2. Hujan (21++)

3K 210 17
                                    

Ok. Aku putuskan untuk melanjutkan ini. Tanpa perubahan sedikitpun dari sinopsis maupun dari cover.

Yang merasa dibawah umur, sebaiknya kalian menjauh dari sini. Aku tidak bertanggung jawab apapun untuk kalian jika masih tetap membacanya.
Abaikan typo!
Mumpung ada mood menulis ini, jadi langsung aku sikaat.. Wkwk

🍒

Happy reading guys!!

🍒🍒

Sakura masih mengingat jelas seperti apa masa lalunya yang dulunya begitu mencintai Sasuke. Dulu, ia sempat memimpikan bagaimana rasanya jika ia bisa menjalin hubungan dengan pria itu. Ia pernah memiliki harapan besar, jika apa yang sudah di lakukannya bisa dapat di rasakan oleh Sasuke. Tapi yah, Sasuke adalah pria yang tidak pekah waktu itu. Sasuke lebih memprioritaskan pendidikannya dari pada apapun. Baginya, pendidikan adalah nomor satu. Asmara itu mungkin berada dalam urutan nomor paling belakang. Sebut saja tidak penting baginya. Sehingga ia tidak pernah menyadari semua eksistensi maupun atensi dari Sakura terhadap dirinya.

Masa-masa High School Sakura juga tidak begitu menyenangkan. Anggap saja monoton. Ia memang tergolong anak yang pintar, tentu saja. Tapi tentu lebih pintar lagi Sasuke. Sasuke selalu mendapat peringkat pertama dari tahun ke tahun, bahkan tidak ada sekalipun yang bisa menggeser posisinya kala itu. Sedangkan Sakura, peringkat terbaiknya adalah peringkat ke 5, dan peringkat terburuknya adalah 9.
Ia ingat, dulu ia selalu berusaha mengejar Sasuke. Namun, semua yang ia lakukan tidak pernah mendapat tanggapan apapun dari pria itu. Seolah-olah Sakura adalah wujud yang tidak terlihat olehnya.
Jadi menurutnya, jika ia bisa sejajar dengan Sasuke, mungkin Sasuke bisa melihatnya.
Oleh karena itu, Sakura belajar mati-matian agar bisa mengejar nilai Sasuke. Mendapat peringkat 2 pasti cukup membuat Sasuke menyadari siapa itu Haruno Sakura. Begitu pikirnya. Tapi ternyata itu semua hanya sia-sia. Bahkan sampai lulus sekolah pun, Sasuke tidak kenal siapa gadis bernama Haruno Sakura itu.
Pada akhirnya, Sakura memilih untuk menyerah.

🍒

Menunggu adalah hal yang di bencinya. Dan sudah 30 menit berlalu tapi yang ditunggu belum kunjung datang.
Langit pun terlihat tidak bersahabat. Gelap dan suram, padahal ini masih pukul satu siang.

"Sudah lama menunggu?"

Sakura menoleh, seketika juga tubuhnya menegang. Berdecak dalam hati, kenapa juga yang tidak di harapkan malah yang muncul.

"Bukan urusanmu!"

Pria itu malah tertawa pelan "Akan aku temani sampai dia datang"

"Tidak perlu. Maaf, dan sebaiknya kau menjauh. Ingat kejadian minggu lalu? Aku tidak mau kejadian itu terulang lagi" Sai tahu, Sakura sudah membencinya. Itu terlihat dari nada bicara Sakura padanya yang tidak pernah lembut sedikitpun.

"Aku paham" Sai menghampiri Sakura dan duduk di sampingnya. Angin berhembus membawa hawa dingin untuk mereka.
Tapi tidak untuk hati mereka yang sudah panas. Apalagi untuk Sakura yang berusaha menahan emosinya agar tidak ingin menghajar Sai yang notabennya adalah mantan kekasihnya.

"Maafkan aku" Kata Sai tiba-tiba. Sakura semakin menipiskan bibirnya ketika mendengarnya. Sai menunduk melihat rumput yang lembab karena gerimis "Aku tahu, kau juga tidak akan bisa memaafkan aku. Kesalahanku tidak mungkin bisa termaafkan"

"Kau sudah tahu, lantas kenapa masih membicarakan ini" jelas Sai bisa menangkap kalimat yang Sakura ucapkan ini adalah pernyataan. Tapi ia akan terus mengucapkan kata maaf dan maaf, meskipun ia tahu jika ia tidak akan pernah mendapatkan pengampunan dari perempuan yang pernah disakiti hatinya.

Futatabi KoiniochiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang