1. First Day

2.9K 232 56
                                    

Rumah sakit. Sebuah tempat paling dibenci oleh sebagian besar manusia, termasuk diriku. Namun ironisnya, mulai hari ini, rumah sakit akan menjadi tempat tinggalku.

"Kyra, perkenalkan, ini Dokter Budi. Beliau yang akan memantau proses penyembuhanmu." aku menatap datar pada seorang dokter tua yang tengah tersenyum hangat.

Genggaman tanganku pada ibu kian mengerat. Aku tak mau berada di sini. Bau khas obat-obatan tersebar di seluruh penjuru ruangan membuatku mual.

Seakan mengerti kekhawatiranku, ayah menepuk bahuku pelan.

"Kalau kamu cepat sembuh, kita akan segera berkumpul seperti dulu lagi." hiburnya.

"Kamu anak ibu satu-satunya. Paling hebat!" ibu tersenyum lembut.

Di balik senyuman mereka, aku tau bahwa sebenarnya ayah dan ibu juga enggan meninggalkanku di tempat seperti ini. Jika aku berada di sini, mereka pasti akan kesepian.

"Titip anak kami ya, dok." pesan ayah. Kulihat Dokter Budi mengangguk.

"Mari Nak Kyra. Saya antar kamu ke ruangan." aku mengikuti dokter itu naik ke lantai empat.

"Sepi..." celetukku.

Tidak seperti ruangan lain yang sebelumnya ku lewati. Di sini, bahkan hanya ada satu atau dua perawat yang berlalu-lalang. Tak ada pasien yang terlihat.

"Ruangan di lantai empat ini dibuat khusus untuk pasien yang perlu penanganan serius. Tapi kamu tenang saja, selama kamu rajin minum obat dan menjalani pemeriksaan, kamu pasti lekas sembuh." ujar Dokter Budi.

Aku menundukkan kepalaku.

"Aku...sebenernya sakit apa sih?" tanyaku ragu.

Beliau terdiam sejenak. Baik ayah, maupun ibu juga selalu saja tak mau menjawab kalau aku bertanya seperti ini. Tanpa tahu apapun, aku langsung dimasukkan ke ruangan khusus seperti ini.

"Dokter juga nggak mau jawab ya. Yaudah. Aku mau langsung masuk ke kamar aja." ucapku.

Tanpa pikir panjang, aku langsung memasuki salah satu ruangan yang paling dekat.

Aku menatap bayanganku di cermin. Tak ada cacat sedikitpun. Aku masih bisa berdiri, bahkan bisa naik sendiri dengan lift sampai ke lantai empat ini. Apa yang salah denganku? Wajahku hanya sedikit pucat, tapi itu tidak mempengaruhi apapun. Mungkin kakiku sedikit pegal setelah naik ke lantai ini, namun itu hal wajar, bukan?

Lalu apa?

Aku tak perlu diberi suntik, infus, maupun obat. Aku sehat! Kenapa tak ada yang percaya? Beberapa waktu lalu aku hanya merasa sedikit tak enak badan. Ayah membawaku ke dokter keluarga hanya untuk periksa. Entah bagaimana isi surat rujukannya hingga aku harus berada di tempat ini.

Aku menghela nafas lelah.

Cklek...

Sontak, aku menoleh ke arah pintu yang baru saja terbuka. Nampak seorang perawat sedang tersenyum kepadaku.

"Duduk dulu ya. Saya cek dulu tensi darahnya." ucapnya.

Aku menurut. Aku hanya pasrah saat ia melakukan beberapa pengecekan padaku.

"Kamu lemes?" tanya perawat itu.

Aku menggeleng, "nggak juga. Biasa aja." jawabku.

Setelah menulis beberapa data yang ia dapatkan ke selembar kertas, ia memberiku sebuah gelang.

"Ini kamu pakai ya." ucapnya.

Aku menerima gelang itu dan memandanginya.

"Aku boleh ke bawah nggak sih? Ke kantin gitu misalnya."

Bond✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang