HT || 02

167 12 4
                                    

HT || 02

"Tentang pertemuan ini, aku tidak mengerti kenapa bisa terjadi"
-Rain

***

Tok..tok..tok...

Rain mengetuk pintu kepala sekolah, untungnya kepala sekolah disini ialah om nya, jadi ia tidak terlalu bingung harus bagaimana.

"Rain, masuk nak." pintah Andre, om Rain.

Rain pun hanya menganggukan kepalanya, lalu ia masuk kedalam. Andre mengira Rain datang sendiri tapi ternyata dibelakang Rain ada seseorang.

"Langit" panggil Pak Andre.
Langit yang merasa terpanggil pun hanya tersenyum sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. Rain pun melirik ke arah Langit sekilas dengan malas.

Cowok ini lagi. Ngapain sih. Batinnya

"Langit, ada apa kamu kesini?" tanya Pak Andre.

"Pa, saya lagi jagain bidadari saya. Takutnya dia nyasar ke hati orang lain dan ga tau arah jalan pulang kehati saya. Makanya saya ikutin dia pa" jawab Langit sambil melirik Rain.

Rain yang mendengar itu pun hanya menarik nafas dan membuang nafasnya dengan kasar.

"Kamu itu ada-ada saja, Langit. Rain, apa kamu sudah kenal dengan Langit?" tanya Pak Andre kepada Rain.

"Tidak pak. " jawab Rain. Meskipun Andre adalah om nya, tapi Rain tau bahwa ini situasinya di sekolah, dan Rain mengerti harus memanggil Andre apa.

"Yaudah, Rain. Kamu duduk. Dan kamu Langit, kembali ke kelas kamu. Sebentar lagi bel berbunyi" pintah Pak Andre.

"Tidak pak. Saya mau menemai bidadari saya disini. Dan mengantarkan dia ke kelasnya" jawab Langit.

"Terserah kamu saja Langit" ucap Pak Andre.

Dia lelah menghadapi murid yang satu ini, Langit selalu tidak mau kalah jika berbicara.

"Baik, Rain. Kamu masuk ke kelas 12 IPA 2 " ucap Pak Andre.

Rain pun menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

"Terima kasih pak. Kalau gitu saya kekelas dulu" ucap Rain, sambil mencium punggung tangan Pak Andre.

"Yess... Lo satu kelas sama gue!" ucap Langit sambil mengguncangkan bahu Rain. "Lo bakalan gue jagain oke. Kalo ada yang macem-macem sama lo, lo bilang sama gue yah" ucap Langit sambil menatap lekat mata Rain.
Terjadilah aksi tatap menatap disana.

Ya Tuhan, kenapa sama gue. Kenapa sama jantung gue ini. Batin Rain.

Mata lo indah. Ngebuat gue ga bisa berpaling dari mata lo. Astagaa ada apa sama gue ini. Batin Langit.

"Ekhm" deheman Pak Andre membuat Rain dan Langit mengalihkan pandangannya bersamaan. "Yaudah, Langit kamu antar Rain ke kelas nya." pintah Pak Andre.

"Aye ye, captain. SIAP!" jawab Langit sambik memberikan hormat kepada Pak Andre."Ayo bidadariku yang cantik dan manis" ucap Langit sambil merangkul bahu Rain. Rain pun merasa risih diperlakukan seperti itu oleh Langit. Rain mencoba melepaskan rangkulan Rain, tetapi Langit merangkul Rain sangat erat. Rain hanya bisa pasrah diperlakukan seperti itu.

Di lorong menuju kelas, Rain ditatap tajam oleh para siswi yang ada disana, seakan-akan mereka kelaparan dan ingin memakan Rain. Rain pun hanya menundukan kepalanya malu.

"Siapa sih cewe itu. Sok kecentilan banget sama Langit."

"Murid baru ko so kecentilan banget sih"

"OMG!!! Aa Langit nya acu masa di gondol lonte sih"

"Lo kira Langit itu kucing apa, make pake kata ngegondol segala"

"Dasar bitch!"

"Keganjenan banget sih"

"Kaga ada pantes-pantes nya."

Begitulah celotehan siswi-siswi yang ada disana, dan masih banyak lagi. Membuat Rain tambah malu dan takut.

Tiba-tiba Langit menghentikan langkahnya. Lalu menghadapkan Rain untuk menghadap ke arahnya. Langit tetap memegang kedua bahu Rain.

"Lo kenapa?" tanya Langit. Rain tetap saja menundukan kepalanya. Langit pun mengangkat dagu Rain, dengan perlahan. Membuat mereka saling menatap.

"Lo kenapa?" tanya Langit sekali lagi dengan nada yang sangat pelan, namun masih bisa di dengar oleh Rain. Rain pun masih tetap menatap Langit tanpa berkedip.

Ada apa sama gue, Ya Tuhan. Kenapa jantung gue seperti sedang lari maraton. Batin Rain.

Langit pun tersenyum melihat Rain yang masih saja menatapnya. Lalu, Langit mempunyai ide. Dia meniup mata Rain membuat Rain berkedip dengan terkejut.

"Lo apa-apa an sih?" ucap Rain dengan kesal samb mengucek matanya.

"Hehe, sorry sorry yah" ucap Langit sambil memegang tangan Rain yang terus mengucek matanya itu.

"Woy, Lang!" panggil Sean, Langit pun hanya melirik Sean dan teman-temannya sekilas.

"Si Langit kenapa sih?" tanya Bagas kepada Sean dan Bryan. Mereka berdua pun hanya mengangkat bahu nya tidak tau.

"Au dah. Tuh sempak bunglon kayanya lagi pms kali." jawab Bagas.

Bryan pun menonyor kepala Bagas. "Serah lo aja kutil badak" ucap Bryan.

Mereka pun mencoba menghampiri Langit.

"Eh, lo sama siapa ini?" Tanya Bagas.

"Ngapain lo semua kesini?" tanya Langit. "Tadi pas gue telpon lo semua kenapa kaga di angkat hah?!" tanya Langit dengan kesal.

Mereka bertiga pun hanya tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gue minta maaf, tadi gue lagi disuruh sama Pa Bro buat ngambil buku di perpustakaan." jawab Bryan. Pak Bro itu adalah Pak Alfin, mereka terbiasa memanggil Pak Alfin dengan panggilan Bro.

"Gue juga minta maaf. Gue sama Bagas tadi lagi makan dikantin. Dan handphone gue juga di kelas" jawab Sean.

"Allah.. Lo semua banyak alasan tau ga. Pokonya, nanti lo semua gakan gue ijinin masuk ke kamar gue!" ucap Langit. "Yaudah sayangku yang manis dan imut, yuk kita masuk ke kelas" ucap Langit sambil menggandeng tangan Rain. Rain mencoba melepaskan tangannya, namun Langit menahannya.

"Lo sih" ucap Bagas menyalahkan Sean.

"Ko gue sih!" jawab Sean. "Nih si Bryan." ucap Sean sambil menyenggol lengan Bryan.

"Trus aja salahin gue, aing mah da naon atuh!" jawab Bryan sambil berjalan memasuki kelasnya.

"YANG TERAKHIR MASUK KELAS PACARNYA SI TANTE!" teriak Bagas sambil lari kedalam kelas.

"Anjir gila lo! Heh ketek miper" Sean pun berlari menyusul teman-temannya.

-Langit Angkasa
-Rain
-Bagas Dirgantara
-Sean Alfiansyah
-Bryan Roberti

Hai!!! Selamat membaca ❤ Mohon maaf ya kalau ceritanya masih ga nyambung, maklum lah masih amatiran😂  Jangan lupa kasih vote+coment yah dan aku juga mohon sarannya buat kelancaran cerita ini buat kedepannya😂

Hujan TerakhirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang