2

35 12 0
                                    

Ah, sial.

Katanya MPLS ramah anak, tanpa penindasan, dan tanpa list bawaan aneh. tapi nyatanya?

Toscana merasa itu hanya omong kosong. Buktinya, ia masih harus membawa kue sepatu, minuman empat matahari, dan juga sarung.

Sejujurnya tak ada yang aneh dengan membawa sarung, tapi menurut Toscana, membawa sarung itu hanya ngeberat-beratin tas. Celana seragamnya berukuran panjang, jadi syar'i dong mau dipake sholat juga.

Seniornya aja sholat gapake sarung, sok-sokan nyuruh juniornya pake sarung.

Sungut Toscana, yang sayangnya cuma didalam hati.

Untungnya ini hari terakhir MPLS, jadi besok-besok ia nggak perlu membawa sarung lagi. Lumayan lah ngurangin beban sedikit.

Selesai sudah seluruh rangkaian kegiatan MPLS di hari terakhir ini.

Sebetulnya siswa boleh sholat ashar di rumah, tapi Toscana memilih sholat di sekolah karena nggak ingin mengulur waktu sholat. Takut pas nanti mau masuk surga diulur-ulur juga.

Toscana ingin mengambil sarung di tasnya kemudian teringat,

MPLS udah selesai, sholat dengan sarung selesai, lagian kalo pake sarung lo kudu ngelipet lagi.

Pikirnya.

Selepas sholat ashar, Toscana kembali ke kelasnya untuk bersiap pulang. Kelihatannya teman-teman segugusnya sudah banyak yang pulang.

Sekedar informasi, di SMA Toscana ini, para siswa baru mendapatkan tes penjurusan seminggu sebelum MPLS tetapi ketika MPLS para siswa dibagi 9 gugus (sesuai dengan jumlah kelas, namun teman segugus bukanlah teman sekelas nantinya).

Tadi sarungnya udah masuk ke tas belum ya? Ah, paling udah di dalem tas. 

Pikir Toscana.

Toscana berjalan menuju gerbang, ketika ia melintasi lapangan upacara ia melihat benda yang nggak asing di matanya terikat di tiang bendera.

Iya guys, itu sarungnya.

Tanpa ba-bi-bu Toscana bergegas menaiki tangga gedung sekolahnya.

Btw, ujung tiang benderanya itu tepat di depan perpustakaan lantai dua, jadinya sering banget dimainin sama murid-murid.

Dari kejauhan Toscana dapat melihat seorang perempuan berambut panjang di dekat tempat sarungnya berkibar itu.

"Eh, sorry ya. Tadi si-" ucap perempuan itu disela tawanya namun terhenti karena Toscana mengabaikannya.

Perempuan itu menatap punggung Toscana yang langsung berusaha melepas sarung itu. "Sini gue bantuin," kata perempuan itu dan ia diabaikan, lagi.

Ia berusaha membantu tapi tangannya ditepis.

Ketika Toscana telah berhasil melepaskan sarungnya dari tiang bendera, perempuan itu tersenyum lebar.

"Sorry loh, ya. Itu tadi si-"

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Toscana sudah meninggalkannya.

"PMS ya dia? Tapi dia siapa ya?" ucap perempuan itu sambil tersenyum.

==============================

Siena, my sunshine.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang