gue nih ceritanya? Jahat banget sampe lupa sama gue. Ck, udah ah gue matiin aja skype nya," cerocosnya.

"Dih, masnya kok baperan? Jadi cowok tuh gak boleh pundungan Julian. Pantesan aja si Anggi mutusin elo," kata Toscana sambil menaik turunkan alisnya jahil.

"Fyi, gue yang mutusin Anggi. Lo tuh ya, lama selek sama gua pas balik akur lagi malah jadi nyebelin gini," keluh Julian.

"Liyan," panggil Toscana.

"Apaan?" Julian menaikkan satu alisnya.

"Mau curhat," kata Toscana.

"Lu kira gue Mamah Dedeh?" tanya Julian

"Eh, ini gue beneran mau curhat," balas Toscana.

"Iya, iya. Ayo sini cerita ke mamah," canda Julian

Duh, manusia satu ini.

Batin Toscana.

Julian yang menyadari muka bete Toscana via skype akhirnya mengalah. "Okay, gua dengerin nih."

"Nah, gitu dong Tarno," balas Toscana.

"Heh, jadi cerita gak?!" jawab Julian, ngegas.

"Okay, jadi gini...."

==============================

Siena, my sunshine.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang