SHINE

2.5K 170 24
                                    

Disclaimer: All Chara of Naruto belongs to Masashi Kishimoto. This story belong to me. Ter-inspirari lagu Pentagon-Shine.

Warning: All Typo (s), Out Of Chara, AU World, if you dislike this story, please turn back with peace. No barbarian's words.

.

.

.

Sinar mentari mulai menghangat, mengingat senja mulai hadir. Di taman belakang sekolah Konoha High School, berdiri seorang remaja berambut pirang. Ia menunduk dengan wajah merona hingga ke telinga. Sambil mengusap tengkuk, mencoba menghalau rasa gugup yang melanda.

"Um..., sudah sejak lama aku, su-su-suka padamu Hinata...-san."

Perlahan tubuh jangkung remaja itu turun, ia berjongkok sembari menghela napas panjang. Kulit kecoklatan yang sering bertemu mentari nampak semakin memerah dengan keringat dingin. 

Mata birunya menatap lurus pada sebuah buket bunga lavender di depannya. Buket yang ia beli saat bel pulang terdengar, dan berlari kembali ke sekolah setengah mati berharap anak Osis masih meeting.

Uzumaki Naruto menatap sendu bunga violet di depannya. Tanpa pikir panjang, ia memilih lavender ketimbang mawar. Entahlah, saat atensinya jatuh pada bunga berwarna ungu itu, bibirnya berucap begitu saja. Mungkin karena bunga mungil itu nampak seperti sang pemilik hati. 

Mungil namun cantik dan anggun.

itulah gambaran Hyuuga Hinata dimatanya. Gadis berambut panjang dengan mata serupa bulan. Perempuan pertama yang ia lihat begitu menawan.

Plak Plak

Naruto memukul kedua pipinya, guna menyadarkan dan menyemangati dirinya sendiri. Ia berdiri dan berseru keras, mencoba menghilangkan rasa gugupnya. Hari ini, Naruto bertekad untuk menyatakan perasaan yang sudah ia pendam hampir dua tahun lamanya. 

Remaja pirang itu segera menyambar tas dan buket bunga sebelum berlari menuju gerbang sekolah. Ia berniat mencegat Hyuuga Hinata saat gadis itu akan pulang selepas rapat Osis. 

"Hi-Hinata! ...-san." ingin rasanya ia menampar wajahnya karena gugup dan melupakan keigo.

Saat gadis itu berbalik, dengan rambut panjang yang dibelai angin. Naruto tak mampu mengalihkan atensinya dari sosok indah di depannya. Ia bahkan tak sadar jika Hinata sudah berada di depannya. 

"Naruto-kun, kau belum pulang?"

"Ya-ya begitulah." Keringat dingin mulai keluar di telapak tangannya. Naruto kembali berujar, "Ra-rapat Osis?"

Hinata mengangguk, "Kami membahas soal festival sekolah dua bulan lagi. Apa kelasmu sudah memutuskan untuk membuat apa?"

"Mungkin kami akan memilih rumah hantu atau kafe pelayan."

Hinata kembali mengangguk, lalu ia memiringkan kepalanya. Semilir aroma yang tak asing tertangkap indra penciumannya. Hinata mengerjap dan mengintip ke balik punggung Naruto. 

Pemuda pirang itu gelagapan, buket yang ia sembunyikan kini terlihat sang gadis. Terlebih ketika Hinata menatap buket itu dengan mata berbinar. 

Ini tidak adil...

Matanya yang berbinar seakan menjadi tanda bahwa gadis itu pasti akan senang menerima buket pemberiannya. Jika sudah seperti itu, jangan salahkan jantungnya yang sudah bertalu dengan kecepatan tinggi dan wajahnya yang sudah memerah hingga ke tengkuk. 

ONESHOTS NaruHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang