b. 5

19 13 3
                                    

Suasana kantin pada jam istirahat kedua memang tidak seramai saat istirahat pertama. Karena banyak murid yang memilih untuk tetap tinggal di kelas untuk sekedar menyelesaikan tugas maupun berbincang-bincang.

Begitu pula dengan Marko. Cowok bergigi kawat itu tengah sibuk berkutat pada tugas fisikanya.
Sedangkan Rere sedang menghadiri rapat dadakan eskul dancer yang diikutinya.
Alhasil Olla pun beranjak sendirian ke kantin untuk membeli minum.

Saat Olla hendak keluar dari kantin, tiba-tiba ia berpapasan dengan seorang cowok yang sedang berlari dari arah berlawanan. Dan tabrakan maut pun tak bisa dielakkan.

BRUKK

"Aww.." Olla meringis mengusap dahinya yang nyeri akibat terbentur sesuatu.

"Eh sorry sorry gue gak senga.." Linggar menghentikan ucapannya sejenak. Matanya mengerjap beberapa kali sambil meraba ujung bibirnya yang terasa perih. "Ja..."

"Argghh! Lo punya mata gak sih! Mata lo itu adanya di depan apa di pantat?! Jidat gue bisa benjol nih gara-gara lo!"

Hening. Tak ada jawaban.

Jika yang biasanya omongan tajam Olla akan langsung ditanggapi Linggar hingga berujung pertikaian diantara keduanya, namun ada yang berbeda dengan kali ini. Cowok jangkung berlesung pipi itu hanya diam terpaku di tempatnya.

Linggar meneguk ludahnya dengan susah payah. Jantungnya berdegup dengan kencang, seakan ada reaktor nuklir yang siap meledak di dadanya. Meskipun wajah Linggar tidak seputih Oppa-Oppa Korea, namun semburat merah masih bisa terlihat jelas dikedua pipinya.

Olla yang bingung dengan cowok yang ada dihadapannya ini hanya bisa mengangkat sebelah alisnya heran. Tak biasanya seorang Linggar yang pecicilan dan bermulut cabai bisa diam.
Ditambah dengan mimik aneh yang terpampang di wajah Linggar, bagaikan orang yang tengah menahan buang hajat berhari-hari.

Cewek dengan gigi gingsul yang hanya terlihat jika bibirnya tersenyum itu pun berdeham pelan seraya bangkit dari posisinya yang semula terduduk di lantai dan langsung pergi menuju kelasnya. Meninggalkan Linggar yang masih terbengong-bengong sendiri.

Melihat sahabatnya yang masih saja tak bergeming dari tempatnya berjongkok, Roni menghampiri Linggar dan menepuk keras dahi cowok itu hingga terjungkal kebelakang.

"Sakit goblok!"

"Hahahaha.. Bangun deh bangun. Lo udah kaya fakir cinta tau gak deprok di situ. Gak usah sok sok'an kaget begitu deh cuma karena gak sengaja nyium jidatnya si Olla"

"Apaan sih lo bege, gak jelas!"

Linggar yang terlihat malu segera bangkit menuju meja tempat sahabatnya yang lain tengah berkumpul. Roni yang melihat ekspresi lucu dari sahabatnya terbahak keras seraya memegangi perutnya.

Cowok keturunan Arab-Ciamis itu memang sudah hafal dengan berbagai jenis ekspresi Linggar yang salah tingkah tiap kali sahabatnya itu tidak sengaja berpapasan dengan Olla, tentunya saat dia tengah sendiri. Mulai dari bisu mendadak, lalu tremor ringan sampai teriak-teriak tidak jelas seperti orang yang baru saja melihat tsunami di depan matanya.
Maklum saja karena mereka berdua telah bersahabat sejak berumur 4 tahun. Dan juga hanya Roni yang tahu seberapa suka dan seberapa lama sahabatnya itu telah memendam rasa.

"Abis kesambet setan apaan lo, Gar? Bengong sendirian di lantai udah kaya si Tile?" tanya Jordy penasaran saat melihat tingkah Linggar duduk dan langsung merampas jus mangga milik Aldi lalu menyesapnya hingga habis.

Fyi ya guys, Tile itu nama orang gila yang sering nongkrong di depan sekolah mereka.

"Si monyet! Jamu sari rapet gue itu lagi diabisin!"

"Abis ngitungin butiran debu" jawab Linggar sekenanya dan tidak mempedulikan Aldi yang mencak-mencak berkata bahwa jus mangga miliknya itu adalah jamu, racun, bahkan estrak dari air liur Karim alias saripati Chika!

Lagi-lagi Roni hanya berusaha menahan tawanya agar tidak menyembur keluar, saat melihat sahabat karibnya itu mulai gugup untuk kesekian kalinya.


•••


Dilain tempat, seorang cewek tengah sibuk dengan pikiran buruk akan cowok yang beberapa menit lalu menabraknya.

"Itu si Linggar gak lagi kesurupan kan? Bisa mendadak dongo begitu. Atau jangan-jangan dia abis make 'itu', lagi? Ah nggak, nggak. Cowok culun begitu mana berani pake gitu-gituan. Mau abis kali dia digebukin bapaknya yang kaya Mike Tyson" ucap Olla dalam hati.

Cowok berkaca mata itu menghela nafas berat saat melihat aktifitas makhluk di sampingnya ini.
Olla menggigiti kukunya sambil berjalan bolak balik di samping meja Marko. Kebiasaan yang dilakukan cewek itu saat merasa gelisah.

"Mikirin apaan deh?"

Yang ditanya hanya diam tak menjawab dan masih sibuk dengan pikirannya.
Merasa tak dihiraukan, Marko pun menyentak tangan Olla hingga tubuh cewek itu limbung dan hampir menubruknya.

Kini posisi keduanya terlihat begitu dramatis. Mata yang saling menatap dalam dengan jarak antara wajah mereka yang hanya berupa sejengkal.
Tentu saja bibir mereka berdua akan langsung bersentuhan jika lengan Marko tidak menahan bahu dan juga pinggang Olla.

"Ciyee.. ada yang mau ciuman, bilangin pak Bonar ah..." ujar Rere tiba-tiba, yang entah sejak kapan sudah berdiri diambang pintu dengan wajah sumringahnya.

Olla mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya sadar dan menyingkirkan wajah Marko menggunakan telapak tangannya.

Lalu Olla berdeham pelan untuk menyembunyikan kegugupannya, "Ehmm.. Apaan sih lo gak jelas. Orang kita gak lagi ngapa-ngapain juga"

Rere terbahak dengan tawa cekikian khas cewek itu tentunya, "Lagi ngapa-ngapain juga gak papa kok Olla... hihihi"

Olla hanya memutar malas kedua bola matanya. Sementara Marko, cowok itu masih mematung ditempat duduknya. Ia sedang berusaha keras menahan sesuatu yang hampir meledak di dadanya.

Marko ternyata shock berat, gaes.

•••

TAKE ME (I'm Yours)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang