Gairah(kebohongan)

14 0 0
                                    

Sudah beberapa hari sejak Sophie tinggal di rumahku. Sejauh ini masih aman tapi tetap saja ocehannya sangat mengganggu.

malam ini juga terlihat seperti biasanya dengan sinar bulan purnama yang mempercantik langit malam. bertiga di halaman belakang rumah untuk makan malam dan melihat bintang rupanya bukan hal yang buruk. tapi benar benar tak kusangka bahwa jill yang selama ini suka bermanja padaku pandai memasak banyak makanan seorang diri.

dengan lahapnya aku memakan apa saja yang disajikan diatas meja. sophie dan jill terdiam keheranan sambil memasang senyum kecil melihat kerakusan ku saat makan.

dengan adanya Sophie dirumahku sepertinya aku harus menyiapkan kamar tamu yang nyaris tak pernah dihuni.

aku sedikit lega karena Sophie mampu menahan segala "perkataannya" didepan Jill dan entah kenapa membuatku sedikit lengah padanya akhir akhir ini.

Akhirnya aku bisa tidur dengan nyaman tanpa terbebani masalah si sophie. Ku melihat keluar jendela kamarku, sejenak ku nikmati udara malam sambil melihat kearah jalan yg hanya diterangi lampu dan sinar rembulan hingga aku merasa mengantuk.

ditengah kesunyian malam dan gelapnya kamar, terdengar suara pintu terbuka disertai cahaya lampu dari ruang sebelah masuk sedikit demi sedikit menerangi kamarku.

cahaya itu terasa menyilaukan mataku yg terlelap dalam tidur dan membuatku sedikit tersadar.

"jill, kau kah itu?"

tak berselang lama terasa seseorang naik ke atas kasur tempat ku berbaring.

"ayolah jill, kau sudah besar, kenapa kau masih takut tidur sendiri"

tak terdengar balasan apapun dan sosok itu merangkak mendekati ku perlahan.

"ayolah ini tidak lucu jill"

saat sosok itu semakin mendekat barulah ku menyadari bahwa dia memiliki postur yang lebih besar dari jill. terdengar samar suara nafas tersengal seolah menahan sesuatu, mungkin saja dia kesakitan. nafasnya terasa panas dan saat itu juga aku sadar bahwa situasi ini berbahaya.

sial, jika itu bukan jill maka sudah pasti dia adalah sophie!

"oi hentikan apa yang berusaha kau lakukan!"

"hiks"

aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi sepertinya sophie mulai menangis entah kenapa.

"hey kenapa kau menangis..."

dia langsung menindihku seolah memelukku, tangisannya terdengar lebih jelas.

"Muya kenapa kau meninggalkan ku sendiri"

"hanya kau satu satunya orang yang mau berbicara dengan ku tapi kenapa kau meninggalkan ku sendiri secara tiba tiba hiks..."

aku sedikit terkejut mendengarnya mengatakan hal seperti itu, bahkan aku sama sekali tidak pernah membayangkan si Sophie bisa berkata seperti itu.

"baiklah sepertinya aku juga harus memberitahumu"

"alasanku kuliah di luar negeri hanya karena perasaan ku pernah ditolak waktu SMA dulu"

"awalnya cukup menyenangkan berbicara dengan mu tapi sejak kau mulai terlalu sering bercerita tentang segala hubungan intim yang kau lakukan, itu seolah membuka kembali luka yang kurasakan dulu"

"aku mulai tidak tahan dan berhubung orang tua ku juga menginginkan ku untuk pulang maka dengan segera aku kembali ke negara asal ku"

"maaf aku tidak mengetahui hal itu hiks... aku mengira orang sepertimu menyukai pembicaraan tentang hal intim dan aku memanfaatkan itu untuk bisa lebih dekat denganmu hiks"

"jujur saja aku memang tertarik pada pembicaraan seperti itu, kau juga tau bagaimana isi kepala lelaki bukan?, tapi saat sudah terlalu sering mendengarnya, rasa sakit yang dulu perlahan terasa kembali"

"maafkan aku hiks.."

"kumohon maafkan aku.. muya.."

"sangat kejam kah kebohongan yang ku buat hingga membuatmu pergi meninggalkan ku tanpa mengabari seorang pun? hiks..."

aku terdiam tak berkata apapun dan berusaha memahami situasi.

"kumohon dengan sangat... maafkan aku muya"

"semua hal intim yang kuceritakan hanyalah kebohongan... kepalsuan yang kubuat demi mendapat perhatian mu"

"jangankan berhubungan, kau lah lelaki pertama yang pernah berbicara dengan ku selain ayahku"

"aku hanya ingin perhatian mu seorang hiks..."

"karena tanpa kusadari aku.. hiks.."

"a-aku.. hiks"

"aku sangat mencintai mu muya.."

suaranya memelas. aku sangat tidak menduga tentang pernyataan perasaan yang tiba tiba itu. tanpa sadar aku juga melukai perasaannya (lagi).

sial sekali, sekarang aku benar benar merasa bersalah atas apa yang kuperbuat.

"tidak.. Sophie, justru aku yang seharusnya minta maaf"

"maafkan aku karena telah melukai perasaan mu"

"aku tidak mengetahui hal itu dan juga menganggap mu seperti orang bodoh"

"tapi maaf sekali lagi, aku tidak bisa menjalin hubungan denganmu"

aku sudah tidak bisa berkata apa apa lagi. aku bahkan tidak bisa menatap wajahnya.

"tidak muya"

"tidak lagi.."

"aku tidak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya"

"kali ini aku akan mengatakannya untuk mu"

"nee... muya..."

"aku ingin 'Bersatu' dengan mu.."

muya...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sister was So...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang