santapan harimau

1.7K 74 10
                                    

Sania tidak menghiraukan luka akibat terjatuh beberapa kali di lutut ketika dia berlari. Bajunya sudah koyak di sana-sini karena tersangkut dahan-dahan berduri, telapak kaki pun berdarah karena memang tidak memakai alas kaki sama sekali.
Baginya lari sejauh mungkin adalah pilihan yang tepat.
Sesekali meringis menahan sakit hingga air mata terasa kentara sekali mengalir di pipinya.

Hutan itu begitu menyeramkan dan tak tersentuh sama sekali.
Beberapa kali ia salah jalan dan berakhir di atas jurang dengan kedalaman yang tidak dapat dibayangkan. Melihatnya dari atas saja sudah membuat hati bergidik.

Sania memutar arah larinya kali ini tidak sekencang tadi perasaannya mengatakan bahwa ia telah jauh berlari, dengan memelankan larinya menyusuri hutan. Ia dapat merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Kresekk.

"Tunggu dulu, apa yang ada di hadapanku sekarang," bisiknya pada diri sendiri dengan perasaan was-was melangkah pelan-pelan sekali. Berusaha agar tidak menimbulkan suara sama sekali. Tatapannya tertuju ke depan di mana arah suara itu berasal. Pelan sekali tangannya menyingkap tiap ilalang tinggi di sekitarnya.

Krseekk ... skreekss ....

Roam!

Pelan tapi pasti mengintip dari balik ilalang. Yang ditakutkan memang benar, itu adalah suara harimau. Sania tak sadar sudah beberapa kali meneguk ludahnya demi melihat tontonan yang mengerikan itu. Di mana seekor harimau dengan tubuh yang hampir besarnya menyamai tubuh Sania, gemuk dan buas. Harimau itu tengah mencabik seekor rusa dengan giginya yang tajam dan Sania tak dapat membayangkan kalau itu adalah dia, dengan perasaan panik namun walau hati panik, tapi dia tidak mau gegabah. Tidak ... jangan sampai membangunkan insting harimau itu untuk mencari makanan lebih besar lagi. Ia adalah makanan lezat saat ini.

"Aku baru lolos dari perut mereka dan sekarang harus menjadi makanan kucing ini.  Tidak jangan sampai...." Mundur perlahan-lahan namun pasti.

KRATAAKKK

"Oh sial!" umpatnya kesal. Kakinya menginjak dahan kering.

Harimau itu langsung menghentikan kegiatan makannya dan segera mencari arah suara.

"Gawat! Dia kemari. Aku oh!" Belum sempat berpikir di hadapannya sudah dihadang harimau besar tadi.

Matanya tajam taringnya menyerigai. Seakan-akan ia ingin mengatakan
"kau makanan lezatku" Mundur perlahan itu yang Sania lakukan saat ini. Setiap kali gerakannya selalu diperhatikan oleh kucing besar itu. Sania tahu bahwa binatang buas ini sedang bermain-main dulu dengan mangsanya. Membiarkannya berlari lalu menerkamnya.

Dengan keadaan tubuh yang terluka seperti ini menambah nafsu makannya makin bertambah.
"Apakah harus kulawan atau-" Belum sempat berpikir tiba-tiba saja harimau itu sudah menerkamnya.
Nyaris saja kalau Sania tidak membuang tubuhnya ke samping, lalu bangkit berlari secepat mungkin. Harimau itu mengejar, Sania sengaja berlari zig-zag membelah hutan rimba yang banyak ditumbuhi ilalang tajam. Lecet akibat goresan sarta luka yang makin mingiriskan tidak dihiraukannya.

     Harimau itu melompat lagi dan mencoba menerkam dari belakang.
Beruntung lompatannya tinggi sehingga ketika ia melompat Sania dengan sigap berjongkok dan melewatinya. Kalau saja lompatannya tidak setinggi itu sudah dipastikan walau berjongkok pun kepalanya sudah habis diterkam dari tadi.
Dengan lincah mendaratkan kakinya di tanah. Beberapa kali kucing besar sudah mengaum. Peluh sudah berjatuhan  dan darah terus saja mengalir di balik luka-lukanya.
Sania berusaha mengendalikan keadaan.

Matanya menantang harimau itu untuk hanya menatap matanya saja, memang sengaja dilakukan Sania agar harimau itu tidak menyadari kalau sebenarnya ia sedang mencoba meraih sesuatu di dekatnya. Dalam keadaan masih membalas pandangan pada harimau itu, tapi tangan belakangnya meraih dahan lentur berwarna hijau berduri seperti tali tersebut.

"Iih ...!" rintihnya dalam hati, tapi wajahnya berusaha untuk tidak menunjukan ekspresi sama sekali. Tangannya tertusuk duri besar, itu menimbulkan luka yang sangat perih sekali.

Harimau itu berjalan ke kiri lalu ke kanan seperti sedang mencoba menggoyahkan emosi Sania agar berlari dan dikejar. Tahukah kamu kalau binatang sejenis ini lebih suka bermain dengan mangsanya ketimbang memakan mangsa yang sudah mati. Bagi mereka itu adalah sesuatu yang membanggakan dan di medan liar ini yang kuat yang berkuasa. Inilah yang menjadi pertimbangan Sania untuk mengontrol emosinya. Tenang dan berpikir. Tadi mungkin panik sehigga ia berlari, tapi lari tidak akan membuatnya merasa aman, bersikap begini sambil memulihkan tenaga lebih penting baginya

"Berlari aku mati melawan juga mati," pikirnya

Roam ...!  Harimau itu mengaum lagi. kali ini aumannya lebih besar, lebih nyaring, menggema memenuhi hutan, Burung-burung dan hewan kecil lainnya berhamburan karena terkejut. Rupanya melihat Sania seperti itu membuatnya tidak sabar dan marah.  Harimau itu Langsung saja melompat dan menerkam.

AKU DI ANTARA KANIBAL(TAMAT) Akan DirevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang