Dear You
Prolog
Semua berawal dari kulit pisang milik Donghyun.
Kaki kurus Donghyun terus berlari menerjang aspal. Mulutnya masih mengunyah sarapan pagi yang wajib untuknya itu. Pisang raja, yang khusus diimpor dari Indonesia itu menjadi favorit Donghyun, setelah Jangjun –kakak tingkatnya membawakan oleh-oleh dari negara kepulauan tersebut. Hari ini Donghyun bangun kesiangan. Ia tidak sempat sarapan, tidak sempat mengerjakan tugas, juga tidak sempat mengancingkan baju. Beruntung Donghyun memakai kaus sebagai dalaman bajunya.
"Sial!" umpatnya.
Donghyun benci kesiangan, benci terlambat juga benci sarapan paginya yang tidak nyaman. Pokoknya banyak hal yang Donghyun benci. Sejak tadi berlari, namun Donghyun belum juga menemukan persimpangan. Komplek perumahan yang ditinggali Donghyun rupanya sangat luas. Pantas saja Donghyun kesal, juga kelelahan berlari.
Rambut model mangkuknya yang sudah disisir rapi jadi berantakan karena tersapu angin dan lepek karena keringat. Donghyun tidak mempedulikan hal itu, walaupun ia pada titik terjelek sekalipun. Tujuan utama Donghyun adalah cepat sampai ke Golden High School tanpa terlambat. Tapi harapan Donghyun tidak akan terkabul, sebab jam di ponselnya menunjukkan angka delapan pagi.
Donghyun berhenti sejenak. Ia melahap sisa pisang raja yang tinggal sesuap lagi di tangannya. "Aku sudah pasrah terlambat, tapi sarapanku harus dipastikan habis," ucapnya. Donghyun melempar kulit pisang itu ke tong sampah, lalu kembali berlari.
Tak jauh dari tempat Donghyun, terdengar suara teriakan seorang gadis. Suaranya nyaring dan memilukan karena rupanya gadis itu terpeleset akibat kulit pisang Donghyun. Donghyun adalah pelempar yang buruk. Ia kira kulit pisang itu sudah masuk ke tong sampah, nyatanya tidak.
Donghyun menoleh ke asal suara, ia melihat gadis itu terjatuh dalam posisi yang mengenaskan. Pantatnya pasti mendarat lebih dulu lalu kemudian kedua tangannya dan terakhir punggungnya. Beruntung tidak cedera serius karena tas di punggungnya menyelamatkan kepala gadis itu dari benturan ke aspal.
"MIANHAE, TAPI BISAKAH KAU BANGUN SENDIRI? AKU SUDAH TERLAMBAT," teriak Donghyun agar si gadis nahas itu mendengar.
Donghyun tidak tahu bahkan jika si gadis mengumpati dirinya. Gadis itu masih tidak bergerak dari posisinya. Gadis itu merintih kesakitan, ditambah lagi tidak ada seorang pun yang lewat kecuali Donghyun.
Donghyun yang sudah berlari agak jauh, merasa kasihan dan juga merasa bersalah. Akhirnya Donghyun kembali ke tempat gadis jatuh tadi.
"Maaf, ini salahku. Biar kubantu kau bangun," kata Donghyun sambil mengulurkan tangannya pada gadis itu.
Gadis itu menerima tangan Donghyun, namun pantatnya sama sekali tidak bisa bergerak. Raut wajah gadis itu tampak sangat kesakitan. Donghyun bisa mengerti perasaan gadis itu. Sebelum hari ini, Donghyun sudah sering terjatuh akibat kulit pisangnya sendiri. Jadi tidak perlu ditanyakan bagaimana sakitnya, Donghyun sendiri sudah paham.
"Kalau buang kulit pisang ke tong sampah, dong!" ucap gadis itu kesal.
"Iya, maaf. Ayo bangun!" balas Donghyun.
"Aku tidak bisa berdiri, pantatku sakit," ucap gadis itu.
"Ayolah bangun, aku sudah terlambat ke sekolah," pinta Donghyun.
"Kau pikir aku tidak terlambat, eoh?"
Donghyun tidak mau beradu mulut dengan seorang gadis karena itu sangat membuang waktu. Donghyun memutar otaknya, mencari cara agar gadis itu bisa tetap berangkat ke sekolah. Akhirnya Donghyun memapah gadis itu hingga jalan raya, lalu menyetop taksi untuknya. Donghyun membayar taksi itu dengan uang sakunya, akibatnya hari ini Donghyun harus bertahan tidak jajan.
Gadis yang menjadi korban kulit pisang itu mulai memasuki taksi dengan hati-hati, sebab pantatnya masih terasa nyeri. Setelah masuk ke dalam taksi, gadis itu membuka jendela mobil, melihat Donghyun dengan wajah datar.
"Yak! Siapa namamu?" tanya gadis itu.
"Kim Donghyun," balasnya.
"Aku Kim Sohee. Dengar, aku tidak akan lupa hari ini."
Setelah mengatakan itu, gadis itu berlalu karena taksi yang sudah berjalan. Sementara Donghyun harus pasrah karena hari ini terlambat ke sekolah. Ia harus bersiap menjalani hukuman lari keliling lapangan lagi seperti minggu lalu.