you.

1.3K 187 19
                                    

. you.

pengeras suara di belakang kaca depan bus mulai berbunyi nyaring. keresak sebentar, tut tut tut stagnan dengan jeda beberapa detik setelahnya, lalu bisik malas si sopir tua didengungkan. jimin nyaris terantuk bangku depan bus jika saja dia tidak cium bau manis di ujung hidung.

dia tidur di pundak taehyung.

cowok itu cepat-cepat buat jarak, napasnya berbenturan dengan wajah merah dan jimin yakin dia baru saja cium wangi madu dan susu segar.

hujan di luar masih ketuki daun jendela. seisi bus suram. kaca spion dalam bahkan berembun dilalap udara beku. taehyung di sebelahnya tetap anteng tidur kendati tindakan jimin tadi sedikit buat dia menggeliat resah.

jimin berdeham. "taehyung?"

"ngg... lima menit lagi, ma."

jimin menarik napas yang sedari tadi dia tahan, mengecap roman taehyung dalam sehembusan napas. alis hitamnya, cekungan dalam yang buat jimin ingin benamkan telunjuk pada pipi taehyung, goresan panjang dekat pelipis—mungkin bekas kecelakaan, dia pikir begitu sambil mencondongkan badan, dekati tas taehyung yang ditaruh di bagian luar. hati-hati tutup resleting yang tadi terbuka karena taehyung berikan jaketnya.

"jim?"

jimin tersentak, cepat-cepat dia tegakkan punggung sambil menggigit bagian dalam mulutnya. "maaf, aku cuma—"

"shit." jimin meringis. dagu taehyung berbenturan dengan tulang pelipisnya keras. cowok itu refleks usap wajah bawah taehyung yang tadi terantuk olehnya, ikut mendesis ketika kenai titik di kulit yang sekarang berubah jadi biru.

"kau sebenarnya mau apa, sih?" celetuk taehyung, berusaha bicara senormal mungkin di antara lipatan hidung yang baui salep lebam. diam perhatikan wajah jimin yang hati-hati menotolkan obat dingin itu ke dekat dagu.

"ranselmu tadi terbuka," jawab jimin. menarik diri sebentar untuk taruh obatnya di saku jaket sebelum cowok itu periksa dagu taehyung sekali lagi. "tadi ada bapak tua yang lihati ranselmu. lama sekali."

yang lebih tinggi cuma menggumam tidak jelas. beranjak menaruh ranselnya ke bagian dalam kursi, sisa kosong antara kursinya dan kursi jimin. taehyung sentuh lekuk birunya yang mulai terasa panas dan tanpa sadar mendesah pelan.

tidak romantis sama sekali. terantuk di dagu, dapat lebam, dan sekarang berbau seperti nenek-nenek yang sedang sakit pinggang.

"kau turun di stasiun mana?" jimin bertanya ragu. sebenarnya ini sudah lewat sekitar tiga pemberhentian dari gang dekat rumahnya, dan dia sudah lebih dari tau untuk menunggu taehyung turun lebih dulu.

"satu belokan lagi?" jawab taehyung acuh, seperti dia baru saja tidak terantuk di rahang bawah sampai berwarna biru. sebagai respon yang terlambat, dia menatap mata jimin dan bertanya-tanya apa memang ada orang yang punya mata segelap dan sehitam itu (taehyung harus yakinkan diri sendiri kalau mata jimin benar-benar nyata sebelum dia sentuh dengan jemarinya).

"matamu lucu."

jimin mengerut. "ya?"

"serasi dengan warna rambutmu." dia nyengir, berikan jimin seulas senyum kelewat lebar hingga jimin khawatir bibirnya bakal robek sewaktu-waktu. "aku duluan, jimin. kujemput kau besok sehabis kelas siang, ya! dadah!"

cowok itu tidak berikan penjelasan apa-apa. langsung balik badan mengarah ke pintu dan jimin berakhir lihati punggung kim taehyung dari belakang. bertanya-tanya sendiri ada apa sebelum sadar kalau—

oh.

dia cepat-cepat tempelkan dahinya ke jendela samping. taehyung masih berdiri di dekat trotoar, nyengir seperti orang yang baru dapat kupon lima burger keju dari mcdonalds. begitu pintu depan ditutup, sosok taehyung yang melambai semakin kelihatan kecil.

dekat leher taehyung; biru. biru susu mirip langit sehabis hujan. berkasnya menelusup sampai separuh pipi kanan. lukanya tertimbun coretan biru.

jadi jimin buru-buru usap kaca yang berembun. dingin. hujannya sudah berhenti sejak sepuluh menit lalu, sejak sebelum taehyung turun dan nyengir kepadanya seperti orang gila. dia dekatkan wajahnya hati-hati ke depan, genggam ujung surainya sampai ke depan wajah.

oranye. kelabu sedikit. ruas akarnya masih hitam dan jimin tidak bisa pikir apapun selain cantikcantikcantik dan bagaimana perutnya terasa geli seperti disinggahi ribuan kupu-kupu.

fin.

ˢᵘⁿᵏᶦˢˢᵉᵈTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang