Sore hari ini Alena sedang menemani Robin yang tengah menyelesaikan tugas menggambarnya diruang tengah. Sedangkan Ben sedari tadi hanya bermalas-malasan saja dikamarnya. Dia tampaknya benar-benar ingin menikmati waktu libur hari ini.
Robin masih asik dengan pensil warna yang dipegangnya. Menggoreskan setiap garis pada buku gambar dihadapannya, hingga tercipta suatu kombinasi warna yang sempurna.
Alena benar-benar kagum dengan bakat menggambar Robin yang semakin berkembang disetiap harinya. Yang digambarnya saat ini bukanlah lagi wajah Daddynya yang tampak menyeramkan. Dia kini sudah mulai bisa menggambar berbagai macam bentuk. Dan setiap gambarnya sangatlah indah menurut Alena.
"Indah sekali gambarmu, sayang." Puji Alena yang kemudian mendaratkan kecupan singkat dipipi kanan putranya.
"Terimakasih Mommy. Ibu Guru disekolah memberikan ku tugas untuk menggambar pemandangan." Ucap Robin masih fokus dengan gambarnya. "Mommy tahu tidak, apa yang aku gambar ini?" Tanyanya sambil menoleh pada Alena.
"Pantai?" Jawab Alena yang memang sudah mengetahui objek gambaran sang putra.
Robin menganggukan kepala, lalu dengan senyum merekah dia berkata, "Dulu saat Kakek dan Nenek masih tinggal disini, mereka sering mengajakku pergi ke pantai Mommy. Dan bahkan Daddy juga selalu ikut menemani kami." Robin menjeda kalimatnya, lalu kemudian merubah ekspresi wajahnya menjadi senduh. "Tapi sekarang Daddy selalu sibuk. Deddy sudah tidak pernah mengajakku ke pantai lagi." Ucapnya sambil menundukkan kepala.
Alena membawa tubuh mungil sang putra kedalam pelukannya. Mengelus punggung Robin dengan penuh kelembutan. Dia tahu jika putranya itu pasti sangat rindu untuk menghabiskan waktu bersama sang Ayah. Ben memang keterlaluan. Dia selalu sibuk dengan pekerjaannya, hingga melupakan kebahagiaan Robin yang ingin menikmati waktu bersamanya.
"Kau ingin pergi ke pantai sayang?" Tanya Alena sesaat setelah mengurai pelukannya.
Robin hanya menganggukan kepala. Dan nampak ragu untuk menatap wajah Mommynya.
"Kalau begitu minggu depan kita pergi ke pantai bersama, bagaimana? Kau mau kan sayang?"
"Benarkah Mommy?" Tanya Robin dengan mata yang kembali berbinar.
"Tentu. Apakah Mommy pernah berbohong padamu?"
Robin menggeleng dengan begitu cepat, lalu dengan senyum yang kembali merekah dia berkata, "Daddy juga ikut bersama kita kan Momny?"
"Tentu. Kalau Daddy tidak ikut siapa yang akan menjaga kita." Jawab Alena sambil mengelus kepala Robin. Dia ikut merasa senang jika melihat Robin kembali ceria seperti sekarang. "Lanjutkan menggambarmu sayang! Mommy akan ke dapur sebentar untuk mengambalikanmu camilan."
Alena berjalan meninggalkan Robin sendiri diruang tengah. Dia hendak membuatkan jus untuk sang putra, dan mengambilkan beberapa camilan untuk menemani Robin menyelesaikan tugas menggambarnya.
Robin tengah asik mewarnai gamabarannya saat terdengar suara seseorang yang sedang mengetuk pintu rumahnya. Dia berlari untuk membukakan pintu dan dilihatnya sesosok pria dewasa dengan tubuh tegap dan gagah seperti Daddynya.
"Haii, apa kau yang bernama Robin?" Tanya pria dewasa itu sambil berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Robin.
Robin hanya menganggukan kepala dengan eksprsi takutnya. Dia merasa tidak mengenali sosok pria dewasa yang ada dihadapannya itu, hingga membuatnya sedikit takut. Dia selalu mengingat perkataan Mommynya yang melarangnya untuk berdekatan dengan orang asing. Akhir-akhir ini alena memang sedikit parno dengan maraknya berita penculikan anak ditelevisi. Hingga dia selalu menasehati Robin agar tidak sembarangan berbicara dengan orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEN ABRAHAM
Aktuelle LiteraturWAJIB FOLLOW SEBELUM BACA! 21+ COMPLETE ✅ #HR 141 in General Fiction 18/07/2018 Ben Abraham, seorang duda berusia matang yang harus membesarkan putra semata wayangnya seorang diri. Memilih bercerai dengan mantan istrinya, Elena yang selalu mengutama...