Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasakan jetleg. Rasa kantuk tak tertahankan membuatku segera ingin menghempaskan tubuhku keatas ranjang namun yang ada dihadapanku kini hanya sekumpulan kapal pesiar. Kulirik Corie dan Angelisa yang terlihat begitu semangat mengamati hal-hal disekeliling mereka yang tak kulirik sedikitpun . Bagaimana bisa mereka tak merasakan kantuk sedikitpun ? disaat aku merasa tubuhku akan tumbang karena tidak kuat menahan kantuk ini?!
Sebuah kapal pesiar berukuran cukup besar berwarna putih bertuliskan wonderful menurunkan tangganya dan meminta kami untuk naik. Ditengah rasa kantuk yang melanda, aku masih dapat melihat betapa mewahnya kapal pesiar ini. Walaupun berukuran tak terlalu besar namun terlihat jelas fasilitas yang ditawarkan membuatku berdecak kagum.
Saat kapal mulai berjalan meninggalkan salah satu pelabuhan Filipina itu rasa kantuk yang melandaku dengan luar biasa langsung hilang dalam sekejap. Rasa inginku untuk mengelilingi kapal ini dan menikmati perjalanan yang katanya hanya akan memakan waktu tak lebih dari satu jam ini berhasil mengalahkan rasa kantuk yang menyelimutiku sebelumnya.
Kapal ini benar-benar sepi. Bagaimana tidak, didalam kapal yang mampu mengangkut lebih dari 70 orang ini hanya berisikian 21 orang, 10 orang merupakan orang yang bekerja didalam kapal termasuk seorang nahkoda dan 11 orang lainnya adalah aku, Corie, Angelisa dan 8 orang sisanya merupakan penata rias serta pelayan yang akan membantuku di pulau Sora nanti, suruhan tuan Scoot. Sebelumnya aku sudah mengatakan pada pria tua baik hati itu agar jangan memperlakukanku terlalu berlebihan seperti ini walaupun aku adalah calon menantunya. Tapi lihat saat ini, helikopter yang kutolak untuk kunaiki menuju pulau Sora malah digantikan dengan pesawat pribadi keluarga Scoot dan juga kapal pesiar pribadinya yang membuatku semakin merasa diperlakukan berlebihan.
Kuhentikan langkahku dan berdiri diatas kabin kapal yang mengantarkan kami menuju pulau antah berantah itu. Kubiarkan diriku merasakan kebebasan indah ini. Kurentangkan kedua tanganku di atas kap kapal ini, merasakan sinar matahari memandikan tubuhku yang hanya menggunakan dress putih polos selutut dan mengijinkan angin menerpa tubuhku dengan sangat kuatnya.Rambutku menari-menari dipermainkan oleh hembusan angin bergerak seirama dengan arah gerak dress-ku yang tanpa henti bergerak. Sejauh mataku memandang hanya ada lautan biru membentang yang terlihat seolah menyentuh langit biru berawan siang itu. Kutarik dan kuhembuskan nafasku dalam-dalam mencium aroma khas laut ini, aroma yang sudah sangat lama tidak dicium paca indraku .
“Tap…tap…tap….” terdengar langkah kaki menaiki tangga kap kapal dan berjalan kearahku namun tak kuhiraukan, diriku terlalu sibuk menikmati pemandangan indah ini.
Seorang gadis berambut hitam panjang berdiri tegak di sebelah kiriku dan tangannya memegang kuat pada besi pembatas pinggiran kapal.
“Aku sudah mendengar semuanya dari Corie.” ucap gadis itu dengan sangat tenang tanpa menoleh kearahku.
“Alex…. kau tidak apa-apakan?” gadis itu mulai menoleh kearahku yang sudah memegang kuat pada pembatas kapal didepanku.
“Aku mencobanya Lis, mencoba untuk baik-baik saja. Kau sudah mendengar semuanyakan? Aku benar-benar tidak punya pilihan lain….”
Tangan Angelisa menyentuh pundakku dan kutahu ada rasa simpati yang dalam darinya. Lisa adalah gadis yang sangat baik dan paling tegar yang pernah kutemui. Diusianya yang 5 tahun dibawahku tidak membuatnya menyerah pada keadaan dan terus berusaha mengejar cita-citanya menjadi seorang arsitek walau dia harus membanting tulang dengan bekerja di banyak cafe untuk membiyai kuliah dan kehidupannya. Aku jadi teringat, hubungan kami terbentuk dengan sangat baik karena aku dan Corie sangat sering berkunjung ke cafe tempat gadis berdarah Spanyol ini bekerja.
“Kau wanita yang kuat Alex. Aku yakin kau pasti dapat melalui ini semua!” Lisa berujar penuh semangat seakan aku akan sedang sekarat menunggu malaikat penyabut nyawa menjemput.