Keesokan harinya, aku melihat paman Meko berlari menghampiriku dengan tergesa-gesa.’’Ada apa dengan paman Meko?’’, tanyaku dalam hati.
“Andi! Andi! Ayahmu telah ditemukan”, teriak paman Meko dari kejauhan. Seketika itu pun aku beranjak meninggalkan tempatku dan menghampiri paman Meko.
“Dimana ayahku paman...dimanaa?’’.Teriakku kepada paman
“ Ayahmu ada di rumah sakit Ndi”, jawab paman kepadaku.
Aku dan paman Meko pun beranjak ke rumah sakit. Setibanya disana aku melihat ayahku terbaring lemas di atas kasur.
”Apa yang terjadi dengan ayahku paman?”, tanyaku kepada paman yang sedari tadi terdiam.
”Ayahmu koma Ndi, kita hanya bisa berdoa semoga Allah membantunya melewati masa komanya”, jelas paman Meko kepadaku. Seketika tubuhku lemas mendengar penjelasan dari paman Meko. Aku terdiam melihat sosok pahlawan kebanggaanku yang terbaring lemas tak berdaya diatas kasur.
”Paman, lalu bagaimana dengan ibu ?, apakah ibu telah ditemukan?”, gerutuku pada paman dengan perasaan khawatir.
”Sabar ya Ndi..ibumu belum ditemukan, kita berdoa saja semoga ibumu cepat ditemukan dalam keadaan selamat”, ujar paman Meko meyakinkan.
Waktu telah sore, aku pun diantarkan pulang ke tempat pengungsian oleh paman karena dia tak mau melihatku yang terus bersedih melihat ayahku yang sedang koma di rumah sakit.
Di pengungsian paman menitipkanku dengan bi Imah, istri dari paman Meko yang juga mengungsi bersamaku. Keluarga mereka semuanya aman dan selamat tidak ada yang hilang ataupun terluka,karna mereka langsung menyelamatkan diri di tempat kejadian.
“Bagaimana keadaan ayahmu Ndi?”,tanya bi Imah.
“Ayahnya masih kritis”, ungkap paman Meko.
Malam pun tiba, ku pandangi sekitar tenda pengungsian ini banyak sekali orang yang kehilangan anggota keluarganya dan yang terluka pula.
”Andi, ayo kesini makan !”, ajak bi Imah yang seketika memecahkan lamunanku.
”Andi tidak lapar Bi !”, sahutku.
”Nanti kamu sakit Ndi, ayo kesini makan, besok baru kita cari lagi ibumu”, tukas Bi Imah. Aku pun menurutinya dan makan bersama yang lain.