3

29 11 1
                                    

"Hai! Wah, kita sekelas ya? Mohon bantuannya ya classmate," sapa gadis itu sambil tersenyum hangat.

Toscana meliriknya sekilas, acuh.

Sikap dingin Toscana, tak melunturkan senyumnya.

"Gue boleh duduk di sebelah lo gak?" Tanya gadis itu.

"Masih banyak yang kosong tuh," jawab Toscana.

"Tapi disini juga masih kosong," tukasnya, sambil menaruh barang di kursi sebelah Toscana.

"Thanks ya buat respond pertama lo," ucapnya masih dengan seyum hangat itu.

Toscana kembali mengacuhkannya.

Dipikir dia matahari kali ya, senyumnya gak luntur-luntur.

Batin Toscana.

"Oh, iya. Nama lo siapa?" tanyanya.

Toscana menghela napas, "Lo gak perlu nanya gue buat tau nama gue-" Toscana melirik sekilas bet nama gadis itu, "Siena."

Ia terkekeh, "Gue tau nama lo, kok. Toscana kan?"

Untunglah bel masuk telah berbunyi sehingga Toscana tidak perlu menanggapinya, setidaknya untuk saat ini.

"HEY, TOSCA!"

Teriakkan Siena itu sontak membangunkan Toscana dari tidurnya.

"Wah, parah ya lo. Ada guru di kelas bukannya diperhatiin malah molor," katanya sambil tertawa kecil.

Duh, cewek ini ribut banget sih.

Pikir Toscana.

Toscana bangun kemudian melihat sekeliling, sepi.

"Yang lain udah pada pulang soalnya hari ini belum ada KBM jadi kita dipulangin cepet," jelas Siena.

Mendengar penjelasan dari Siena, Toscana langsung bergegas pulang, ia masih mengacuhkannya.

Toscana akan beranjak dari kursinya namun tangannya ditahan oleh Siena.

"Apaan sih? Lepas."

Gadis itu tersenyum, "Please, dengerin gue dulu. Jangan kabur lagi," ucapnya.

Toscana menaikkan satu alisnya, "Kabur dari apa? Gue gak ngerasa ada masalah sama lo."

Toscana melepas tangannya tetapi Siena menahannya kembali dengan tangannya yang lain. Dan terus seperti itu sampai akhirnya Toscana mengunci kedua tangan gadis itu.

"Gue mau minta maaf soal kejadian sarung kemaren," kata Siena.

"Kalo bukan karena dare dari Aleah dan sarung lo gak diatas meja gak bakal ada kejadian kayak kemaren," imbuhnya.

Gue kira udah dimasukkin ke tas.

Batin Toscana.

Toscana melepas kuncian tangannya, "Gue maafin elo kok,".

Mata gadis itu berbinar, kemudian ia tersenyum lebar.

"Kalo gitu, ayo temenan!" tukas Siena.

Toscana pergi begitu saja, kembali mengacuhkannya.

"Toscana!" panggil Siena.

Toscana terus berjalan meninggalkan Siena.

"Cuma karena kesalahpahaman Julian lo jadi begini?! Lo bisa percaya sama gue."

Ucapan gadis itu menghentikan langkah kaki Toscana.

Bagaimana dia bisa tau?

"Gimana lo bisa tau?" tanya Toscana dingin.

"Apa? Salah kalo gue tau?"

Pertanyaan gadis itu membuat Toscana mendidih. Dia hanya orang asing yang baru Toscana temui, dan ia bilang tak ada yang salah kalau dia tau masalah itu, gila.

Toscana memutuskan untuk meninggalkan gadis itu.

"TOSCANA! TUNGGU!"

Gadis itu mengejar langkah panjang Toscana, sambil sesekali memanggilnya.

Sesampainya di lapangan basket barulah Toscana berbalik. Matanya bertemu dengan mata gadis itu, dan ya, mata itu berkaca-kaca.

"Dengerin gue dulu," ucap Siena parau.

Toscana mendengus, "Gue gak mau denger apapun dari cabe tukang ikut campur kayak elo,".

Toscana menepis tangan gadis itu kemudian meninggalkannya menangis tersedu.

Jdug

Toscana membelalakkan matanya demi melihat Siena terhantam bola basket kemudian jatuh tersungkur.

Shit.

==============================

Siena, my sunshine.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang