Udah lama gue berteman sama Yusuf, dari kita kelas 10 gue udah dekat sama dia. Banyak hal yang udah gue lalui, sedih senang bareng dia. Bahkan berjuang di organisasi juga bareng dia.
Hal yang paling gue benci dan gue senang Yusuf hapal diluar kepala. Gue nyaman sama dia. Walau Yusuf sangat menyebalkan, tapi dia peduli sama gue. Dan Yusuf nggak pernah tau kalau akibat dari kepedulian dia, hati gue jadi berubah.
Yang awalnya gue hanya menganggap Yusuf adalah teman, berubah jadi Yusuf adalah orang yang gue suka. Gue udah mendem perasaan ini dari kelas 10 semester dua. Gue belum pernah bilang, karena takut setelah gue jujur, semua bakal berubah.
Jadi, yang gue lakuin hanya membuat Yusuf tetap nyaman sama gue. Seenggaknya dia ada di samping gue aja gue udah seneng. Gue nggak minta balasan atas perasaan yang gue miliki ini.
"Eh woe melamun aja! "
Entah dari mana tiba-tiba orang yang tadi dipikiran gue udah duduk di sebelah, padahal tadi yang duduk disebelah gue itu Arima. Kapan dia pergi? Gue nggak sadar.
"Mikirin apa sih? "
Gue senyum manis, nggak tau kenapa mau senyum aja depan Yusuf.
"Dih, malah senyum. Ngeri ih gue jadinya, kenapa sih? "
Gue geleng kepala aja sebagai jawaban.
"Lagi mikir jorok ya lo? Ihh gue bilang ibu nih kalau lo mikir jorok di depan gue" Yusuf menjauh sambil tanganya ngusir - ngusir gue.
Dahi gue mengkerut, ini anak kenapa sih?
"Ck! Apa sih? Gue nggak mikir apa-apa!! Lagian gue nggak mesum kayak lo! "
Mata Yusuf langsung melotot, dia maju lagi sambil tanganya nunjuk gue.
"Heh! Denger ya Ananda. Cowok mesum mah wajar. Kan suka mimpiin gitu, nah kalau cewek itu nggak wajar, jangan-jangan lo suka nonton gituan ya!!! "
Gue melotot, Yusuf emang suka ngajak ribut.
"Siapa yang suka nonton gituan? Gue nggak pernah. Malah lo yang pernah kepergok nyimpen video itu. Hayo! Pas gue kerumah lo, gue liat di laptop yang nama filenya-"
Sebelum gue nyelesain kalimat gue, Yusuf udah langsung bekap mulut gue. "Diem! Diem, aduh nggak usah keras-keras. " Gue pukul-pukul tangan Yusuf yang ada di mulut gue, Yusuf malah geleng-geleng kepala. Ini gue udah engap, tangannya yang besar jadi nutupin hidung gue juga.
Gue mencoba ngegigit tangan Yusuf, tapi susah. Tangan gue jadi nyubit pinggangnya. Yusuf mengaduh kesakitan lalu ngelepas tanganya.
Gue narik napas dalam dalam. Ngambil oksigen sebanyak-banyaknya abis itu gue lirik tajam Yusuf sambil mata gue disipit-sipitin.
"Lo mau ngebunuh gue? Gue nggak bisa napas! "
"Ya lagian lo ngomong keras banget. Ini kelas lo lagi banyak orang! Ntar kalau ada yang dengar bisa jatoh image gue."
"Bodo!! "
"Suruh siapa nyimpen video gitu, sih."
Yusuf garuk-garuk belakang kepalanya "Ya kan, namanya juga cowok. ""Udah ah, sana gue mau jajan, males deket-deket sama orang mesum" Gue beranjak keluar kelas, mau kekantin. Haus gue masih pagi udah ribut sama Yusuf.
Yusuf ngikutin gue, langkah gue percepat biar nggak jalan samaan, Yusuf makin ngejer gue. Jadilah kita lari-larian menuju kantin.
"Hadu, gue capek! " Gue membungkuk sambil megang lutut, capek. Kelas gue ke kantin jauh, ujung ke ujung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanda
Teen FictionKepada seseorang yang selalu ku sebut namanya dalam cerita ini, selamat membaca. Ceritanya memang nggak seperti kenyataannya. Banyak bagian-bagian yang kutulis berdasarkan pikiranku. Tapi, intinya sama. Seperti ini perasaanku, tidak kurang dan ba...