Prolog

94 7 5
                                    

Kring!!! Kring!!!

Selimut belum juga terbuka yang tengah membalut gadis yang beberapa hari lalu baru menduduki kelas 11 SMA nya. Kebiasaan ini dia bawa sejak dia menginjak Sekolah Dasar.

"Nay? Bangun! Nayya? ntar telat lagi. "

Tidak ada jawaban dibalik selimut tebal yang menutupi seorang gadis bernama panjang Lucila Nayyara Lisias itu.

"Terserah kamu deh Nay. Mama cape bangunin kamu tiap hari tapi hasilnya sia-sia"
Ucap wanita paruh baya yang pasrah dengan karakter anaknya yang susah dibangunin ini.

Masih tak ada jawaban. Sepertinya Nayya sedang bermimpi indah.

Hingga 15 menit telah berlalu. Gadis itu mengerjap kan matanya berkali-kali. Menggerang malas untuk membangunkan tubuhnya. Diam sebentar untuk mengumpulkan nyawanya. Matanya tertuju pada jam beker yang terletak manis diatas nakasnya. Nayya mengernyitkan dahi. Mengapa matanya terasa buram begini? Dikucek mata gadis itu hingga penglihatannya jelas. Tak sampai 1 detik ia membulatkan matanya hingga hampir keluar. Dengan terkesiap ia melempar selimutnya begitu saja dan segera menuju ke kamar mandi.

***

"Ma! Mama kenapa ga bangunin Nayya sih! Nayya telat nih. 15 menit lagi gerbang ditutup elah! "
Teriak gadis itu tengah mengucir rambutnya seadanya sembari menuruni tangga satu persatu menuju tempat makan.

"Hm. Cepet sarapan"
Ucap Nadya mama Nayya seadanya. Seakan Nadya sudah terbiasa menghadapi sikap anaknya seperti saat ini.

"Nggak usah. Nayya udah telat. Nayya pamit dulu"
Ucap Nayya menyalami tangan Nadya.

"Kalo kamu ga sarapan, nih bawa bekalnya. Mama udah siapin tadi"

"Iya iya. Makasih ma. Nayya berangkat dulu. Assalamualaikum"

Nayya mencium pipi Nadya sekilas lalu dengan buru-buru ia berlari menuju garasinya.

Gadis itu seketika menampar jidat nya sendiri.

"Ya ampun. Motor Nayya kan masih di bengkel."

Dalam perjalanan ia mengumpat tak jelas. Mulutnya komat kamit dan keringat mulai bercucuran.

Nayya membelalakan matanya.

"10 menit lagii"

Ia masih menunggu pesanan taxi online nya yang tak datang-datang.

"Ayolah. Nayya nanti bisa telat!"
Ucapnya pada diri sendiri.

Tin. Tin.

Nayya langsung melejit memasuki taxi nya yang baru saja sampai.

"Cepet dikit ya pak. Nayya udah mau telat"

Ucap Nayya mendekatkan suara nya ketelinga sopir taxi.

"Siap mbak"
Sopir taxi mengangguk sekali.

***

"Yaampun 4 menit lagi"
Kaki nya bergetar tak tenang. Mata nya mulai memanas. Berkali-kali ia menatap jam yang melingkar ditangannya.

Walaupun sudah terbiasa telat seperti ini, Nayya tetap tak bisa menahan kegugupannya.

"Pak! Kenapa berhenti? Mogok? Duhhh kok bisa sih! "
Nayya mulai tak tenang dan menggigit bibir bawahnya.

"Macet mbak. Mungkin karena semalam habis ada hujan lebat"
Jawab sopir taxi seadanya.

"Apa hubungannya? Terus gimana pak? Nayya pasti udah telat. 2 menit lagi pak"

"Sabar mbak. Kalo mobil ini bisa terbang, pasti udah saya terbangin dari tadi"
Ucap sopir dengan tak ramah.

Berulang kali ia melirik jam nya. Hingga akhirnya jam menunjukkan pukul 7 pas. Dan taxi yang dikendarainya hanya maju 2 meter dari 2 menit yang lalu.

Nayya'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang