love

1K 185 8
                                    

. love,

jimin merasa agak beruntung karena masih banyak kursi kosong yang bisa dia duduki (terlepas dari ucapan terima kasih terbata-bata dan tempat di sampingnya yang terisi oleh taehyung).

jimin ingin mengumpat, keras-keras. karena, shit. bagaimana bisa si oh-maniak-turtleneck itu bisa setampan ini dari dekat?

jimin bahkan sangsi sendiri karena taehyung sedang tidak kenakan turtleneck atau pun syal sekarang (dan, ya, ada bekas luka. kulit yang menebal dengan bercak merah di pinggir-pinggirnya.)

"jurusan?" jaket milik taehyung di ulurkan ke depannya, dan jimin tidak punya kalimat lain selain tidak, terima kasih, lalu menaruh ranselnya di sekat kursi.

"komunikasi." dia bilang, mengacak rambutnya yang mulai mengering. "dan kukira kita sering sekelas sebelumnya?"

"park jimin, 'kan?" taehyung tersenyum dan jimin yakin pipinya tidak memerah karena itu. "kau teman seongwoo, juga yuta. yang sering tidur di kelas tapi tetap dapat nilai di atas delapan?"

jimin mencibir kecil. dia tidak tau kalau kim taehyung bisa tau namanya. soalnya dia kira taehyung itu cowok bertipe seperti minhyun (yang kerjaannya belajar, belajar, dan belajar terus).

"jangan bercanda, aku tidak seperti itu."

"tapi kau memang keren, jimin." dia bilang itu seakan semuanya memang sudah jelas dari awal. jemarinya yang tenggelam di kain hoodie pelintir rambut depan jimin lewat ibu jari dan telunjuk runcing.

"rambutmu cantik, mirip malam."

jimin tidak menjawab. namun wajahnya merona sampai cuping telinga.

ˢᵘⁿᵏᶦˢˢᵉᵈTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang