Jungkook terperangah, menatap Taehyung yang sudah tidak sadarkan diri dipangkuannya, ditatapnya nanar sang pemilik hati, begitu pucat dengan peluh membanjiri wajah manisnya. Tangan kirinya enggan lepas dari perut bawah bagian kiri milik Taehyung takut jika sedikit saja beralih dari sana darah yang akan keluar akan semakin banyak lagi.
"Bisakah lebih cepat lagi?"Ujarnya lemah, suara terasa hilang melihat bagaimana keadaan Taehyung saat ini.
"Maaf tuan ini sudah berada pada kecepatan tertinggi."
Jungkook tertegun, menatap pada jendela mobil, benar mobil yang dinaikinya suah begitu cepat. Namun mengapa terasa begitu lambat.
"Hey bertahanlah, rumah sakit sudah dekat."
Tubuh Taehyung direngkuh erat, namun juga begitu hati-hati. Perlahan menunduk, mengecup bibi tebal yang seharusnya berwarna merah menggoda itu kedalam ciuman singkat. Dingin, bibir Taehyung begitu dingin ketika menyapa bibir tipisnya, warnanya pudar. Begitu pucat.
"Tuan."
Jungkook mengangguk, keluar dengan perlahan. Langkahnya dipercepat begitu pintu utama rumah sakit tertangkap oleh indra penglihat. Membaringkan Taehyung pada brankar yang disodorkan padanya. Jungkook mengikuti dibelakang, sedang Taehyung dibawa oleh para medis yang bertugas.
"Aku ingin dia bangun, menatapku dengan binar matanya yang indah, buat dia bangun."
"Aku akan berusaha."Sang dokter tersenyum, menutup ruang operasi dengan raut wajah yang begitu serius.
Jungkook menatap nanar ruang operasi, lalu beralih menatap tangannya yang masih bersimbah darah milik Taehyung. Terasa hangat.
Lalu dering ponsel disaku celana mengalihkan atensi. "Ju-jungkook ah, maafkan eomma. A-aku, aku-"
"Tak apa eomma, tenangkan dirimu, Taehyung akan baik-baik saja."
"T-tapi a-aku menusuk-"
"Tak apa eomma, dia akan mendapat perawat yang baik. Dokter akan menyembuhkannya."
"Akan sembuh? seperti eomma?"
"Ne seperti eomma."
Sambungan terputus, nafas beratnya berhembus. "Kumohon, apapun yang terjadi. Selamatkan Taehyung."
- FOXY -
"Aku tahu kau tidak mencintaiku, maafkan aku. Aku akan melepaskanmu."
"Kau tidak sedang becanda bukan?"
"Kau tahu, hanya Taehyung yang aku miliki saat ini, harta yang paling berharga. Aku tidak ingin lagi kehilangan sesuatu yang paling berharga hanya karna ego untuk yang kedua kalinya lagi. Maaf karna mengekangmu memanfaatkan situasi, maaf aku benar-benar minta maaf atas tingkahku."
Wanita itu tersenyum lega. Masih mencoba meyakinkan diri jikalau pilihannya benar. Taehyung memanglah harta yang teramat berharga untuknya. Bukan lagi uang, atau bahkan cintanya terhadap lelaki dewasa bermarga Jeon didepannya lagi. Dirinya akan sangat menyesal jikalau tetap bertahan pada egonya sendiri.
"Lalu bagaimana setelah ini?"
"Aku akan pergi."
"Kemana?"
"Kemana saja selagi mataku tidak melihat kearahmu."
"Jungkook, kau tahu anak itu nampak begitu menginginkan anakmu."
"Aku-tidak tahu." Jedanya sejenak. "Aku akan tetap bertahan jika Taehyung juga menginginkan Jungkook."
"Jika tidak?"
"Aku akan tetap pergi." Bibir tipisnya mengulas senyum.
"Dan membiarkan Jungkook menderita karna kehilangan orang yang paling diinginkannya?'
Senyumnya kembali terukir.
"Kau ingin anakku merasakan apa yang kau rasakan?"
"Bukan seperti itu."
"Lalu?"
"Jika cinta benar-benar ada disekeliling mereka, aku yakin sejauh apapun mereka terpisah kelak mereka akan kembali bertemu. Seperti aku dengan Kau misal, tidak peduli sejauh kakimu melangkah, nyatanya aku masih bisa menemukanmu, menatapmu bahkan sempat bersanding denganmu, meski hanya ada aku yang mencintaimu."
"Bodoh."
- FOXY-
"Bagaimana keadaan Taehyung?" Jungkook bertanya begitu dokter dengan masker operasinya keluar dari dalam ruangan tempat dimana Taehyung tengah terbaring lemah.
"Taehyung kehilangan banyak darah, dia harus segera mendapatkan transfusi darah."
"Lakukan saja, lakukan apapun yang bisa membuatnya bangun bukankah aku sudah mengatakannya?!"
Surai hitamnya digasak kasar hingga membuat tatanan rambutnya berantakan, tangannya mengepal kuat seolah apapun yang dirasakannya saat ini terkumpul pada kepalannya.
"Arghhh!" Tubuhnya terduduk pada lantai dingin, tangan yang masih terdapat darah Taehyung yang sudah hampir mengering menutupi hampir sebagian dari wajahnya.
"Jangan tinggalkan aku."
"Apapun alasannya, jangan pernah tinggalkan aku."
Kini kepalanya dipenuhi oleh bayang-bayang Taehyung yang meninggalkannya. Jungkook menangis dengan suara pilu, mengabaikan pandangan orang lain yang bertanya dalam diam.
- FOXY-
Satu jam kemudian Jungkook kembali melihat, bagaimana Taehyung kembali dibawa diatas brankar yang berbeda. Taehyungnya yang tengah terlelap dengan damai, dengan nafas yang berhembus dengan teratur, tidak ada lagi keringat yang membanjiri wajah cantik Taehyungnya. Taehyungnya tengah tertidur dan akan kembali terbangun. Taaehyungnya, miliknya tidak akan meninggalkannya.
"Taehyung dia-"
"Dia tengah tertidur karena pengaruh obat bius, aku tahu, dia akan bangun jika efek dari obat biusnya habis bukan? aku tahu itu."
Sang dokter tersenyum, menepuk sekilas pada pundak kokoh pemuda Jeon. "Panggil aku saat dia sadar."
Jungkook mengangguk.
Dokter pergi, menyisakan Jungkook dengan Taehyung yang tengah tertidur lemah. Perlahan Jungkook mengenggam jemari Taehyung, mengecupnya dengan kecupan ringan.
"Cepat bangun."
Tubuhnya merunduk, mengecup kening Taehyung yang sedikit tertutupi oleh helaian rambut.
"Cepat bangun, buka matamu, tatap aku, lalu bicaralah, Jangan tidur terlalu lama. Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu."
- TBC -
Aku buka lapak untuk menyalurkan segala bentuk emosi yang kalian pendam selama aku bobo cantik .gs
dikit ya? pemanasan setelah lama tidak mengetik.
Voment ya, gak ada aku hiatus lagi :v aku ngancem beneran ini
KAMU SEDANG MEMBACA
FOXY (PO SOFTCOPY)
Fanfiction"Biar bagaimanapun kau akan tetap menjadi milikku." ⚠Very slow update!⚠ ⚠KookV⚠ ⚠Jungkook!Top!Taehyung!Bottom⚠