Pesta yang diawal terlihat hangat dan baik-baik saja, kini menjadi kacau berkat kedangan tamu tak diundang. Siapa lagi jika bukan Elena. Wanita yang selalu sukses membuat Ben naik darah.
Ben kini tampak berjalan terburu sambil menggendong Robin dan mengenggam pergelangan tangan Alena dengan bagitu kencang. Dia ingin segera pergi dari tempat ini secepatnya. Menghindari setiap kekacauan yang selalu dihadirkan oleh mantan istrinya.
"Ben, bisakah kau berjalan lebih pelan sedikit!" Ucap Alena mengimbagi langkah panjang suaminya, sebab kini tangannya tengah ditarik paksa.
"Ben, aku berbicara kepadamu! Tidak kah kau mendengarku?" Ucap Alena lagi dengan menahan rasa sakit pada pergelangan tangannya.
"Diamlah Alen! Kita akan langsung pulang sekarang, cepat masuk ke dalam mobil!" Bentak Ben, dimana kini mereka sudah sampai disamping mobilnya. Ben meminta Alena untuk segera masuk, tetapi istrinya itu masih berdiam diri sambil menatap dirinya tajam.
"Masuklah sekarang, Alen!" Ben mengulangi kalimat perintahnya, tetapi Alena masih tak bergerak juga.
"Kau benar-benar seperti anak kecil Ben! Hanya karena hal seperti ini kau marah? Kau bahkan membentakku dihadapan putramu. Tidak kah kau berfikir, jika nanti saat dia dewasa akan tumbuh menjadi pria yang kasar dan pemarah. Kenapa kau tidak bisa mencontohkan hal-hal baik padanya!" Alena mengeluarkan segala amaranya. Dia sudah muak melihat tingkah suaminya yang seperti anak kecil. Selalu marah dan emosi karena hal sepele.
"Dia putraku, tentu dia akan menuruni sifat dariku!" Ben menjeda kalimatnya, sebelum kembali berucap dengan penuh amarah. "Jadi kau ingin tetap disini menikmati pestanya? Kalau begitu silakan! Dan pulanglah bersama mereka nanti!" Marah Ben mendudukan Robin disamping kursi kemudi, lalu menutup pintunya dengan kencang. Dia pun lalu berjalan memutari mobil dan duduk dibalik kemudi, sebelum akhirnya menjalankan mobilnya untuk pulang.
"Mommy! Daddy jangan tinggalkan Mommy!" Robin menangis sambil memukuli kaca mobil. Dia ingin keluar dari dalam mobil dan menemani Mommynya. Dia tidak ingin pulang bersama Daddynya yang tampak menyeramkan.
"Duduk dan diamlah Robin! Mommy mu sendiri yang memilih untuk tetap disini." Kesal Ben melihat tingkah putranya yang terlalu cengeng.
"Pulanglah Ben, bawa Robin bersamamu. Aku bisa pulang sendiri." Ucap Alena lirih, dengan sebutir air mata yang jatuh membasahu pipinya saat melihat kepergian mobil Ben yang semakin menjauh.
Alena yang malang. Dia kini terpaksa harus pulang sendiri tanpa suaminya. Sebenarnya Alena bisa saja pulang dengan menggunakan taxi. Tetapi karena tempat ini masih jauh dari keramaian kota, dia pun terpaksa harus berjalan kaki hingga menemukan jalan raya.
**
"Apa yang kau lakukan disini Elena? Kau ingin mengacaukan pesta putrimu sendiri?" Tanya Gion yang kini juga tengah diselimuti oleh emosi.
Pasalnya Gion merasa tidak enak kepada Ben dan keluarganya. Dia sudah berjanji jika Elena tak akan hadir dalam pesta hari ini. Tetapi ternyata istrinya itu justru menjadi tamu tak diundang, dan mengacaukan pesta yang sudah dibuatnya.
"Tentu saja aku kemari karena ingin menghadiri pesta ulang tahun putriku. Kenapa hal seperti itu saja masih kau tanyakan Gion." Jawab Elena santai dengan menyuapi kue ulang tahun untuk putrinya.
Gion mulai geram. Bisa-bisanya Elena memanfaatkan putri mereka sebagai alasan. Padahal Gion tahu betul, jika kedatangan Elena kemari hanya untuk mengacau mantan suaminya. Dia memanfaatkan moment yang tepat untuk kembali mengusik kehidupan mantan suaminya.
"Tidak perlu berbasa-basi Elena! Aku tahu jika kau tidak tertarik akan pesta ulang tahun untuk putri kita. Dan dari mana kau tahu jika aku mengadakan pesta disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEN ABRAHAM
General FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM BACA! 21+ COMPLETE ✅ #HR 141 in General Fiction 18/07/2018 Ben Abraham, seorang duda berusia matang yang harus membesarkan putra semata wayangnya seorang diri. Memilih bercerai dengan mantan istrinya, Elena yang selalu mengutama...