Terbangun

2.4K 117 26
                                    

SEORANG gadis terikat dan dibiarkan tergeletak di lapangan luas. Ia tidak sadarkan diri. Sementara di hadapannya ada banyak sekali kerumunan orang yang sepertinya sedang mengadakan pesta besar-besaran. Sinar matahari baru saja terbit dan mulai menyengat panasnya. Gadis itu bergerak rupanya ia terbangun saat merasakan bias matahari menerpa wajahnya, sangat menyilaukan mata.

Di mana ini? Kenapa tubuhku tergeletak dan tidak mampu bergerak? Gadis itu mengeluh. Gadis yang kini terikat tidak lain adalah Sania. Seorang yang terkenal kuat.

"Jangan! Tolong ... ja-jangan ... biarkan aku hidup." Suara ratapan seorang laki-laki. Matanya yang tidak jelas itu, hanya melihat bayangan saja. Di mana ia tak tahu pasti seorang laki-laki diseret dan lambat laun matanya mulai terang dan bisa melihat dengan jelas sekarang. "Ampun! Semua harta akan kuberi, tapi tolong jangan makan aku!" Suara itu menghiba.

Sania dapat melihat dengan jelas serta mendengar jerit kesakitannya. Astaga!! Sania tidak mampu berkata-kata. Mereka memakan laki-laki tadi hidup-hidup. Mereka mencabik lengan, perut, mencongkel mata, menggigit bagian yang mereka inginkan. Ini pesta darah rupanya. Tulang dan darah berserakan rupanya sebelum laki-laki tadi, telah ada pembantaian besar-besaran. Bau amis di mana-mana memuakkan perut rasanya mau muntah.

Degg! Sania baru sadar saat itu dia juga adalah sandera dan juga hidangan lezat. Sania meronta berusaha bebas dari ikatan sekuat tenaga. Sania tak dapat membayangkan kalau mati dengan cara ini. Tidak dia tidak pernah takut dengan apa pun kecuali ini. Apa pun yang terjadi ia tak mau mati. Tidak pernah terbayangkan akan berakhir di perut Kanibal kejam itu. Ka-kanibal. Oh sial kenapa ada yang seperti itu di kehidupan modern seperti ini?! Sania tidak habis pikir bagaimana bisa ia terperangkap di ladang pembantaian seperti itu. Kalau saja kepalanya tidak sakit serta tangannya tidak terikat. Sudah pasti ia akan menyerang mereka secara membabi buta, tapi bukan Sania namanya yang main asal hajar tanpa perhitungan. Sebagai pengacara muda berusia dua puluh empat tahun yang cukup diperhitungkan dalam dunia kriminal dan dalam keadaan tidak berdaya begini hanya satu pikirannya. Melawan dan hidup atau mati sendiri jadi tidak perlu merasa sakit kalau mereka tiba-tiba memakan tanpa permisi. Bulir keringat sudah membasahi tubuhnya. Aku tidak dapat melawaan dalam keadaan seperti ini pikirkan cara. Pikirkan cara Saniaa! Sania mendikte dirinya sendiri untuk berpikir cepat.

Saat sulit dan putus asa, seorang lelaki datang. Tepat berdiri di hadapannya, lalu berjongkok dan memintanya supaya tidak menimbulkan gerakan mencurigakan bagi kawanan Kanibal di depan sana. Walau kepala masih terasa pusing dan mata terasa silau akibat bias sinar matahari pagi yang langsung mengenai mata, tapi Sania dapat melihat bahwa lelaki itu cukup tampan. Mempunyai rambut panjang sebahu dan berkulit bersih serta bibir dan hidung yang kontras dengan wajahnya. Ditafsir usianya mungkin baru sekitar dua puluh satu tahun. Menurut Sania lelaki itu memang lebih terlihat muda dari usianya.

"Sustttt ... maukah kau tidak ribut? Aku akan menolongmu." Lelaki itu memberi isyarat telunjuk di bibirnya. Sania mengangguk setuju dan memerhatikan gerakan lelaki yang akan membebaskannya itu. "Aku akan melepaskanmu, tapi kau harus langsung pergi dari sini. Menjauh agar mereka tidak menemukanmu," bisik kelaki tersebut sembari membuka tali yang mengikat tubuh gadis itu.

Ikatan pun terbuka. Gadis itu memandang tuan penolongnya dengan pandangan terima kasih. Pada saat Sania sedang tidak sadar dan malah keasyikan memandangi orang di depannya, gadis itu ditarik menjauh oleh lelaki tersebut. Sania tidak bisa berterima kasih karena lelaki itu mendorong tubuhnya untuk pergi.

Kesempatan itu dipergunakan untuk lari sekuat-kuatnya. Aku akan berterima kasih lain kali, batinnya.


*********


SANIA tidak menghiraukan luka akibat terjatuh beberapa kali di lutut ketika dia berlari. Bajunya sudah koyak di sana-sini karena tersangkut dahan-dahan berduri, telapak kaki pun berdarah karena memang tidak memakai alas kaki sama sekali. Baginya lari sejauh mungkin adalah pilihan yang tepat. Sesekali meringis menahan sakit hingga air mata terasa kentara sekali mengalir di pipinya. Hutan itu begitu menyeramkan dan tak tersentuh sama sekali. Beberapa kali ia salah jalan dan berakhir di atas jurang dengan kedalaman yang tidak dapat dibayangkan. Melihatnya dari atas saja sudah membuat hati bergidik. Sania memutar arah larinya kali ini tidak sekencang tadi perasaannya mengatakan bahwa ia telah jauh berlari, dengan memelankan larinya menyusuri hutan. Ia dapat merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Sania tersadar setelah jauh berjalan, ternyata ia sekarang berada di antara rawa-rawa. Gadis itu menyapu habis pandangannya keseluruh erea di sekitarnya. Ia merasakan perasaan yang tidak nyaman di tempatnya berpijak saat ini.

"Firasat apa ini?" gumamnya dengan nada was-was.

Di rawa-rawa tersebut, airnya hijau, banyak terdapat rumput liar dan lumut. Air rawa-rawa itu tiba-tiba saja mengeluarkan gelembung seperti gelembung napas hewan penghuni air. Sania menduga bahwa hewan itu bukanlah hewan biasa. Melainkan hewan yang berbahaya. Dalam keadaan yang tidak memungkinkan alias kepayahan, Sania Young atau lebih dikenal dengan nama Indonesia-nya Sania Lupita. Menyadari benar akan ada sesuatu hal buruk yang akan menimpanya. Gadis itu mengambil langkah mundur perlahan, karena ia tidak mau ada satu gerakannya yang dapat menyadarkan hewan yang berada di bawah air, tapi rupanya ia kurang beruntung karena seekor monyet tiba-tiba saja datang dan tengah meminum air rawa-rawa tersebut, dan apa yang sedang terjadi? Ternyata seekor buaya langsung menyambarnya. Jerit kesakitan yang berasal dari monyet yang dilanda kesakitan itu membuat Sania merinding dan tidak sadar menelan ludahnya. Buaya ganas yang besarnya hampir menyerupai mobil BMW-nya, dan panjang lebih dari tiga meter. Sania tidak dapat memperkirakan berapa kati bobot tubuhnya, atau mungkin bahkan berapa ton tubuhnya.

Duh ... buset! Itu buaya atau dinosaurus? Besar amat, ucapnya dalam hati. Dalam keadaan gusar namun juga takjub, karena baru kali ini melihat hewan besar seperti itu.Buaya yang lain juga bermunculan dari dalam air. Mata mereka langsung menatap tajam Sania yang berdiri tidak jauh dari sana. Menyadari hal itu, Sania langsung mengambil langkah cepat karena bila hanya berlari menggunakan langkah seribu maka dengan mudah ia akan terkejar. Melihat buruannya kabur, para buaya itu lansung mengejarnya. Dengan bobot tubuh sebesar itu, ternyata tidak menyulitkan mereka untuk melompat dari dalam rawa-rawa dan berlari.

"Gawat aku hampir terkejar!" Sania mulai panik. Dalam pikirannya ia berusaha keras untuk dapat lolos dari bahaya. Akhirnya ia memutuskan untuk memanjat pohon terdekat dengannya. Setelah menemukan pohon yang besar dan tinggi. Sania dengan cepat memanjat pohon. Tidak sulit baginya untuk merayap ke atas pohon. Karena Sania pernah ditempa oleh guru besar di tempatnya dibesarkan dulu tepatnya di China. Tiba-tiba pohon yang dinaikinya bergoyang karena tubrukan dari para buaya lapar yang tepat berada di bawahnya.

"Tidak!" Sania berteriak sembari memeluk pohon sekuat-kuatnya. "Apa yang harus kulakukan? Suhu belum pernah mengajariku cara melawan buaya betulan yang kutahu cuma cara menghajar buaya darat."

Pohon hampir tumbang karena terjangan banyaknya buaya yang Sania hitung ada sekitar lima buaya, itu belum termasuk anak serta istrinya. Mungkin bila semua ikut memburunya, maka sudah dipastikan Sania hanya cuma tinggal nama. Gadis cantik berwajah boneka itu sedang berpikir keras untuk lolos dari bahaya. Saat pohon akan roboh, Sania segera melompat dan mendarat di atas punggung buaya dan berlari secepat kilat. Menyadari makanannya ternyata sudah kabur. Buaya lapar itu langsung mengejarnya dengan marah dan lari lebih cepat dari tadi. Beruntung Sania segera menyalakan api dengan menggunakan batu. Hutan pun terbakar dan mengepung para buaya tersebut, sehingga Sania dapat lepas dari bahaya. Sania segera berlari menjauh, ia tidak peduli dengan suara-suara buaya dan hewan lain yang terkepung oleh api. Baginya yang terpenting dirinya sendiri tetap hidup.

AKU DI ANTARA KANIBAL(TAMAT) Akan DirevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang