Kelulusan sekolah sang adik akhirnya tiba, Risa ikut hadir menjadi wali adik iparnya. Darah memang kuat terlihat Marvin mengenakan jas dengan acak-acakan, meskipun begitu ia tetap tampan.
Dia juga populer di sekolah terbukti banyak cewek-cewek yang ingin berfoto bersamanya. Risa memegang buket bunga untuk Marvin sambil tersenyum berkaca-kaca, akhirnya dia lulus juga.
Meskipun, tidak mendapatkan nilai yang terbaik, tapi sejauh ini Marvin sudah berusaha untuk bisa lulus.
"Dia tidak datang 'kan." Kata Marvin dengan kesal melihat kakaknya tak kunjung datang.
"Dia pasti datang. Tadi pagi 'kan dia sudah janji bakalan datang, tapi dia ada rapat penting dulu." Jelas Risa selalu berusaha menenangkan adik iparnya itu.
"Sudahlah, tidak ada yang lebih penting di hidupnya selain bekerja dan wanita sialan itu." Celetuk Marvin saking kesalnya pada sang kakak, selalu melewatkan waktu penting.
"Sudah ku bilang dia akan datang," ucap Risa dengan menunjuk ke arah parkiran melihat mobil milik suaminya.
"Datang di waktu terlambat. Sekalian aja dia gak dateng," ucap Marvin menggerutu kesal.
Di balik kekesalannya pasti Marvin senang akhirnya kakaknya datang juga. Semua orang melihat Theo saat keluar dari mobil mewahnya dan menjadi sorot perhatian.
Pesonanya membuat setiap mata tidak bisa teralihkan. Bahkan, ada beberapa murid yang menatapnya sampai Theo memberikan buket bunga pada adik kesayangannya.
"Sebentar, lagi acaranya selesai." Celetuk Marvin merajuk pada kakaknya.
"Aku baru selesai rapat," ucap Theo masih dengan tatapan datarnya.
Teman-temannya Marvin merasa terpincut dengan kakaknya yang lebih tampan dari Marvin. Karena, baru kali ini mereka melihat kakaknya datang ke sekolah.
Risa memotret adik kakak itu meskipun wajahnya Marvin sudah dongkol, tapi dia memintanya untuk tersenyum. Demi Risa pemuda itu akhirnya tersenyum terpaksa.
"Ayo, kita bertiga foto bersama." Pinta Marvin membuat Risa terkejut mendengarnya.
"Aku akan marah jika kalian menolak." Ancam Marvin membuat kakaknya menghela nafas.
Salah satu, temannya di minta untuk memotret mereka bertiga. Risa tersenyum ke depan camera, mereka bertiga menjadi sorot perhatian orang-orang di sana. Seperti keluarga kecil yang menghadiri anaknya kelulusan.
Hasil foto itu membuat Risa tidak bisa berhenti menatapnya. Dia memiliki foto masa kini dengan Theo walaupun bersama Marvin.
☘️☘️☘️
Risa membuat makanan sebanyak mungkin untuk merayakan kelulusan adik iparnya. Dia dengan semangat memasak sejak sore dan selesai malam. Marvin sudah meminta agar makan di luar saja, tapi Risa tetap keras kepala untuk makan di rumah.
"Kamu pasti menyuruhku menghabiskan makanan sebanyak ini. Kita cuman makan berdua, ngapain masak sebanyak ini." Protes Marvin menatap makanan yang tersaji di meja makan.
"Kamu benar-benar sudah tidak menganggapku sebagai Kakakmu." Celetuk Theo yang berjalan ke meja makan.
"Giliranmu yang harus menghabiskan semua makanan ini." Timpal Marvin dengan tatapan sinisnya.
Mereka bertiga makan malam bersama dan Marvin menatap kakaknya yang hanya diam, tidak mengatakan apapun ketika makan masakan istrinya.
"Apa si Salsa bisa masak seenak ini?" tanya Marvin dengan nada mengejek membuat Risa melototinya.
"Kenapa kamu senang sekali membahasnya? Sudah ku minta jangan sebut nama dia di sini lagi." Kata Theo dengan sedikit kesal pada adiknya.
"Emang benar itu kenyataannya. Apa hebatnya dia?" tanya Marvin masih benar-benar dendam pada mantan kakak iparnya dulu.
"Tahu apa kamu tentang perasaanku sekarang," ucap Theo yang merasa adiknya terlalu banyak menyimpulkan tentang dirinya.
"Aku tahu, kamu masih mencintainya, Kak." Kata Marvin mengalihkan pandangannya kesal.
"Kenyataannya aku tidak pernah mencintainya lagi, ku perjelas lagi dia hanya cerita lama. Jangan bahas dia lagi di sini." Tegas Theo sambil melanjutkan makannya.
"Lalu, perjelas perasaanmu pada Kak Risa, tidak mungkin kamu hanya menganggapnya orang asing. Dia di sini sudah bertahun-tahun lamanya, tidak mungkin hanya orang asing." Timpal Marvin membuat kakaknya langsung menatapnya.
"Jelaskan padaku sekarang dan aku akan berhenti membahas wanita itu lagi." Pinta Marvin membuat Risa sampai tersedak, dengan makanan yang sedang dia telan.
"Bukankah sudah jelas dia Istriku, harus ku perjelas apalagi." Kata Theo mampu membuat gadis itu menatap ke arahnya.
"Jika dia Istrimu kenapa kalian pisah kamar?" tanya Marvin bertubi-tubi, agar permasalahan rumah tangga kakaknya malam ini jelas.
Marvin sedikit tertawa sinis ketika Theo hanya diam atas pertanyaannya. Sudah jelas jika kakaknya berbohong jika dia mengakui Risa sebagai istrinya.
"Ada apa? Kenapa kamu tidak bisa menjawabnya? Jangan menipuku dengan-"
"Haruskah kita tidur bersama agar dia percaya?" tanya Theo pada gadis yang tiba-tiba tersentak kaget di tanya seperti itu.
"Hah?" Kaget Risa dengan pertanyaan pemuda itu.
"Kemasi barang-barangmu sekarang dan pindahkan ke kamarku." Pinta Theo pada gadis yang masih diam tak percaya sambil menatap kepergian Theo.
Marvin yang sengaja melakukan itu agar hubungan kakaknya lebih dekat dari sebelumnya. Theo menatap tajam ke arah Marvin yang hanya cengengesan sendiri. Marvin mengangkat sendok untuk siap memukul kepalanya.
Bisa-bisanya dia membuat Theo mengatakan semua itu pikir Risa. Marvin mengisyaratkan kakak iparnya untuk segera mengemasi barangnya dan pindah ke kamar sang kakak. Sebelum manusia es itu berubah pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In The Past
Teen FictionAku hanya punya cinta untuk mempertahankan rumah tangga kita. Mungkinkah, cinta yang ku miliki dapat mengubahmu untuk mencintaiku balik. ~Risa Adrianii