b. 12

22 8 5
                                    

    Liburan telah usai, dan pagi ini adalah pagi dihari pertama masuk sekolah kembali.
Beberapa siswa terlihat sudah berkerumun didepan mading. Tak terkecuali dengan Linggar, ia bahkan langsung berlari menghampiri papan pengumuman itu setelah turun dari motornya.

Linggar menyingkirkan berbagai macam bentuk tubuh yang menghalangi jalannya agar dapat maju dan melihat dengan jelas kertas yang tertempel di mading itu. Beberapa siswa yang didorong Linggar hanya mendecak seraya memberikan jalan bagi cowok manis itu. Tangan Linggar menelusuri tiap sudut papan mading sambil mengedarkan pandangannya agar dapat mencari sesuatu yang akan menentukan masa depannya kelak.

Sudut bibir Linggar pun terangkat, dalam sekejap berubah menjadi senyuman lebar saat melihat namanya berada di kelas yang sama dengan sang pujaan hati. Namun perlahan senyum itu luntur diiringi dengan bahu yang kian merosot saat mengetahui nama salah seorang lagi juga berada dikelas yang sama dengannya. Ya kalian pasti tau lah siapa, saingan beratnya babang darklord.

Rere yang juga tengah berada di mading dapat melihat dengan jelas kepergian Linggar dengan perubahan wajahnya yang seperti kucing tersedak tulang, hepi pas makan ikan dan kaget waktu durinya nyangkut ditenggorokan.
Kasian sekali dia paduka, batin Rere.

Olla dan Marko yang baru saja tiba diparkiran langsung dihampiri oleh Rere yang terlihat habis berlari seraya menggenggam erat ujung tali tasnya.

"Kalian, kalian, kalian!" ucap Rere dengan nafas yang masih tersengal-sengal sambil mengangkat jari telunjuk dan mengarahkannya menuju wajah Olla dan Marko.

Olla hanya memutar kedua bola matanya malas sambil terus berjalan dan berlalu melewati Rere yang kini sudah mencak-mencak sendiri.

"Eh, Marko! Jangan pergi dulu! Sini gue bisikin bocoran soal UN!" ucap Rere sambil menarik telinga Marko agar mendekat.

"Pstst, pstst, pstst!"

Dahi Marko berkerut dan menatap Rere bingung, "Lo ngomong apaan sih, Re?"

"Pstst, pststppfftt.. Bwwahahaha" Cewek itu tertawa terbahak dan membuat Marko semakin bingung. Ia sungguh tidak mengerti dengan maksud Rere. Mungkin mulai sekarang ia harus mengikuti jejak Olla yang selalu mengacuhkan Rere yang terkadang tidak jelas itu. Bahkan ia masih bingung dengan Jordy, bagaimana cowok itu bisa jatuh cinta dengan sepupunya yang otaknya agak sedikit geser itu.

Marko pun memilih berjalan menyusul Olla dan tidak menghiraukan sepupunya yang masih tertawa geli sendiri. Namun saat langkahnya hendak menyamai langkah milik Olla, sepupunya itu meneriaki sesuatu yang berhasil membuatnya membeku seketika. Merasakan perasaan yang senang sekaligus sedih campur gelisah.

•••


"Ciyee.. Yang sekelas sama mbep Olla. Cuit.. cuit"

"Terima kasih ya Rabb, engkau telah mengabulkan doa babang darklord kami setelah sekian lama!"

"Traktiran nya anjir, ditunggu!"

"Astaga dragon, kudu diadain acara tahlilan ini mah. Buruan siapin kacang lima kilo!"

Dan berbagai ucapan bernada meledek lainnya terlontar dari mulut keempat cowok itu saat mendengar Linggar bisa berada dikelas yang sama dengan Olla—seakan itu adalah hal yang mustahil sekaligus sebuah pencapaian terbaik.
Linggar memijit pelipisnya yang terasa pening akibat mendengar ocehan para sahabat gesreknya itu. Apalagi mereka sedang berada di kantin yang otomatis dapat terdengar oleh seluruh pengunjungnya. Sungguh memalukan memiliki sahabat yang malu-maluin dan sering mempermalukan dirinya.

Bel masuk telah berbunyi, dan para murid berhambur masuk menuju kelasnya masing-masing.

Linggar yang hendak masuk ke kelas XII IPS A tiba-tiba berpapasan dengan Olla dan Marko yang datang dari lawan arah. Ketiganya pun berhenti dan saling menunggu siapa yang akan masuk terlebih dulu. Dapat terlihat dengan jelas suasana canggung yang begitu mencekam menyelimuti keadaan sekitar mereka.

Mungkin ketiganya akan terus mematung di luar kelas hingga bleki—burung kesayangan babehnya Linggar—sudah tidak botak lagi, jika saja pak Bondan tidak datang dan menyuruh mereka untuk cepat masuk.

Marko dan Olla duduk bersebelahan, sedangkan Linggar menggeser Roni ke pojokan agar bisa duduk bersebrangan dengan Olla.
Ya, mulai sekarang Linggar akan lebih giat memperjuangkan kisah cintanya agar tidak kalah saing dengan sendok plastik milik Olla—Marko maksudnya, tuh.

Tiba-tiba bu Mike datang menghampiri pak Bondan yang tengah memeriksa buku absen dan mengatakan sesuatu padanya. Lalu pak Bondan bangkit dari kursinya dan berkata bahwa akan ada anak baru yang juga akan menempati kelas ini. Kemudian pak Bondan memanggil si-anak-baru untuk memperkenalkan diri.
Si-anak-baru itupun masuk dan berdiri didepan kelas.

"Perkenalkan, nama saya Daren Oktavian. Dan saya pindahan dari SMA Dharma Bhakti. Mohon kerja samanya" ucap si-anak-baru—yang kini diketahui bernama Daren itu.

Beberapa murid cewek ada yang memekik kegirangan bisa mendapat teman sekelas berwajah tampan seperti Daren, dan sebagian lagi memuji parasnya yang bule itu. Sedangkan para cowok mulai saling berbisik saat mengetahui nama asal sekolah Daren yang dulu.

Namun cowok berambut pirang itu sama sekali tidak menghiraukan berbagai pasang mata yang masih menatapnya dengan buas—bagaikan singa ngiler yang melihat sepuluh ton daging steak sirloin dengan kematangan yang pas. Cowok itu malah memusatkan pandangannya pada seorang cewek berkuncir kuda yang tengah asyik bercanda dengan teman sebangkunya.

Tanpa Olla sadari ada sepasang mata yang sedari tadi menatapnya lekat, dengan sebuah seringaian yang juga tertuju padanya.

•••

TAKE ME (I'm Yours)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang