Satu

36 9 0
                                    

Saya sangat berpikir keras untuk cerita ini.

I hope you like it,

Maaf kalau berantakan, maklum ngetik cepet dan gak sempet diedit. Jadi maafin ya kalau banyak typo. Kesalahan milik saya dan kebenaran hanya milik Allah.

===+++===

Ini adalah hari pertama Aku masuk SMK, dihari ini juga kuharus menjalani MOS. Sungguh penampilanku saat ini sangat terlihat aneh dengan atribut khas MOS. Tapi inilah yang harus dijalani menjadi peserta didik baru.

Kurang lebih tiga puluh menit perjalananku tempuh menggunakan mobil yang dikendarai oleh ayahku dari rumah menuju sekolah. Sesampainya di sekolah Aku memberi salam pada ayah dan bergegas keluar dari mobil untuk segera memasuki kawasan sekolah.

Ku arahkan kaki ini menuju taman sekolah yang berada dekat lapangan utama SMK Pelita. Duduk dikursi taman sendirian sambil mengamati lingkungan yang akan menjadi penentu hidup tiga tahun nanti. Saat sedang memperhatikan sekitar, datanglah dua cewek yang bisa ditebak bahwa dia juga peserta didik baru di Sekolah ini, karena atribut mereka yang sama denganku. Dari name tag berbahan kardus yang menggantung di leher mereka dapat diketahui nama cewe dengan hijab berpita dua puluh delalan bernama Vivi Rafania Setiawan dan cewe hijab berpita sebelas bernama Sherli Arlia Vianti. Dua cewek manis berhijab itu menghampiriku dan menyapa.

"Hai, sedang apa kamu disini?." sapa mereka dan langsung menduduki tempat disamping kiri kananku.

"Lagi nunggu pengumuman dari kakak panitia mos." jawabku dengan nada sedikit risih karena mereka yang tiba-tiba menghampiriku.

"Oh begitu, nama kamu siapa?" tanya cewek hijab berpita sebelas itu. "Syakilla Rumaisha Azizah, panggil aja Aisha." jawabku. Mereka berdua pun mengulurkan tangannya tanda mereka ingin menjabat tanganku.

"Salam kenal Aisha, gue Sherli Arlia Vianti, biasa dipanggil Sherli dan ini temen gue namanya Vivi Rafania Setiawan." jelas cewek hijab berpita sebelas yang bernama sherli.

"Hai Aisha, salam kenal ya, mau kan berteman sama kita?." tambah cewek hijab berpita dua puluh delapan itu.

"Ya tentu saja". Sungguh hari yang tidak buruk  disaat baru memasuki sekolah sudah mendapatkan dua orang teman.

Setelah perkenalan singkat itu, kami bertiga bercerita sampai kadang tertawa. Walau topik pembicaraannya sangat tidak berfaedah. Setelah beberapa menit berbincang, terdengarlah suara yang berasal dari speaker sekolah memberitahu untuk semua peserta didik baru diharap segera menuju ke lapangan. Aku, Vivi dan Sherli pun bersama-sama menuju ke tempat yang diarahkan panitia.

Para pesera didik baru dikumpulkan di lapangan untuk mengenal para panitia dan untuk diberikan tantangan dari panitia. Tantangan dihari pertama adalah meminta tanda tangan dari semua anggota osis dan juga ketua-ketua ekstrakulikuler yang ada di sekolah ini.

Rasanya tuh kesel banget waktu minta tanda tangan sama anggota osis dan para ketua ekskul. Sebelum mendapatkan tanda tangan ada saja hal yang harus dilakukan, kalau menolak ya terancam gak dapet tanda tangan mereka. Jadi ya terpaksa walaupun se-ngeselin apapun mereka, harus dipatuhi dari pada mendapat hukuman dari ketua osis jika tidak mendapatkan tanda tangan tidak lengkap.

Paling ngeselin saat berhadapan dengan kapten basket, Aku Vivi dan Sherli yang kebetulan berjalan bareng disuruh untuk menggombali ketua basket itu jika kami ingin mendapatkan tanda tangannya. Ya walaupun tampangnya ganteng dan kalem tapi tetep ternyata sikapnya sangat kontras dengan wajahnya.

Setelah mendapatkan semua tanda tangan yang diarahkan oleh ketua osis. Aku langsung menghampiri ketua osis itu ditemani oleh dua teman baruku. Setelah dipastikan tidak ada tanda tangan yang terlewat, akhirnya kami diperbolehkan untuk istirahat.

Waktu telah menunjukan pukul 14.00 WIB itu artinya sudah masuk jam pulang sekolah. Ketua osis pun kembali mengintruksi para murid untuk kembali berbaris sebelum dibubarkan untuk kembali ke rumah masing-masing. Senang sudah rasanya bahwa dihari pertama tidka mendapatkan hal sangat menyebalkan. Tapi mos masih akan dilaksakan sampai dua hari berikutnya. Tapi ya setidaknya Aku dan mereka berdua tidak mendapatkan hukuman. Para peserta didik baru pun telah dipersilahkan untuk kembali ke rumah masing-masing.

"Aisha pulang naik apa?" tanya Vivi sambil mengeluarkan kunci motor yang ada di dalam tasnya.

"Naik ojek online nih, soalnya lagi gak ada yang jemput. Kalian naik apa?" tanyaku balik, sambil mengeluarkan smartphone dan memesan ojek lewat aplikasi online. Hari ini terpaksa harus naik abang ojol karena pak Maman supir pribadi ayah sedang pulang kampung, karena anaknya ingin menikah.

"Yaudah yuk kita tunggu di depan aja, sekalian nunggu bokap gua sama ojol lu sha." Ucap sherli, kami pun berjalan menuju lobby Pelita untuk menunggu jemputan Sherli dan ojek onlineku. Hingga yang ditunggu datang secara bersamaan. Dan Vivi pun sudah berada diatas motor maticnya. Kami pun berpisah setelah sempat bertukar nomor hp.

Waktu menunjukkan pukul 14:30 WIB. Setibanya di halaman dan sudah membayar ojeknya Pak Eko satpam  di rumahku datang menghampiri untul membukakan gerbang yang terkunci itu.

"Siang non Aisha." sapa Pak Eko sambil tersenyum. "Siang juga pak, Isha langsung masuk ya pak permisi." ucapku dan tak lupa menyalaminya. Walaupun ia hanya penjaga rumah tapi bukan berarti bisa bersikap gak sopan sama sekali.

Pak Eko kembali menutup gerbang yang terbuka. Dan langsung berjaga di pos. Aku pun langsung masuk kedalam rumah dengan mengucapkan salam dan langsung menuju kamar yang berada di lantai atas. Karena jam segini  bunda masih berada di butik miliknya dan ayah masih ada di kantor.

"Kakak udah pulang." teriak adikku yang pertama, sambil berlari ke arahku dan menyalamiku.
"Apaan si lu ngagetin aja, untung gua gak punya penyakit jantung." jawabku, sebal karena ucapan itu membuatku kaget.

"Hehe maaf ka gak sengaja teriak." ucapnya kembali sambil tertawa-tawa.
"Bodo ah, capek gue mau istirahat. Bangunin gue kalau mama sama ayah pulang". "Okey kakakku yang jutek." jawabnya sambil berlalri ke arah dapur.

Aku pun kembali melanjutkan perjalanan menuju kamar, karena tadi sempat terhenti diganggu oleh adik yang paling ngeselin. Langsung kutempatkan tasku di atas meja belajar dan langsung berganti pakaian sebelum ke pulau kapuk alias kasur empuk. Karena seminggu ini aku sedang datang tamu dan akhirnya lebih memilih untuk beristirahat.



Makan malam keluarga Rahman berjalan lancar seperti biasa. Makan malam ini diiringi dengan canda dari ayah dan adik pertamaku. Ayah bernama Rahman Saputra, pemilik Killa Media yaitu perusahaan penerbit buku yang terkenal di indonesia. Sudah banyak buku-buku berkualitas yang diterbitkan oleh Ayah dan ayah menggunakan namaku sebagai nama untuk kantornya.

Mama bernama Shahilla Rahman, nama Rahman di belakang nama mama itu dari nama orangtua mama yaitu Rahman. Dan aku juga memiliki dua adik laki-laki bernama Ahmad Al-Farruq, kelas dua SMP dan Muhammad Syahrumi berusia lima bulan.

"Gimana disekolah barumu Sha? Apa sudah mendapat kawan baru?." tanya ayah memecah keheningan yang sempat tercipta diantara kami.

"Alhamdulillah, udah dong." jawabku sambil menuang makanan kedalam piring. Dan kembali menjawab pertanyaan ayah yang dilontarkan padaku dan terkadang adikku.

"Alhamdulillah kalau gitu, Isha harus belajar yang rajin ya biar nanti bisa jadi juara."  ucap ayah sambil melanjuy melanjutkan makannya.

"Siap pangeran". " Ada ada aja kamu nih." dan kemudian kami tertawa bersama.

Setelah selesai makan malam aku pamit kepada mama dan ayah, karena harus segera menyiapkan perlengkapan untuk acara mos selanjutnya.






TBC

Ps : Jangan lupa Vote and Comment yaa, apresiasi dari kalian sangat saya tunggu untuk memotivasi agar kisah ini cepat menemui ending.

Depok, 24 Nov 2018

Zeze Marsha

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mencintai KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang