Kania vs Kanibal

937 53 7
                                    

Anes terus berjalan mondar-mandir di ruang kendali informasi.
Sudah satu minggu Sania hilang tanpa kabar dan jejak sedikit pun.

"Bisakah kau diam Anes, kami sedang berusaha mencari sinyal helikopter yang dikendarai Sania. Melihatmu terus mengukur lantai membuat kami tidak bisa berkonsentrasi." Deki menegur Anes yang tadi membuatnya pusing selalu berisik kalau sedang berjalan.

Anes menghentikan kelakuannya melotot tidak terima. "Yang lain hanya diam cuma kau saja protes!" Anes memandang tidak senang.

Mereka yang hanya diam saja tidak berkomentar, hanya helaan napas yang keluar dari mulut mereka.

"Sudahlah Nes, duduk saja tidak perlu kau gelisah."

Alfa menarik kursi dan mempersilahkan Anes duduk. Anes duduk dengan terpaksa. Alfa dan Timnya tahu keresahan Anes saat ini, bahkan ia pun sangat gelisah dan juga merindukan Sania sosok pujaan hatinya, Alfa diam-diam memendam perasaan pada Sania jauh di lubuk hati terdalam. Tidak ada yang tahu saat ini ia menangis dan berharap Sania di sisinya dia bukan pria cengeng, tapi bila berhadapan dengan Sania bibir dan tingkah lakunya sangat tidak kontras dengan apa yang ada di pikirannya, Kharisma Sania terlalu besar hingga membuatnya merasa takut untuk mengungkapkan rasa.

"Ada suara yang masuk sebelum helikopter menghilang!!" Deki bersuara semangat.

Yang lainya mendekati Deki ingin mendengar suara itu. Anes hanya diam sambil menyimak suara itu.

"Helikopter hilang kendali ganti. Aku tidak bisa mengendalikan helikopter ini sepertinya akan jatuh, tolong dengar suaraku. Ah!" Suara itu berhenti mereka saling pandang.

"Aku tidak menemukan sinyalnya." Alex tiba-tiba berkata. "Sepertinya kita harus menunggu Sania mengaktifkan radar sinyal pada helikopter tersebut."

Semua bungkam tak ada satu pun yang bicara di ruangan itu, pikiran mereka berjalan masing-masing.

~~~~°°°°~~~~

Sania terus berjalan gadis itu menyusuri jalan menuju barat. Ia berharap tidak akan tersesat apalagi menemui rintangan di tengah jalan, tetapi firasatnya berkata lain dengan kenyataan yang ada. Ia berhenti ketika sekelompok orang melihatnya dari jarak 20 meter.

"Hey! Itu gadis yang kabur saat pesta makan pagi kita." Pria bercelana compang-camping dan bertelanjang dada itu menuding ke depan tepat ke arah Sania.

Sania sempat terkejut ketika segerombolan orang itu menatap liar ke arahnya.

"Tangkap dia jangan biarkan lolos!!" Seorang tinggi besar berseru memerintah,
Mereka langsung berlari menyerbu Sania yang hanya diam saja seperti pasrah.

"Sialan! jangan-jangan ini jebakan Bian." Sania mengumpati dirinya karena terlalu mudah percaya dengan orang yang belum ia kenal .

"Jangan lari kau!" Pria besar menangkap tangan Sania.

"Siapa juga yang mau lari beruk!" Sania mencengkram tangan lelaki yang menangkapnya dan menariknya lalu membantingnya.

Pukulan nyaris mendarat dari seorang yang berbadan kerempeng,
hampir bersarang di perutnya. Sania menangkis dengan telapak tangan kirinya dan mematahkan tangan tersebut.

Krakkk

"Ahhh!" Suara jeritan kesakitan lelaki itu saat Sania mematahkan tulang tangannya.

Sania berputar. Kakinya menendang lawan dari arah kanan yang mencoba memukulnya dari belakang.

"Masa membereskan gadis kecil itu tidak bisa!" Pria besar itu menyindir anak buahnya.

"Cih! Makanan punya isi juga kau!" Pria itu meludah dan secepat kilat maju.

AKU DI ANTARA KANIBAL(TAMAT) Akan DirevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang