4

4.1K 265 30
                                    

Bian's Pov

Setelah menutup gagang telfon, jari jariku menari kembali di atas keyboard, menunggu 5 menit, Pak Danu belum juga mengantarkan berkas, aku tunggu lagi hingga 15 menit, tidak datang juga,

Akhirnya kulangkahkan kaki keluar dan menuju Pantri, kulihat dari kaca pintu ruangan itu Pak Danu sedang berbicara pada pegawai training yang kemarin bersama nya, sepertinya serius,

Ku putar kenop hingga pintu terbuka, Pak Danu menoleh, lalu berbalik menunduk patuh,  "Pak Danu.. Saya sudah menunggu dari 15 menit lalu.." Kakiku melangkah masuk,

Pak Danu seperti kebingungan,
"Maaf Bian.. Ini, saya...lagi.."
"Itu berkas yang mau diberikan ke saya kan?" Potongku menatap berkas ditangan Pak Danu,
Lelaki paruh baya itu sedikit panik, sedangkan
pegawai training itu menunduk seperti menghindari tatapanku yang tidak tertuju padanya sama sekali
"Berikan padaku Pak.." Kutadahkan tangan meminta berkas itu, Pak Danu panik, dengan sedikit bergetar berkas itu beralih ke tanganku

Ku tatap lekat lekat berkas ditangan., basah, menghitam dibeberapa bagian, kotor, seperti sudah masuk tempat sampah, tanganku mengetat, geram
"Kalian, ke ruanganku sekarang.." Pintaku tegas, segera keluar dari Pantri,

Ku sandarkan tubuh di sisi meja, menunggu kedua pegawai Pantri itu datang, tatapanku masih ke arah berkas, aku tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya,  tanda tangan asli orang orang ini bernilai ratusan juta rupiah untukku, berjuang sebulan penuh demi mendapatkan sebundel berkas ini tidak gampang, dan sekarang berkas ini lusuh, tidak berharga

dua orang itu datang, Pak Danu diam di tempatnya, sedangkan pegawai training itu gelisah memilin milin ujung kemeja, dengan wajah merunduk

"Ada yang bisa menjelaskan kenapa ini?" Tanyaku perlahan, dengan tangan mengangkat berkas,
Pak Danu menelan ludah
"Bian,Tadi.. Elena.."

"Elena.." Aku memotong, karna aku yakin pak Danu tidak seceroboh itu, sepak terjang Pak Danu dalam mengelola bagian ini sudah ku hafal betul, dia tau aku, dan aku sangat suka dengan cara dia bekerja, telaten dan rapih

Orang yang kusebut namanya mengangkat wajah, matanya berjelaga, seperti ada yang akan menganak sungai sebentar lagi, hidung dan pipinya memerah,

"Maaf.. Itu salahku, tidak sengaja, aku menumpahkan kopi, dan mengenai berkas itu.. Maaf.."

"Apa??" Tanyaku retoris karna dia sudah menjelaskan nya,
"Aku sedang memikirkan sesuatu..Maaf..." Ucapnya pelan dengan wajah semakin menunduk
Ku tegakkan badan, menghembuskan nafas, dadaku terasa sesak, ceroboh, teledor, bajingan.. Ingin rasanya kuluapkan semua kemarahanku karna kebodohan nya,
Kakiku melangkah mendekat padanya, ku bungkukkan badan mensejajarkan wajah dengan gadis berponi ini, ku angkat berkas di depan wajahnya, hingga dia ikut menatap berkas itu dengan risau,

"Kau tau... Berapa harga berkas ini untuk perusahaanku??" Tanyaku mendesis dan mengintimidasi, dia menggeleng takut-takut
Aku tersenyum miring, "harga dirimu saja tidak cukup untuk mengganti kerugian yang kuterima hari ini kau tahu!!!" Ku lempar berkas ke arahnya dengan kasar, dadaku naik turun emosi

Tubuh pegawai baru itu bergetar menangis,itu yang kudengar, dan apa katanya tadi "kau memikirkan sesuatu, tadi.. Aku tidak peduli!! Saat kau disini,bekerja disini, berarti fikiran dan ragamu pun harus berada disini!!" Kudekati wajahnya yang sudah basah air mata dan keringat, bibirnya bergetar tergigit menahan isak,

"Paham??" Tanyaku dingin, dia terisak perlahan, "Paham tidak??" Teriakku di depan wajahnya,

Tubuhnya meluruh dilantai, tangisan semakin menjadi, saat itu pula pintu terbuka, Joana berdiri disana, menatapku kaget
"Bawa pegawai menyedihkan ini dari hadapanku sekarang juga!!" Ucapku dingin, berbalik badan membelakangi dua orang yang sedang membantu Elena berdiri,

Maaf, Aku membuatmu 'belok'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang