Monkey King and Princess Iron Fan

215 21 0
                                    

Pegunungan Utara dimusim semi, malam tenang di bawah sinar rembulan. Suara penghuni hutan terdengar merdu. Burung hantu bertengger di dahan, mendengkur pelan dengan mata awas. Keluarga kelinci, berulang kali melompat, berlari, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Mereka bermain di bawah langit berbintang.

Namun kedamaian itu tidak berlangsung lama, dalam sekejap nyanyian hutan lenyap. Burung hantu bahkan menutup mata, berhenti mendengkur. Kaki pendek para kelinci melompat masuk ke dalam lubang, menutup sarang mereka di balik semak. Keheningan seakan merampas napas seluruh penghuni hutan. Bagaimana tidak, ketika sang penguasa melangkah keluar dari istana, menggenggam bara api bernama kemarahan.

Semilir angin malam membelai pelan rambut hitam sehalus sutra. Helai demi helai jatuh perlahan di pinggang ramping berbalut kimono merah tua. Langkah tenang tanpa suara, bergerak anggun menuju ujung tebing. DI sana ia berdiri, memandang dari tempat tertinggi wilayah kekuasaannya.

Sepasang mata perak berkilat tajam, bibir tipis dengan polesan semerah darah terkatup rapat. Garis wajah tegas dengan raut datar. Tatapan yang ia berikan keras serupa batu berlian dan sedingin puncak gunung tertinggi. Tubuh ramping itu berdiri kokoh, tanpa cela, hanya aura penuh teror mencekam, menguar kuat. Semua tunduk pada Ibunda si bocah merah, tidak ada yang berani mengusik Ratu Iblis. Seluruh penghuni hutan membeku, bergetar ketakutan, dan berharap lenyap dari hadapan istri Raja Kerbau Iblis.

"Oh..., aku sangat marah! sangat, sangat marah!" nadanya datar, namun mampu membuat bulu kuduk meremang, bagi yang mendengar. "Hari demi hari, tahun demi tahun, ia pergi menemui siluman rubah terkutuk itu!"

"Ah, apa yang harus ku lakukan pada amarah ini?!"

Malam berbintang perlahan mencair, rona kemerahan timbul dari arah Timur. Dari balik horizon matahari terbit, membawa bias oranye bersama cahaya kehijauan. Gumpalan awan putih berserat kristal es halus muncul dari mentari. Membentuk garis putih melintang ke angkasa, sebelum tiba-tiba berbelok, melesat ke arah tebing di mana Ratu Iblis bergeming.

Gumpalan kapas putih keabuan itu berhenti tepat di depan tebing, seseorang muncul dari atas awan, seakan ia baru saja menaikinya. Suara bising dengan angin keras berasal dari putaran tongkat emas yang diputar beberapa kali, sebelum ujungnya menghantam keras tanah meninggalkan retakan dalam.

"Hei, Putri Kipas Besi! ini aku, Raja Kera!" sapa seorang pemuda pirang dengan cicin emas melingkar di kepala. "Lama tidak jumpa, terakhir kita bertemu seratus tahun lalu?"

Kening berhias tiga titik merah menyerupai kelopak bunga, mengerut samar. "Uzumaki Naruto, mau apa kau kemari?"

"Seperti biasa kau ini ketus sekali, di mana suamimu?" tongkat emas terayun, bersandar manis di bahu pemiliknya. "Sudah lama aku tidak bertemu dengan Raja Kerbau. Bisa kau panggilkan dia?"

"Enyah kau! Suasana hatiku saat ini sedang buruk." punggung itu berbalik, tanpa lupa memberikan lirikan tajam penuh ancaman.

"Hey, hey, tunggu sebentar Hinata!" tanpa kenal takut, Naruto menyusul, mengikuti langkah penguasa hutan. "Sebenarnya saat ini aku sedang dalam misi mengambil kitab suci ke barat. Kau bisa tertawa sepuasmu, karena nasibku memang tidak beruntung, harus menemani seorang biksu tua dan para pengikutnya. Sekarang kami malah kesulitan karena gunung berapi, benar-benar merepotkan!"

Sambil bercerita, Naruto mengacak rambut pirangnya, terlihat frustasi. Namun sedetik kemudian rautnya berubah cerah. "Jadi karena itu, pinjamkan aku kipas sihirmu, Hinata!"

Langkah Hinata tiba-tiba berhenti, wanita itu berbalik, menatap dingin pada sosok siluman kera di depannya. Si bocah kera yang selalu berulah, datang membawa badai, mengusik kedamaiannya, bahkan saat ia tengah marah sekalipun. Tidak cukup siluman rubah merampas suami tercinta, kini mahluk berbulu yang lain datang dengan tidak tahu malu, meminta benda pusaka miliknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONESHOTS NaruHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang