Bagian Kedua

47 14 0
                                    

Jam terakhir, jam pelajaran seni pun tiba. Pak Adi, guru seniku, dia menyuruh kami duduk berkelompok dengan kelompok yang sudah dibuat Minggu lalu. Kebetulan aku satu kelompok dengan Rama. Dia pandai sekali dalam bidang seni. Selera musiknya, lukisannya, semuanya keren sekali di mataku.

Pak Adi memberikan kami tugas melukis secara berkelompok. Dia menyuruh kami membuat sketsanya terlebih dahulu.

"Oke guys, jadi kita mau gambar apa nih?" ucap Sandra.
"Gue sih terserah bapak yang satu ini," kata Arya sambil melihat Rama.
"Haduh, gue lagi gue lagi."
"Abisnya lo jago gambar sih, Ram."
"Tadi pak Adi bilang temanya hubungan manusia dengan alam, kan?" kataku.
"Iya," ucap Rama.
"Ya udah, bikin cewek cowok lagi senderan, terus background-nya langit malem gitu aja."
"Boleh juga ide lo, Tik. Tapi, mulai dari mana bikinnya?" ucap Sandra.
"Ribet amat, kasih aja ke Rama. Biar dia yang urus semua haha," kata Arya sambil menunjuk ke Rama.
"Haduh, ya udah, bagi tugas aja. Sandra bikin sketsanya, nanti gue yang rapihin, terus Tika lo yang warnain."
"Ih gue gak bisa warnain, Ram."
"Nanti gue bantuin kok."
"Lah terus tugas gue ngapain?" ucap Arya.
"Lo mau gambar emang? Udah lo nanti beli catnya aja, nih uangnya."
"Tau aja lo ram, hehe."

Karena bel berbunyi, maka jam pelajaran seni pun berakhir. Tinggal aku yang belum menyelesaikan tugasku. Aku bingung harus mulai dari mana. Lantas aku tanya Rama.

"Ram, gimana nih, gak bisa warnain gue."
"Hmm, ya udah nanti gue ke rumah lo deh, Jumat sore kosong gak?"
"Kayaknya kosong deh. Ya udah, Jumat sore ya."
"Oke."

Lalu, kami pun pulang ke rumah masing-masing.

Setibanya di rumah, aku langsung mandi dan ganti baju. Lalu aku tidur-tiduran sembari bermain handphone-ku sebelum mengerjakan pr untuk besok. Tiba-tiba ada telpon dari Rama.

"Halo, Tika."
"Iya, Ram. Ada apa, kok tiba-tiba nelpon?"
"Ini, gue tadi diajakin futsal sama temen gue hari Jumat. Selesainya sore kayanya, kalo kerkomnya maleman gimana?"
"Gak apa-apa sih, soalnya keluarga gue mau pergi juga. Jadi, gue sendirian deh."
"Oke deh, tapi lo minta izin dulu coba."
"Iya, gampang itu mah. By the way lo udah ngerjain tugas Bahasa Indonesia?"
"Ini lagi ngerjain kok. Besok ulangan sejarah juga jangan lupa belajar, ya!"
"Oh, iya. Makasih loh udah diingetin."
"Iya, semangat ya, Tika!"
"Iya, Rama juga ya. Bye!"

Aku hanya tersenyum setelah percakapan singkat tadi. Lalu aku turun dari kamarku ke ruang tengah untuk bertemu dengan ibuku.

"Mah, temen kakak mau kerja kelompok disini malem Sabtu, boleh gak?"
"Siapa emang? Kerkom apa?"
"Itu Mah, si Rama. Itu sbk disuruh ngelukis, kakak kan gak bisa ngelukis."
"Oh, ya udah. Nanti kamu siapin makanan sendiri ya buat dia."
"Oke Mah."

Lalu aku kembali ke kamarku dan menyiapkan barang-barang untuk sekolah besok dan juga belajar untuk ulangan besok. Dan tak terasa, waktu menunjukan pukul 21.47. Lantas aku pun tidur.

Keesokan harinya, di kelas, Rama menghampiriku. Dengan jaketnya yang belum di lepas, dia duduk di kursi Tasya yang belum datang. Dia bertanya tentang materi sejarah yang nanti diulangankan. Kita belajar bersama walau canda tawa lebih dominan dibanding belajar. Ya, dia humoris dengan lawakan-lawakan ringannya. Jam menunjukkan pukul 06.37, Tasya pun datang.

"Eh ada Rama, lagi ngapain lo berduaan?" ucap Tasya.
"Tumben lo udah dateng ,Tas. Kesambet apa lo?" kataku.
"Eh Tasya, sorry ya bangkunya gue pake gak bilang-bilang," ucap Rama.
"Ya elah, santai aja kali."
"Makasih ya, Tik," kata Rama sambil kembali duduk ke kursinya.

Tasya pun duduk dan melepaskan jaketnya.

"Duh, maaf ya Tika ku sayang, date-nya aku gangguin, hehehe."
"Apa sih lo, Tas."

Tasya mendekat ke padaku dan berkata, "Tapi bener juga ya, Tik, omongannya si Keiko."
"Omongan Keiko yang mana?"
"Sikapnya si Rama. Ga mungkin deh dia berubah kaya gitu kalo bukan dia suka sama lo."
"Oh iya, kemaren malem, dia tuh nelpon gua. Terus dia ngingetin kalo hari ini ada ulangan sejarah. Terus dia bilang semangat ya, Tika! Gitu. Terus gue senyum-senyum sendiri di kamar."
"Hmm, kayanya gue punya temen yang lagi jatuh cinta nih."
"Ngomong-ngomong, tumben banget lo dateng pagi."
"Ah, bisa aja lo ngalihin pembicaraannya, Tik."
"Yeu, terserah lo aja deh."

Saat di kamar sepulang sekolah, aku bersantai-santai di kasurku. Sore itu, sore yang bersahabat dengan rintik hujan, aku menghabiskan waktuku untuk memikirkan apa yang telah ku lalui di sekolah tadi. Lalu, timbul pertanyaan-pertanyaan di benakku. Kenapa Rama berubah seperti ini? Apa yang dia pikirkan? Bagaimana perasaan dia kepadaku? Aku bingung. Juga dengan perasaanku sendiri.

Di Ambang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang