Jika kamu ingin menghargai hasil kerja orang, maka kamu juga harus menghargai hasil kerja mu sendiri.
Grup Chat Kelas
" PR Matematika ditulis soal gak? " Tanya gue
" Tulis ". Melvina langsung membalas dengan cepat, biasalah kesepian.
Sambil pusing ngerjain tugas Matematika, ehhh grup chat kelas malah ribut. Ya, gue kan jadi kepo.
" No.1 terhadap sumbu apa? " Tanya gue yang kebingungan liat rumus gak sesuai soal.
" Tidak ada ". Si Melvina yang kesepian yang balas lagi.
" Ihh gak tau, gue lupa. Haduhh gimana nih ". Gue udah gak tau lagi harus gimana, satu soal aja susahnya kayak ngerjain 100 soal.
Melvina langsung memberi tahu halaman berapa dan bagian mana rumus yang harus gue ikutin. Dengan cepat gue kerjain tuh soal, ehh ternyata gue bisa, lanjut ke soal selanjutnya.
Semakin lama soal semakin sulit. Grup chat pun mulai ribut kembali, udah kayak emak-emak nawar sayur dipasar.
Konsentrasi gue pecah, notif HP gue gak berhenti ngedumel. Apalagi doi juga ikut chat, jadinya gue gak konsen
" Udah selesai Matematika belum? " Tanya Windy. Gue males mau bales, yaudah gue nyimak aja.
Ternyata Melvina lagi yang bales, memang ya kalau udah gak ada doi pasti kesepian tuh dia.
" Belum, Vania udah ". Bales Melvina.
Sosok Vania pun langsung hadir secara tiba-tiba setelah Melvina mengetik namanya, kayak hantu aja pas di panggil namanya langsung muncul." Gue belum, gue males. Ini aja gue masih di tempat tidur " Bales Vania.
Di situasi yang tidak memungkinkan, Nadia pun datang dan langsung meminta pap jawaban.
Emang dia kira enak apa ngerjain Matematika, dia seenaknya aja minta pap.
Keributan semakin terjadi. Ada yang kesusahan, ada yang minta pap, ada yang minta rumus dan segalanya deh.
Parahnya lagi, ada yang maksa minta kasih tau. Padahal udah dibilangin belum selesai, eh dia masih ngotot minta kasih tau.
Ya ampun, ini nih yang gue malesin, gue aja nyontek gak pernah tuh maksa.
Daripada kesel gue tambah tinggi, mendingan gue lanjut kerjain PR.
" Toooeengg ". Notif HP gue teriak lagi.
Gue kira chatan dari doi, ehh ternyata chatan dari tukang nyontek gak tau diri. Berani-beraninya dia chat pribadi gue, maksa minta contekan. Sumpah gue kesel banget, gue sleding nanti tuh dia.
Gue males jawab chatan dia, yaudah gue biarin aja. Gue lanjut lagi deh ngerjain tugas.
Semakin lama perjalan gue semakin sulit, banyak rintangan yang gak bisa gue hadapi. Tugas nya makin sulit.
Daripada kepala gue gundul karna nih tugas, mending gue tanya aja di grup chat khusus sahabat-sahabat gue.
" No. 7 gimana caranya, negatif atau positif? " Tanya gue heboh di grup chat.
" Hasilnya positif ". Melvina jawab chatan gue.Berarti yang gue kerjain rumusnya benar, seneng banget gue bisa ngerjain soal sesulit ini.
Eh, gak lama gue seneng, tiba-tiba Melvina chat lagi di grup dan bilang kalau jawabannya salah. Seketika topeng kebahagiaan gue hancur diinjak Melvina.
" Salahnya dimana, emang jawabannya berapa ? " Tanya gue.
" Benar sih jawabannya, tapi hasilnya negatif bukan positif ". Jawab Melvina." Aelah, gue kira salah hasilnya, ternyata hanya salah itu aja. Yaudah, ditambah negatif aja, apa susahnya. Hidup itu gak usah dibuat susah ". Topeng kebahagiaan gue kembali terbentuk.
Cusss, lanjut lagi ngerjain soal sedikit lagi selesai.
Tak lama kemudian ngerjain soalnya pun selesai, besok terbebas dari siksaan bidadari neraka.
Seperti biasa, semua tugas selesai langsung chat doi. Gue mikirin doi terus, tapi doi nya gak peka, sedih cuk.
Sambil nungguin doi balas chat, gue liat update-an status WA temen-temen gue. Dan ternyata, ada temen gue yang nyindir gue dan sahabat-sahabat gue di SW. Dia gak Terima gue dan sahabat-sahabat gue gak kasih contekan ke dia.
Dengan wajah gue yang sangar, yaudah deh gue balik nyindir. Kalau sempat besok dia masih nyindir, gue ajak dia ngomong langsung tanpa basa-basi lagi.
Tak lama gue nyindir dia di SW ( Status whatsapp), dia pun melihat sindiran balik gue. Hahahaha, mungkin karena dia takut berantem ama gue, dihapus tuh sindiran buat gue dan sahabat-sahabat gue.
°°°
Next ⬇⬇⬇
KAMU SEDANG MEMBACA
FILIA
Teen FictionJangan sama kan kami dengan murid yang lain. Tidak semua dari kami yang mampu menguasai semua pelajaran. Jika kami tidak tahu, bimbinglah. Bukan malah menekan kami harus tahu tanpa bimbingan.