Part 5. First Day
Payung merah yang basah itu ditinggalkan oleh pemiliknya di luar. Payung merah itu dibiarkan terbuka agar cepat mengering. Sementara Donghyun sudah ada di kamarnya. Ia beguling ke sana ke mari di atas kasurnya. Sesekali memeluk bantal lalu mengurung diri dengan selimut. Sikap anehnya ternyata dipicu oleh debaran jantungnya yang tak menentu sejak mengantar Sohee pulang tadi. Hal yang paling menyenangkan adalah Donghyun berhasil mendapatkan nomor ponsel Sohee. Jadi Donghyun tidak perlu lagi menemui Eunchae untuk meminta informasi.
Donghyun meraih ponselnya di atas meja. Ia berniat menghubungi Sohee. Donghyun mengetikkan beberapa kata untuk Sohee.
Kau sudah tidur?
Kalimat pertama yang ingin Donghyun kirimkan, namun entah karena alasan apa, Donghyun menghapusnya.
Sampai bertemu besok.
Kalimat kedua pun tidak jadi Donghyun kirimkan.
Kulit pisang yang jatuh, menjatuhkan hatiku padamu.
Tunggu aku di sana, kita berangkat bersama.
Setelah mengetik panjang, akhirnya kalimat itulah yang Donghyun kirimkan. Itu seperti sebuah janji temu. Donghyun masih memegangi ponselnya. Ia menunggu balasan dari Sohee.
Arasseo.
Hanya sebuah kata singkat balasan dari Sohee, namun mampu membuat seorang Kim Donghyun berjingkrak di atas kasurnya. Suara decitan ranjang pun terdengar hingga ke ruang tengah.
"Yes! Yes!" girangnya.
Namun dengan satu hentakkan, pintu kamar Donghyun terbuka. Ibu Donghyun berdiri di depan pintu sambil menggelengkan kepala melihat tingkah Donghyun yang sikap kekanakannya masih belum hilang juga.
"Donghyun-ah, kalau sampai ranjangmu roboh, eomma tidak akan belikan yang baru," kata ibunya Donghyun.
Seketika Donghyun terpaku melihat ibunya menerobos pintu kamar. Donghyun yang kala itu dalam posisi berdiri sambil berjingkrak seketika terdiam lalu mendudukkan dirinya.
"Ye, Eomma," balasnya. Seolah tidak terjadi apa-apa. Seolah tidak terpergok apapun oleh ibunya.
Donghyun bisa bernapas lega saat ibunya pergi dan menutup pintu.
"Ugh, memalukan," racaunya.
*
*
*
Ibunya Donghyun terpana saat melihat anak sematawayangnya bangun sangat pagi. Donghyun sudah bangun jam lima pagi dan sudah siap dengan seragam sekolah. Padahal jam masuk sekolah adalah jam delapan.
Donghyun memberikan senyum andalannya untuk mencapai apa yang ia inginkan. Ia mendekati ibunya yang tengah mencuci beras di dapur.
"Eomma, aku mau bawa bekal, dua kotak."
"Tidak biasanya kau mau bawa bekal. Satu kotak lagi untuk siapa?" tanya ibunya Donghyun.
"T –tentu saja untukku," jawab Donghyun sedikit tergagap.
Padahal yang satu kotak lagi ingin Donghyun berikan pada Sohee, tapi Donghyun malu mengatakannya. Lagi pula, kalau sampai ibunya tahu kalau dia sudah mulai mendekati anak perempuan, Donghyun bisa-bisa digantung. Memikirkannya saja membuat Donghyun ngeri. Tapi apa boleh buat, Donghyun sudah jatuh hati.
