Sudah hampir 2 bulan sejak kedatangan gue ke kota "Dingin sejenak." ini. Dimulai dari zaman ospek awal yang kayak anak mau piknik sampai ospek terbaru yang sebentar lagi gue jalani.
"Eh, awakmu oleh pleton piro?"
"Aku loro aa. Awakmu piro?"
"Yahh! Aku papat. Ya, awakmu oleh pleton piro?"
"Pitu." Jawab gue dengan sedikit lemas. Kenapa? Tentu saja karena daftar mahasiswa yang bakal se pleton sama gue. Cuma ada gue dan satu temen sekelas gue yang menjadi anggota pleton 7. Selebihnya gue gak kenal semua orang di pleton itu. Rasanya kepala gue pengen pecah pas ngelihat nama nama yang jumlahnya sampai 50 orang itu.
"Yah.. mek ambek Danik tok yo." Celetuk Min, temen cewek gue. Gue cuma ngangguk doang nanggepin tanggapan dia. Disaat yang lain punya banyak teman, di pleton gue cuma ada tiga orang dari kelas gue, itupun yang gue bener bener kenal cuma satu orang. It's rude but I must do it.
"Eh tapi katanya tendanya campur loh!"
"Campur cewe cowo?"
"Ya bukan! Maksudku tendanya gak dibagi per pleton. Terserah kita mau ikut tenda berapa."
"Wehh yauda ayok setenda!"
"Hayuk hayuk!"
Di saat pembicaraan lagi asik asiknya, suara gedoran pintu memekakkan telinga gue. Pas gue lihat, ternyata ada ketua kelas gue yang selalu dinistakan karena statusnya.
Gimana gak dinistakan. Wong dia cowok sendiri di kelas. Ya langsung auto bully lah sama anak anak se prodi.
"Dengerin woey! Ada pengumuman!"
Ketua gue mulai ngejelasin beberapa hal. Mulai dari tentang CB sampai pengumuman yang gak ada hubungannya sama CB.
"O iya. Di pleton tujuh ada ketambahan satu anak. Dari sastra Inggris, namanya Warda Putra."
Tunggu...
Warda?
Gue langsung ngangkat tangan. "Warda... anak ELT itu?"
"Iya. Kamu kenal?"
"Jelas tau lah. Wong dia mantan gebetan gue.."
"Kenal. Dikit." Jawab gue males. Bukannya apa, tapi ini menyangkut hati gue yang gampang baperan kalo ketemu mantan.
Fyi. Gue punya banyak mantan...
Tapi mantan gebetan.
Kelas yang awalnya kek pasar malem tiba-tiba diem gara-gara kemunculan sesosok siluet yang lagi berdiri di tengah pintu. Gue auto kaget saat itu juga pas tau siapa yang lagi berdiri di sana.
Mas Joshua.
"Ternyata UM punya pasar baru ya." Celetuk Mas Joshua sambil jalan ke meja dosen "Lagi mbahas apaan nih?"
"Itu, Pak.. kita lagi bahas tentang CB."
"Oo... yang ke camp tentara itu ya?"
"IYA PAK IYA!" Seru sebagian anak di kelas. Jelas la mereka ngegas, wong yang tanya orang ganteng.
"Dosen boleh ikut gak?" Tanya Mas Joshua sekali lagi, dan pernyataan itu bikin gue ngerutin dahi.
"Engga tau juga ya, Pak.." Jawab ketua gue, Alvin "emangnya kenapa, Pak? Bapak mau ikut"
"Pengennya sih..." Mas Joshua senyum senyum gak jelas. Tiba-tiba dia natep gue "tapi takut gak boleh sama Dekan. Saya kan cuma asdos disini."
Gue cuma bisa nelen ludah. Gila aja sih, tatapan Mas Joshua bikin gue gak bisa berkutik. Persis kek kutu rambut kena obat pembasmi kutu, gak bisa ngapa ngapain.
Sintaksis kali ini gak terlalu susah dari materi sebelumnya. Kata Mas Joshua, dia ngambil materinya dari sumber lain dan bukan dari sumber dosen gue sendiri--yang nyatanya dosen gue punya teori sendiri dan itu cukup sulit. Jadinya gue ngerasa matkul sintak hari ini kerasa mudah.
Gak kerasa jam matkul udah usai. Gue ngemasin barang-barang gue perlahan. Gue meng-tidak-kan ajakan temen gue buat makan di kantin FMIPA karena gue emang gak mau makan siang di kampus hari ini.
"...Ya."
Gue mendongak. Mas Joshua ada di depan gue sambil nunduk merhatiin gue.
"Iya, Mas. Kenapa?"
Kalo udah gak ada anak-anak, gue bebas manggil Mas Joshua dengan sebutan "Mas.". Beberapa hari yang lalu gue hampir keceplosan manggil "Mas." dan gue langsung alihin perkataan gue menjadi "Mas.. ako enam biji dua ribuan.". Pao emang gue haha.
"Kamu mau makan siang dimana?"
"Gak tau juga masih, Mas."
"Mau makan siang sama saya gak?"
Ha? Makan siang bareng Mas Joshua.. lagi?
"Aku sih mau mau aja, Mas.. tapi nanti kalo ketahuan anak anak gimana--"
"Engga di kampus." Jawab Mas Joshua tegas. Gue yang awalnya agak lembek berubah kaku kek tiang bendera sekolah
"Trus.. dimana?"
"Di Javanine."
"HA?!"
Demi apa gue diajak makan siang di Javanine. Fyi, Javanine itu restoran mahal (katanya). Parkiran mobilnya aja gak di depan restorannya. Mana kalo dari jalan raya tuh ya, lampu-lampu sama ornamennya keliatan terang banget. Gila aja sih, duit Mas Joshua abis digandain apa gimana tuh.
"Ayo. Mumpung saya lagi pengen makan mahal."
Gue terbengong tepat di depan Mas Joshua. Gak nyangka gue, cewek slebor macem gini diajak makan di Javanine.
"Ya udah kalo gak mau--"
"EH IYA IYA TUNGGUIN MAS KOTAK PENSILKU MASIH BELOM MASUK TAS!"
...
"Oh.. oke. Entar hubungin gue lagi ya buat rencana kelompoknya."
"Ya, nanti bisa bantu saya gak?"
"Bantu apa, Pak?"
Sontak cowok itu berhenti saat gak sengaja denger percakapan yang bagaikan angin itu. Pas cowok itu noleh, dia kaget. Kaget banget. Gak tau kenapa.
"Bantu saya revisi tugas anak semester tiga."
"Ha? Susah dong, Pak."
"Engga kok. Coba aja dulu, kan bisa jadi pengalaman."
"Iya, Pak. Hehe."
Cowok itu sontak natep intens cewek yang sedari tadi ngekorin asisten dosen barunya itu. Seketika hatinya jadi gak enak ngelihat pemandangan itu.
"Gak ada apa apa.. gak ada."
...
Mama bolo bolo yahuu~
Udah lama banget ya. Maafkan achuu :"( semester awal ini sungguh penuh perjuangan dan godaan besar :"

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy of You [Joshua Hong]
Short StoryLittle story about Ghea and Joshua. . [180518] until tba.