2. Sepi

1.3K 200 33
                                    

Hari demi hari telah berlalu. Sejak hari dimana aku pertama kali menginjakkan kakiku di ruangan ini, Grace selalu menemaniku. Kini, ia menjadi satu-satunya temanku.

Kami sekarang tengah menonton televisi bersama sambil memakan sepotong roti yang kami bagi menjadi dua.

"Tumben beli roti yang besar?" tanyaku.

"Aku nggak beli sih. Tadi nemu di dekat ruang administrasi." jawabnya santai.

Aku melebarkan mataku, "kamu ke lantai satu cuma buat nyuri ini?" kagetku.

Ia terkekeh, "heheh.. Aku tadi lagi jalan-jalan, terus nggak sengaja nemu itu. Yaudah ku ambil aja, nggak ada yang punya kok." jelasnya.

"Huh, dasar."

"Tadi aku rencananya mau ajak kamu sih, tapi kulihat tadi kamu masih ngerengek nggak mau disuntik sih heheheh." ledeknya. Aku mencubit lengannya pelan.

"Aduh, aduh.. Sakitt...." rengeknya.

"Rasain." dengusku.

"Oh iya, nanti sore orang tuaku ke sini untuk jemput aku." aku menatapnya.

"Oh ya? Kamu pulang?"

Grace mengangguk, "iyaa. Nggak usah kangen. Paling juga besok atau lusa aku balik ke sini lagi." ucapnya.

"U-umm." aku mengangguk paham.

Jadi, untuk beberapa waktu ke depan, aku akan sendirian ya.

"Hei, bukannya bentar lagi jadwal pengecekanmu? Sana balik ke kamar." ucapnya.

"Dih ngusir." dengusku, namun aku tetap bangkit dan hendak berjalan kembali ke kamar. Terdengar suara kekehannya menyertai kepergianku.

Cklek..

Sesampainya di kamar, aku melihat seorang perawat tengah merapikan tempat tidurku.

"Sini, duduk." titahnya.

Seperti biasa, perawat itu melakukan beberapa pengecekan terhadapku, seperti denyut nadi, tekanan darah, dan sebagainya.

"Kamu cepat akrab dengan gadis itu ya?" ucapnya memulai pembicaraan.

Aku mengangguk, "lagipula cuma Grace yang berada di sini." ucapku.

Perawat itu mengangguk paham.

"Jadi, kapan aku bisa pulang?" tanyaku.

"Kalau sudah sembuh ya." jawabnya.

"Apa itu artinya Grace sudah sembuh?"

Perawat itu menggeleng, "belum. Itu permintaan orangtuanya."

"Kenapa ayah dan ibuku tak memintaku untuk pulang?" tanyaku lagi.

"Karena mereka menginginkan kesembuhanmu." jawabnya.

"Tapi Grace-"

"Kamu tahu, dengan memotong waktu perawatan di rumah sakit, biaya yang akan dikeluarkan juga sedikit berkurang. Orangtua Grace sudah membiayai pengobatannya sejak dua tahun yang lalu. Kamu tahu kan artinya." terang perawat itu.

Aku mengangguk paham, "lalu, kapan kami akan sembuh?" tanyaku.

Perawat itu tersenyum lembut, "secepatnya. Semampu kami." jawabnya.

"Kupikir kami sama-sama sehat." ucapku.

"Apa kamu tahu penyakit yang dideritanya?" tanya perawat itu.

Aku menggeleng, "buat apa aku perlu mengetahui penyakit orang lain, kalau penyakitku sendiri aja bahkan aku nggak tau." ucapku.

Perawat itu membereskan alat-alatnya. Pengecekan rutin untuk hari ini selesai.

Bond✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang