#2

47 17 2
                                    

"Nay.. Bangun.. Ada temen kamu tuh di bawah"
Ucap Nadya lembut membelai rambut putrinya.

Nayya terbangun. Ia lupa bahwa mulai sekarang dia akan berangkat dengan Gavin.

"Hah? Udah daritadi mah? "
Ucap Nayya panik. Ia tak mau membiat Gavin menunggu lama.

"Belum lama sih. Cepetan mandi. Masih ada waktu 40 menit"

Nayya membuka selimut langsung berlari menuju kamar mandi.

20 menit kemudian. Nayya sudah siap dan menemui Gavin.

"Maaf Gavin. Nayya lama"
Ucap Nayya merasa bersalah.

"Engga papa. Yodah yu berangkat"
Ucap Gavin dengan senyum dipaksakan.

"Tante, kita berangkat dulu ya"
Ucao Gavin menyalimi Nadya.

"Hati-hati"

***

Sepanjang perjalanan tak ada percakapan antara mereka berdua.

"Gavin marah? "
Ucap Nayya memberanikan diri.

"Engga"
Ucap Gavin singkat namun nada lembut.

Nayya semakin yakin bahwa Gavin sedang marah dengannya. Nayya jadi takut untuk berbicara dengan Gavin.

Sampai sekolah.

"Gavin maafin Nayya. Besok Nayya bangun pagi kok"

"Kenapa minta maaf Nayya? Gue gak marah kok."
Jawab Gavin membenarkan rambutnya sendiri.

Nayya tersenyum lebar. Pria ini benar-benar idamannya.

"Yaudah Nayya masuk ke kelas ya"

"Iya hati-hati"

***

"Tumben sampe kesini 5 menit sebelum bel masuk? "
Tanya Reli

"Eheh.. Ada yang bikin Nayya semangat bangun pagi Re" Nayya tersenyum malu-malu.

"Siapa? Alan? "
Tanya Reli antusias.

"Bukan. "

"Terus siapa? "

"Yang sering Nayya ceritain ke Reli itu loh. Rumahnya deket sama Nayya. Tapi beda komplek"
Ucap Nayya malu-malu.

"GAVIN? "

"Iya. Tadi Nayya berangkat bareng sama Gavin"
Ucap Nayya masih malu

"Ye kirain si Alan"
Reli terkekeh pelan. Gemas dengan Nayya.

***

Pagi yang panas. Sialnya hari ini adalah mapel olahraga untuk kelas 11 MIPA3.
Dan olahraga untuk kelas hari ini adalah basket. Olahraga yang paling Nayya benci. Pasalnya, Nayya tidak mahir dalam urusan olahraga termasuk Basket.

Brakk

"Aduh.. "
Kepala Nayya tiba-tiba terasa pusing. Sikunya berdarah akibat menopang tubuh nya yang jatuh karena ada bola basket yang mengenai kepalannya.

Semua mata memandang Nayya. Beberapa ada yang simpati beberapa juga ada yang acuh tak acuh dan malah menyalahkannya.

"Al! Lo sih. Anterin dia ke UKS gih"
Ucap Rendi menyenggol bahu Alan.

"Apasih! Dianya aja yg gamau minggir"
Ucap Alan ketus.

"Lo gak punya rasa kasian? "
Ucap Rendi.

"Ck. Iya iya. Brisik"
Alan berdecih kemudian menghampiri Nayya.

"Lo masih bisa jalan?"
Tanya Alan kepada Nayya yang sedang divantu berdiri oleh Reli.

Nayya'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang