Modus

295 38 6
                                    

Hari ini cuaca begitu terik. Namun, Hinata hanya berada di rumah sendirian. Ia habis makan semangka segar yang ada di kulkas.

Ayahnya pergi ziarah ke Kyoto. Kakak sulungnya, Neji melakukan seminar di desa. Kakak sepupunya——sulung Uchiha——yang tinggal bersama keluarga ada studi wisata ke pulau Honshu. Kakak sepupu Uchiha Sasuke-nya belum pulang dari sekolah karena ada les tambahan mau ujian nasional. Sementara yang satunya lagi, asik mojok dengan tetangga sebelah di kedai ujung kompleks. Jadilah Hinata sendirian.

Namun, inilah waktunya Toneri beraksi. Mendekati Hinata dengan modus paling receh sedunia. Membawa gitar dan menyanyikan lagu untuk si gadis.

Dengan masih menggunakan celana sekolahnya, maka sang Ootsutsuki menghampiri mangsanya. Ia sudah berdiri di depan pintu gerbang kemerdekaannya mendekati anak bungsu Hyuuga Hiashi.

“Heiy!” sapanya seperti akan melakukan orasi di demo massal.

“Yang benar kalau mengucap salam! Ulangi! Nata tidak mau jawab kalau salah!”

“Mesti begitu ya Nata-chan, ya?”

“Iyalah!”
Hinata mengibas rambut se—apalah itu namanya di bawah pinggang—dengan gaya ala iklan-iklan sampo di televisi.
Poninya ia sibakkan pula.

Mata Toneri bersinar-sinar, walau tak seterang sinar bintang di langit ataupun matahari. Ia pun mengulangi ucapan salamnya yang dibalas dengan baik pula oleh Hinata.

“Toneri-kun, ikatkan rambut Nata, boleh?!”

Mendengar permintaan dengan nada manja begitu membuat hati Ootsutsuki Toneri bin Ootsutsuki Indra seperti sedang ditumbuhi bunga Rafflesia, besar hingga merasa sesak.

Sigap, ia langsung bergabung dengan Hinata untuk duduk di teras rumah sambil menenteng gitar pinjamannya.
“Nata baru beli jepitan rambut tadi di depan sekolah. Warna ungu. Cantik kan kalau Hinata pakai?”
Hinata memamerkan jepitan rambut polkadotnya. “Cantik ’kan?” ulangnya lagi

“Nata-chan jauh lebih cantik kok.”
Ceileh, bocah pinter ngerayu!

Yang dipuji melayang, walau tidak sampai ke awan. Karena yang memuji hanya Toneri. Coba sepupu pirangnya Toneri bernama Naruto yang memuji, kalau ada langit ke delapan, mungkin Hinata akan terbang sampai ke tempat itu.

“Mana jepit rambutnya? Sini kupakaikan!”

Dengan kemampuan ala ibu-ibu yang sering ada di salon untuk mendandani, Toneri pun mengikat sebagian rambut Hinata dengan telaten. Sesekali ia mencuri untuk bisa menghirup aroma sampo pada rambut si gadis belia. Pikirnya, ia juga akan memakai sampo yang sama nantinya.

Setelah selesai, Hinata berdiri dan becermin di jendela kaca rumahnya. “Wah! Cantik juga Nata ya?” pujinya pada diri sendiri.

“Iya dong, calon istri Toneri gitu loh!” kata Toneri pelan sekali. Sengaja biar Hinata tidak mendengar.

Bocah zaman sekarang, tahu pula mereka calon istri. Apa yang mereka konsumsi sebenarnya?

“Nata-chan ... Nata-chan ... mau Toneri nyanyiin gak? Toneri udah bawa gitar nih!”

Hinata menoleh. Dengan gaya khas papanya—meletakkan kedua tangannya di pinggang—ia berujar, “Emang Toneri bisa nyanyi? Kemarin pas acara ulang tahun sekolah saja ditolak lomba nyanyi kok.”

Alamak!!

“Ih Nata-chan! Itu kan cuman pura-pura. Sebenarnya Toneri bisa nyanyi kok. Cuman yaa biar gak lolos aja kemarin tuh,”
Halah, jago betul ngeles anaknya om duda. “Soalnya suara nyanyian Toneri cuma untuk Hyuuga Hinata seorang,”
Nah, sekarang malah sekalian menggombal.

BELOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang