ENAM

28 4 0
                                    

ENAM

Dari semua sisi diriku...

Tidak ingin melihat lebih?

(Viny, 21 September 2015)

Saya Biru. Masih tetap sama. Berjanji dengan Viny untuk kembali berbincang-bincang. Di tempat yang sama pula. Kenapa sama? Karena enak, ada teh, kopi, dan susu. Kadang turun hujan juga. Dan selalu sepi. Walaupun begitu tetap saja saya kurang sabar dan akhirnya jadi yang menunggu. Tidak apa, toh kemarin juga begitu. Tak lama kemudian Viny datang. Dari jauh sudah tersenyum. Mungkin dia habis gajian. Hahaha.

Biru: "Halo, Vinyyy."

Viny: "Halo, Biruuuuu."

Biru: "Sendirian aja nih?"

Viny: "Hahaha, tadi mau ajak Shani tapi takut kamu jadi gemetaran."

Biru: "Hahahaha. Minum apa, Vin?"

Viny: "Bebas."

Biru: "Kopi susu mau?"

Viny: "Iya boleeehhh."

Iya, saya yakin Viny habis gajian dan kemudian gajinya buat beli buku dimana buku itu ternyata sangat bagus. Dia terlihat sangat-sangat cerah hari ini. Lebih cerah dari langit di luar.

Biru: "Hari ini aku ga akan nanyain kamu."

Viny: "Loh, tumben?"

Biru: "Iya."

Viny: "Terus ngapain jadinya? Aku yang nanya?"

Biru: "Hahaha, enggak."

Viny: "Lha terus?"

Biru: "Udah tenang aja. Aku pesen dulu ya."

Saya beranjak dan kemudian memesan kopi susu sejumlah dua buah. Dan tentu saja setelah memesan saya kembali duduk.

Viny: "Emang kenapa kok tumben kamu ga nanya-nanya?"

Biru: "Aku masih nanya-nanya kok. Tapi bukan kamu yang aku tanya."

Viny: "Lha terus siapa??"

Biru: "Nanti juga tahu. Tenang, mereka datengnya satu-satu kok."

Viny: "Siapa yang datang?"

Biru: "Ntar liat aja hehe. Oh ya, ada syarat dan ketentuan berlaku nih buat kamu untuk hari ini."

Viny: "Apa itu?"

Biru: "Hari ini kamu cukup diam dan perhatikan saja. Ga usah ikut bertanya ataupun menjawab. Dengerin aja."

Viny: "Kenapa gitu?"

Biru: "Gapapa. Karena mereka pun tidak akan bertanya padamu atau berbincang denganmu. Mereka sudah setuju untuk hanya menjawab pertanyaanku dan berbicara padaku."

Viny: "Heee, yaudah deh. Oke oke."

Biru: "Bener ya?"

Viny: "Iyaaa."

Dalam hitungan menit minuman kopi susu sejumlah dua cangkir datang. Satu untuk Viny, dan satu lagi untuk saya pastinya. Dan tak lama kemudian tanpa kami sadari, masuklah orang pertama. Saya dan Viny spontan menoleh. Terkejut oleh riak bunyi pintu yang dibuka oleh seseorang.

Viny: "Astagaaaa...."

Viny melihat ke ambang pintu dan orang itu masuk. Ekspresi Viny seperti campuran antara kaget, senang, hampir tertawa, dan dia sedikit menutup mulutnya dengan tangannya ketika melihatnya. Orang itu tanpa ragu melangkah ke arah kami. Saya tersenyum,tapi Viny lebih lebar. Lidya Maulida Djuhandar memasuki ruangan.

VinyseriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang