Sensei, Daisuki!

2.2K 201 18
                                    

Disclaimer: All Chara of Naruto belongs to Masashi Kishimoto. This story belong to me.

Warning: All Typo (s), Out Of Chara, AU World, if you dislike this story, please turn back with peace. No barbarian's words.

.

.

.

Pertama, aku tak pernah mengira jika menyukai seseorang itu bisa membuat hari-hari menjadi lebih indah. Setiap jam, setiap menit, setiap detik hanya wajahnya yang terbayang. Membuat jantungku terasa sakit akibat terus berdebar.

Namun jika semua orang bisa mengungkapkan perasaan mereka, aku tidak bisa. Karena hal itu tabu bagiku dan baginya.

"Hinata-san, bisakah kau membantuku?" Tanya sebuah suara.

Aku menoleh dan mendapati seorang guru muda berambut pirang di depanku dengan begitu banyak buku di tangannya.

"Astaga! Sensei, banyak sekali," ujarku sembari mengambil beberapa buku dari tangannya. Ku lihat dia menghela napas lega.

"Terima kasih Hinata-san, aku tertolong," ujarnya.

Aku tertawa kecil melihat raut leganya. Uzumaki Naruto, guru magang yang baru mengajar beberapa bulan lalu. Ia adalah sosok yang ku hormati dan juga seseorang yang aku sukai.

Kami berdua berjalan santai menelusuri koridor sekolah yang mulai sepi karena para murid sebagian telah pulang. Setibanya di kantor guru, Sensei menaruh buku-buku itu di meja.

"Huwaa lelahnya. Terima kasih Hinata-san, maaf membuatmu harus telat pulang karena membantuku membawa buku-buku ini," katanya.

Aku menggeleng pelan dan tersenyum "Tidak masalah Naruto-sensei," kataku tulus.

Bagiku tak masalah karena setidaknya aku bisa berduaan dengannya meski hanya sebentar. Melihatnya tertawa, dan berbicara, padahal hanya kegiatan yang biasa saja. Tapi karena yang melakukannya adalah Naruto-sensei, semua terlihat bersinar.

"Naruto-sensei, apa mau aku bantu mengoreksi?" Tawarku.

"Benarkah? Itu sangat membantu karena ini sangat banyak," katanya sambil melihat tumpukan buku-buku muridnya.

Akupun langsung duduk di depannya dan mulai mengoreksi buku-buku itu. Namun belum semenit berlalu, mataku sudah mencuri pandang. Rambutnya yang sedikit panjang dan berantakan. Mata birunya yang indah, serta wajah seriusnya itu, aku suka semua hal tentangnya.

Sensei, apa kau dapat merasakan perasaanku?

Aku terus menatapanya sampai tiba-tiba dia menoleh ke arahku membuatku salah tingkah dan menghindar.

"Ah, hapusan," ujarku gugup dan berusaha mengambil penghapus di sampingku.

Tapi karena aku terlalu gugup, tak sengaja jemariku meleset dari penghapus hingga benda itu jatuh ke kolong meja. Segera aku beranjak hendak mengambilnya.

Tep.

Tanpa sengaja tangan kami bersentuhan.

"Ah, maaf." ujar kami serempak.

Kuberanikan untuk mengangkat wajahku, ternyata Naruto-sensei pun tengah berada di bawah meja. Untuk beberapa saat kami saling beradu pandang. Hal ini membuat jantungku berdesir pelan. Dapat kurasakan pula wajahku memanas. Aku menunduk, memutus kontak mata karena tak kuat melihat matanya yang menatapku teduh.

ONESHOTS NaruHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang