Karna sekuat apapun aku mencoba, melupakanmu tetaplah hal yang paling sulit. Untuk dilakukan.
~•~
Sore itu hujan lebat, awan menggumpal kelabu membasahi kendaraan yang masih asyik melaju.
Ditemani remang-remang lampu cafe serta aroma makanan yang terus menggoda penciuman, juga membuat perut keroncongan.
Sasha berdiri dengan pelipis yang berkedut-kedut. Pipinya memerah lebih merah dari blush on tipis yang ia oleskan 3 jam lalu."APA! dibatalin lagi?" Suara Sasha terdengar nyaring, sampai menarik beberapa pasang mata untuk melihat ke arahnya.
Sekarang, alis Sasha juga ikut berkedut-kedut. Amarahnya sudah memuncak sampai ke ubun-ubun. Bagaimana tidak? Sudah hampir 3 jam gadis itu menunggu di dalam cafe, dan hanya sendirian! Ironisnya dia hanya mampu memesan secangkir coklat panas. Bukan secangkir kecil tapi secangkir mini. Diantara deretan menu-menu lezat yang ditawarkan.
Benar-benar seperti orang bodoh." iya sayang, maaf ya soalnya hujan lebat banget. Jadi males keluar" jawab Dion. Dengan nada yang seenteng bulu ayam. Tapi sudah cukup menyebalkan untuk membuat Sasha bernafsu mencekik lehernya saat ini juga.
Sasha menghembuskan nafas kasar. Membuang imajinasi bodoh yang sempat terlintas dalam pikirannya.
"Tapi kan kemarin lo udah bilang kalo hari ini gue sama lo kencan, lo tau gak sih? Gue udah nunggu selama dua jam(lebih) loh. Bokong gue udah panas kaki gue udah keram. Lipstik gue udah kepake 1gram buat kesini . Harus ya dibatalin lagi? Lipstik gue mahal tau!" sasha bicara tak jelas dengan nada yang meliuk liuk. Seperti amarah yang kini ia rasakan.
Sasha memang seperti rubah jika sudah kesal, pasti apapun diucapkan.
"Maaf banget ya sayang, tapi kamu tau sendiri kan aku lagi males. Lagian udah tau hujan kamu masih aja keluar." Nada suara dion terdengar malas.
Lagi-lagi Sasha hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Kali ini karna dia melupakan fakta penting.
Fakta bahwa dion itu bukan tipe orang yang mau berjuang dan suka main enaknya sendiri."Yaudahlahh" Suara Sasha terdengar pasrah. Lalu menghempas asal tubuhnya ke kursi.
Capek juga, berdiri terus apalagi sambil diliatin orang. Sudah capek hati capek pikiran capek mental juga kan?
"Yaudah kalo gitu aku mau tidur dulu yang, capek. Bye sayang sampai ketemu besok"
"Dahh pacar aku yang cantik" lanjut dion lagi. Diiringi tawa nakal yang langsung membuat bulu kuduk sasha berdiri.
Satu kata dari Sasha untuk kalimat terakhir Dion 'jijik' sumpah."Iya pa..."
'tut tut tut'. Bunyi khas telvon tertutup membuat Sasha menghentikan kalimatnya.
shit, gadis itu mengumpat dalam hati lalu menyandarkan punggungnya ke kursi.'Yasudahlah' pikir Sasha. Bicara lama-lama juga buat apa? Mau minta putus? Itu mustahil karna Sasha masih membutuhkan Dion.
Andai saja, Dion tidak terlalu berguna untuk dirinya. Pasti gadis itu sudah menendangnya jauh-jauh sambil berkata dengan nada yang selembut sembilu.
'Maaf ya, kamu terlalu astagfirrulloh buat aku yang Subhanallah'
Tapi sayang, kalimat itu hanya ada dalam imajinasi Sasha dan hanya sebatas imajinasi medusa.Gadis itu menoleh ke arah jendela, Hujan Masih terlalu lebat untuk pulang. Sesaat kemudian mata Sasha menangkap secangkir coklat panas mini yang ia pesan lima belas menit yang lalu. Itu juga karena dirinya merasa malu jika hanya menumpang duduk di cafe ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise➿
Teen Fictionjangan pernah nangis dihadapan gue, atau orang yang udah buat lo nangis akan menghilang. -Aland- kamu itu ibarat bintang, bisanya cuma aku pandang tapi tidak untuk kusentuh. -Sasha- ### Sasha adalah gadis berparas cantik, yang juga terkenal sadis. b...