Para dayang dan kasim sedang sibuk mempersiapkan "malam" untuk Raja dan Ratu. Mereka mempersiapkannya dari wewangian, obat dari tabib dan baju yang akan dikenakan Ratu. Ini semua adalah perintah dari Ibu Suri untuk segera mempunyai cucu.
Sudah setahun lebih Raja sekarang menjabat. Tidak sama sekali terlihat Raja bermalam bersama Ratu atau wanita lain yang berada di istana. Hanya sibuk mengurus rakyat seperti keluar istana secara diam-diam dan itu sering terjadi. Semua mentri jelas saja bingung dan khawatir. Bagaimana bisa Raja tidak melihat sama sekali Ratu yang cantik itu? Apa Raja sekarang adalah...Tidak munafik. Mereka berpikiran seperti itu dan Ibu Suri mendengarnya sendiri dari para mentri yang berani bergosip padahal Ibu Suri tidak jauh dari belakang mereka.
Ratu hanya pasrah meng-iyakan ibu mertuanya itu. Tidak etis jika ia menolak karena dirinya adalah Ratu di negeri ini. Apalagi Ayahnya yang menjabat sebagai Perdana Mentri adalah kebanggaan keluarga. Jadi, ia harus mempertahankan jabatan Ratunya untuk Ayah dan Ibunya.Ratu menunggu di kamar dengan wajah sedih, ia sudah mendapat pelajaran "itu" dari buku yang dipaksa oleh Ibunya untuk dia baca. Tapi tetap saja Joohyun bingung.
"Huaaa!"
Ratu berbaring, masa bodoh dengan jabatannya sekarang. Ia memajukan bibirnya seperti anak kecil. Ingin rasanya ia kabur dari dunia kejam ini.
"Yang Mulia Raja telah datang."
Setelah mendengar suara kasim kepala, sesegera mungkin Joohyun menegakkan badannya lagi. Raja masuk dengan wajah datar.
"Hormat saya, Yang Mulia." Ujar Joohyun seraya membungkuk. Raja duduk di depan Ratu dengan wajah yang tidak berubah sejak tadi. Ia tidak mengangguk dan menjawab sapaan Ratu.
"Nunim."
Matanya terbelalak. "Kau-"
"Ayolah, aku kan sering memanggilmu dengan itu."Joohyun menghela nafas panjang.
"Hubungan kita aneh."
Doyoung hanya tertawa melihat wajah Joohyun yang suram itu. "Salahmu sendiri mendaftar untuk calon istri putra mahkota."
Joohyun merengut kesal ketika mendengar kalimat itu dari mulut Doyoung. Coba saja Doyoung bukan Raja pasti Joohyun sudah memukul laki-laki itu.Hey, itu bukan salahnya. Yang harus disalahkan adalah Ibunya yang gila jabatan itu.
"Sudah kubilang itu salah Ibuku. Huh." Joohyun melepas binyeo dan dwikkoji yang ada kepalanya. Lelah rasanya memakai mereka semua.
"Aku mau tidur jauh darimu. Sampai berani menyentuhku. Besok kau tinggal jasad." Ujar Joohyun dengan galak.
Lagi-lagi Doyoung tertawa melihat Joohyun. Harusnya Doyoung yang berkata seperti itu. Kenapa sekarang Ratunya yang galak?
"Kau tau kan aku tidak berani?"
Ratu Joohyun masih merengut kesal. Seperti orang bodoh saja mereka. Mengharapkan anak dari Joohyun.
"Nikahi saja selir." Ujar Joohyun singkat.
"Nunim, kau itu memang Ratu yang aneh."Kalau Ratu lain mungkin saja sedikit tidak rela Rajanya menikahi selir jika ia masih mampu memberikan anak, namun lain hal nya dengan Joohyun.
Ratu membaringkan tubuhnya. Sekarang posisinya jauh dari kata sopan. Bahkan jika kau melihatnya kau tidak percaya ia adalah Ratu. Dengan bantalan tangan Joohyun berbaring seperti laki-laki. Tidak malu sama sekali padahal didepannya jelas-jelas ada seorang Raja.
Raja melepas mahkotanya lalu berbaring di dekat Joohyun.
"Jangan berani-berani!" Ujar Joohyun dengan suara sedikit keras.
"Kecilkan suaramu. Tidak lucu jika mereka mendengar seorang Ratu berteriak ke Raja." Jawab Doyoung pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
His Majesty
Fantasía> YAOI < Seorang pria dengan berpakaian lengkap bak Raja di jaman joseon memandang bingung disekitarnya. "Dimana ini?" Semua penduduk memakai baju aneh. Baju apa itu? "Dunia apa ini?!"